Menjilat Biru Sesekali engkau jadi bunyi Terjemahkan tanya sepeninggal hari Perlahan berikan jawaban kepada bulan Seketika waktu digenggam tahun berjalan Jadi sadarkah dirimu meninggalkanku Termangu sendiri menjilat biru Seperinya kau lupa dengan kata-kataku Jangan tinggalkan waktu sebelum ia bers
Subuh Aku melihat langit tepejam Hitam jadi biru seketika Dingin meninggalkan malam Hangat merapat penuh terka Jika semua itu berlalu lebih cepat Akankah dirimu buru-buru makan Puntung rokok itu mengumpat Membakar tanganku yang gelagapan Probolinggo, 2023
Mesin potokopian cukup mahal bree, klo printer cukup terjangkau lah, tapi ya gitu printer enggak boleh sampek kehabisan tinta :ngakak
Jalanan Pukul Setengah Sebelas Berisik suara truk Membeberkan pasir dikeruk Bercak basahnya membelai Kepala aspal tak kenal lalai Sekejab mataku jadi basah Terpa dingin di muka arah Dan aku pun jadi buat rima Berawal dari kata “Lama” Probolinggo, 2022
Klo ane sekarang langsung ngomong di depan, tapi ada aja yang ndableg :ngakak yaudah terima resiko sendiri mereka :malu
Halo bree ketemu lagi dengan ane di thread gajetod sekian kalinya :wagelaseh Sumber: pixabay.com Stigma muncul karena ada suatu kejadian tertentu, dan dari kejadian tersebut kemudian digeneralisasi. Stigma yang ada di masyarakat bukan hanya perihal suku, ras, gender, maupun umur, melainkan juga...
Bunga Selamat engkau yang telah mekar Tumbuh lebat pada dinding pembatas gelar Mewarnai permukaan kering Penuh coret kini tak lagi asing Seberapa masa itu telah berlalu Mengingat itu sama membuat lagu Bisakah waktu itu kembali Saat duri masih jadikanmu jati diri Probolinggo, 2022
Perumahan Baru Perumahan baru belum berpenghuni Sesekali menarik rintik pada dini hari Dikunjungi pemilik seminggu sekali Merawat materi demi membangun mimpi Tempatnya memang tak begitu luas Tapi penataan ruang saya rasa sudah pas Bukan melulu rangkaian bunga dalam vas Melainkan pohon gagah itu ja
Panas Dingin Angin mungkin telah bersepakat Kepada dingin terbatuk sekarat Manakala siang diburu panas Sedangkan malam suhunya makin tak jelas Mandi lagi hingga peluh puisi Sekujur tubuh penuh bercak isi Masalahnya ini sudah terlalu sering Bisa-bisa tubuh ini jadi bening Probolinggo, 2022
Ah Jangan-jangan Diam Kau sudah kelar mandi Basahi pipimu teratur sekali sehari Matamu masih kelihatan rekah merah Kelopak mengatup berlinang basah Aku ingin bertanya Sayangnya ragu tolak reda Akhirnya kupasrahkan saja Tapi kau malah bertanya “kau baik-baik saja?” Lah sebenernya siapa yang ti...
Sepenghujung Kantuk Seketika waktu turun Jam berdenyut mendetak mimpi Kemarau semakin rukun Biru seketika ladang ternak sapi Kepadaku hari bersuara Meneriaki angin berputar Berusaha menjangkau ilalang burba Seakan ia telah bersikap benar Semisal ini bercak kata Kadang tak sesuai langkah rima Apal
Rasa-rasa Kata ditukar dengan nasi Jadi begitu punel dan bergizi Suara ditukar dengan bakso Seketika tidak jadi bego Artikulasi ditukar dengan es teh Waduh, manisnya jadi meleleh Saat rasa ditukar dengan hati Kenapa berakhir kopi lagi Blitar, 2023
Berisik! Biar waktu sama kuku bicara Cerita sore yang kini tidak berguna Sepatu telah pergi sendiri-sendiri Tanpa ada tali balik diputar sekali Ya sudah Sendiri. Dadah! Tak usah asik Toh sekarang kita masih berisik Tulungagung, 2023
Pedati Pedati berjalan memutari kota Menapak aspal panas sisa jejak kita Diiringi langkah bertepuk jangka Beradu cepat dengan sekelebat angka Perjalan dimulai saat pagi buta Diakhiri malam membuka mata Jarak memang tak seberapa kira Tapi langkah masih bisa panaskan bara Mereka memang diburu kata