- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
{Membully kompasianer ala PSK}Tanggapan atas tulisan "Harusnya PKS Tidak Seperti Itu"
TS
aceminus
{Membully kompasianer ala PSK}Tanggapan atas tulisan "Harusnya PKS Tidak Seperti Itu"
Quote:
Tanggapan atas tulisan "Harusnya PKS Tidak Seperti Itu"
Sabtu, 19 April 2014
Oleh Fendi Yuda Atmaja
Mohon maaf sebelumnya, saya harus menuliskan ini karena kegelisahan pribadi. Terutama ketika membaca tulisan/artikel saudara Fahrizal Aziz yang berjudul “Harusnya PKS Tidak seperti itu” (kompasiana -red). Saya gelisah karena beberapa sahabat saya “meng-aminkan” kebenaran tulisan ini. Bagi saya ada beberapa kesalahan pemahaman sejarah dan konteks oleh Bung Fahrizal yang perlu diluruskan dalam tulisan itu.
Baru saya membaca judulnya saja kok rasanya sudah memberi kesan negatif untuk PKS. Padahal dalam artikel bung Fahrizal Aziz membahas tentang PKS dan PDIP yang sering disebut. Kenapa judulnya hanya dimunculkan PKS? Bagi saya sebuah judul yang baik harus mencerminkan sesuai dengan isinya. Semoga judul tsb tidak sengaja untuk menyudutkan pihak tertentu atau sekedar mencari sensasi. Wallahua’lam.
PERTAMA, rakyat Jakarta sudah hampir putus asa dengan masalah banjir & kemacetan yang tak kunjung terselesaikan. Maka terpilihnya Jokowi sebagai Gubernur DKI dianggap dapat memberikan harapan baru . Saya saja bangga dengan gebrakan-gebrakan Jokowi dalam aksi membenahi Jakarta. Namun rakyat Jakarta lah yang menilai semua itu. Mereka yang merasakan langsung dampaknya. Jika pada kenyataannya rakyat Jakarta tidak puas dengan kinerja Gubernur DKI maka sejarah akan terulang, yaitu rakyat akan mencari sosok lain yang dianggap dapat memberi harapan baru bagi Jakarta. Sebagaimana dulu citra Fauzi Bowo dijatuhkan dan mengangkat sosok baru Jokowi. Jadi dimunculkannya sosok Aher masih dalam kategori wajar.
KEDUA, seandainya Bung Fahrizal bilang kalo Fahri Hamzah itu banyak omong, maka saya akan bersepakat. Terkait kultwit Fahri Hamzah, saya tidak sepakat jika itu disebut aib. Itu adalah rekam jejak kepemimpinan Megawati , dianggap baik atau buruk yang jelas its based on fact. Toh Megawati sudah menjelaskan bahwa kebijakan saat itu adalah legal dilakukan, bahkan telah direstui oleh MPR kala itu.
Saya heran pada Bung Fahrizal yang mempermasalahkan hal ini. Ingat ketika video iklan politik PKS yang mencantumkan Soeharto sebagai salah satu pahlawan bangsa. Lihat betapa banyak Media & Parpol lain termasuk PDIP yang mengkritik habis-habisan dengan mengungkit dosa Orde Baru. Artinya adalah banyak yang menganggap masa Orde Baru Soeharto sarat dengan aib/dosa/kegagalan. Nah,,apakah itu juga etis?
Kemudian Bung Fahrizal menyimpulkan bahwa “semakin susah membedakan mana Partai Islam dan yang tidak”. Terlalu dangkal bagi saya untuk menyimpulkan citra sebuah Parpol hanya dengan ulah segelintir kadernya. Jika tidak suka dengan ulah Fahri Hamzah maka kritik saja pribadinya, bukan dengan men-judge Partainya. Saya berharap Bung Fahrizal tidak ikut “menggarami lautan”. Bung bilang tidak suka antar Parpol saling menjatuhkan dengan merusak citra, lantas apa maksud tulisan Bung yang menyudutkan PKS itu?
Maaf jika saya terlalu jujur mengatakan bahwa tulisan Bung Fahrizal adalah provokatif dan berpotensi menjatuhkan citra Partai Islam.
KETIGA, Saya sepakat bahwa upaya membanggakan diri agar terlihat lebih baik dari yang lain adalah perbuatan yang buruk. Namun menyebarkan kebaikan suatu partai agar diketahui dan memperoleh simpati masyarakat adalah sah dalam kampanye. Wajar jika dalam kampanye simpatisan membagus-baguskan partainya. Yang aneh jika simpatisan menjelek-jelekan partainya sendiri.
Media massa bukan pihak ketiga Bung. Tidak logis jika PKS hanya diam dengan kebaikannya dan mengharapkan media seperti yang bung sebutkan (Metro tv, Tv one, kompas, jawa pos dll) mau memberitakan kebaikan PKS, terlebih dalam masa kampanye.
- Metro tv itu milik Surya Paloh (Nasdem) ,
- TV One milik Bakrie (Golkar),
- kompas (afiliasi masih misterius),
- Jawa pos milik Dahlan Iskan (Demokrat).
Tak ada pihak ketiga bung. Media massa sekarang adalah milik Parpol.
Ingat ketika Ardi Bakrie marah besar gara2 Vivanews memposting iklan tentang Jokowi.
PKS ?? hanya punya PKS Piyungan yang gencar. Itupun cuma media online.
Saya hargai betul kepedulian Bung Fahrizal untuk menasehati PKS, namun alangkah baiknya tulisan langsung disampaikan kepada yang berkaitan (PKS ataupun Fahri Hamzah). Bukan diposting di media massa seperti ini. Apalagi dengan judul yang menyudutkan seperti itu.
Sungguh saya tidak rela karena tulisan bung itu telah membuat sahabat saya (simpatisan PKS) menjadi goyah kepercayaannya kepada PKS lantaran membaca tulisan yang tidak didasari pemahaman sejarah dan konteks yang lebih mendalam.
Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Wallahua’lam.
Yuda
Sabtu, 19 April 2014
Oleh Fendi Yuda Atmaja
Mohon maaf sebelumnya, saya harus menuliskan ini karena kegelisahan pribadi. Terutama ketika membaca tulisan/artikel saudara Fahrizal Aziz yang berjudul “Harusnya PKS Tidak seperti itu” (kompasiana -red). Saya gelisah karena beberapa sahabat saya “meng-aminkan” kebenaran tulisan ini. Bagi saya ada beberapa kesalahan pemahaman sejarah dan konteks oleh Bung Fahrizal yang perlu diluruskan dalam tulisan itu.
Baru saya membaca judulnya saja kok rasanya sudah memberi kesan negatif untuk PKS. Padahal dalam artikel bung Fahrizal Aziz membahas tentang PKS dan PDIP yang sering disebut. Kenapa judulnya hanya dimunculkan PKS? Bagi saya sebuah judul yang baik harus mencerminkan sesuai dengan isinya. Semoga judul tsb tidak sengaja untuk menyudutkan pihak tertentu atau sekedar mencari sensasi. Wallahua’lam.
PERTAMA, rakyat Jakarta sudah hampir putus asa dengan masalah banjir & kemacetan yang tak kunjung terselesaikan. Maka terpilihnya Jokowi sebagai Gubernur DKI dianggap dapat memberikan harapan baru . Saya saja bangga dengan gebrakan-gebrakan Jokowi dalam aksi membenahi Jakarta. Namun rakyat Jakarta lah yang menilai semua itu. Mereka yang merasakan langsung dampaknya. Jika pada kenyataannya rakyat Jakarta tidak puas dengan kinerja Gubernur DKI maka sejarah akan terulang, yaitu rakyat akan mencari sosok lain yang dianggap dapat memberi harapan baru bagi Jakarta. Sebagaimana dulu citra Fauzi Bowo dijatuhkan dan mengangkat sosok baru Jokowi. Jadi dimunculkannya sosok Aher masih dalam kategori wajar.
KEDUA, seandainya Bung Fahrizal bilang kalo Fahri Hamzah itu banyak omong, maka saya akan bersepakat. Terkait kultwit Fahri Hamzah, saya tidak sepakat jika itu disebut aib. Itu adalah rekam jejak kepemimpinan Megawati , dianggap baik atau buruk yang jelas its based on fact. Toh Megawati sudah menjelaskan bahwa kebijakan saat itu adalah legal dilakukan, bahkan telah direstui oleh MPR kala itu.
Saya heran pada Bung Fahrizal yang mempermasalahkan hal ini. Ingat ketika video iklan politik PKS yang mencantumkan Soeharto sebagai salah satu pahlawan bangsa. Lihat betapa banyak Media & Parpol lain termasuk PDIP yang mengkritik habis-habisan dengan mengungkit dosa Orde Baru. Artinya adalah banyak yang menganggap masa Orde Baru Soeharto sarat dengan aib/dosa/kegagalan. Nah,,apakah itu juga etis?
Kemudian Bung Fahrizal menyimpulkan bahwa “semakin susah membedakan mana Partai Islam dan yang tidak”. Terlalu dangkal bagi saya untuk menyimpulkan citra sebuah Parpol hanya dengan ulah segelintir kadernya. Jika tidak suka dengan ulah Fahri Hamzah maka kritik saja pribadinya, bukan dengan men-judge Partainya. Saya berharap Bung Fahrizal tidak ikut “menggarami lautan”. Bung bilang tidak suka antar Parpol saling menjatuhkan dengan merusak citra, lantas apa maksud tulisan Bung yang menyudutkan PKS itu?
Maaf jika saya terlalu jujur mengatakan bahwa tulisan Bung Fahrizal adalah provokatif dan berpotensi menjatuhkan citra Partai Islam.
KETIGA, Saya sepakat bahwa upaya membanggakan diri agar terlihat lebih baik dari yang lain adalah perbuatan yang buruk. Namun menyebarkan kebaikan suatu partai agar diketahui dan memperoleh simpati masyarakat adalah sah dalam kampanye. Wajar jika dalam kampanye simpatisan membagus-baguskan partainya. Yang aneh jika simpatisan menjelek-jelekan partainya sendiri.
Media massa bukan pihak ketiga Bung. Tidak logis jika PKS hanya diam dengan kebaikannya dan mengharapkan media seperti yang bung sebutkan (Metro tv, Tv one, kompas, jawa pos dll) mau memberitakan kebaikan PKS, terlebih dalam masa kampanye.
- Metro tv itu milik Surya Paloh (Nasdem) ,
- TV One milik Bakrie (Golkar),
- kompas (afiliasi masih misterius),
- Jawa pos milik Dahlan Iskan (Demokrat).
Tak ada pihak ketiga bung. Media massa sekarang adalah milik Parpol.
Ingat ketika Ardi Bakrie marah besar gara2 Vivanews memposting iklan tentang Jokowi.
PKS ?? hanya punya PKS Piyungan yang gencar. Itupun cuma media online.
Saya hargai betul kepedulian Bung Fahrizal untuk menasehati PKS, namun alangkah baiknya tulisan langsung disampaikan kepada yang berkaitan (PKS ataupun Fahri Hamzah). Bukan diposting di media massa seperti ini. Apalagi dengan judul yang menyudutkan seperti itu.
Sungguh saya tidak rela karena tulisan bung itu telah membuat sahabat saya (simpatisan PKS) menjadi goyah kepercayaannya kepada PKS lantaran membaca tulisan yang tidak didasari pemahaman sejarah dan konteks yang lebih mendalam.
Semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Wallahua’lam.
Yuda
Kalo PSK membully gayanya kayak maho /:ngakak/
Berikut adalah bully-an para kaum PSK yang dimuat di PSK PUYENGAN. Situs yang selalu sensor setiap komen yang masuk dan hanya muat komen yang sejalan dengan grais besar hukum PSK
Quote:
31 KOMENTAR :
Anonim mengatakan...
ini klise sejak orde baru. orang-orang seperti Fahrizal ini berbicara tidak berdasar fakta,mengedepankan ego,namum bumbu yang ia berikan begitu hebat. kalau ingn menulis tulisan komplain,mengapa tidak sejak sebelum pemilu? kita tidak antikritik. tapi mengapa baru sekarang,ketika sedang gencar-gencarnya pks berusaha menyatukan parpol islam maupun berbasis islam menjadi sebuah koalisi? kader jangan terpancing provokasi,karena pada hakikatnya,yang ingin dilakukan hanyalah memecah-belah persatuan .
19 APRIL 2014 07.51
Anonim mengatakan...
Mudah-mudahan akhi Yuda juga menuliskan artikel ini di kompasiana untuk membalance tulisan bung Fahrizal.
19 APRIL 2014 07.55
Solusi Dengkur mengatakan...
Mantapks..
19 APRIL 2014 08.00
Widi SUPER mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh penulis.
19 APRIL 2014 08.38
Anonim mengatakan...
sipks...
19 APRIL 2014 08.42
Propolis Online mengatakan...
Insya Allah ane gak GOYAH
19 APRIL 2014 08.52
Aliandri Ginanjar Suryawan mengatakan...
Semoga sdr fahrizal dibukakan jalan pikiran karena ikut memfitnah pks....padahal katanya sendiri ga boleh menjelekkan....haduh anak sd aja ketawa karna liat ga konsisten atas penulisannya
19 APRIL 2014 08.55
wawan azmi mengatakan...
Makluuum.....banyak orang yang tidak suka kalau ummat Islam bersatu, berpikiran lebih maju. Kan mereka anggap akan menghambat kepentingan2 mereka. Mereka takut kalau semangat ummat Islam terbakar maka akan mengalahkan yang lain, seperti masa sebelum kemerdekaan, gerlora ummat Islam yang luar biasa....AllohuAkbar..........
19 APRIL 2014 09.17
Muhammad Al-Furqon mengatakan...
Menanggapi tulisan "Harusnya PKS tidak seperti itu" oleh Dian Setyawati (FISIP UI 2009)
Seorang adik kelas meminta pendapat saya tentang sebuah tulisan yang sudah banyak beredar dipublik. Yang menurut saya tulisan ini adalah cacat karena tidak ilmiah: http://m.kompasiana.com/post/read/64.../harusnya-pks-tidak-seperti-itu-.html. Berikut tanggapan saya terkait tulisan Mas Fahrizal Aziz tersebut: Saya sendiri tidak menyepakati gagasan utama yang dibawa bahwa setiap parpol tidak perlu saling serang parpol lain. Lebih khusus di singgung bahwa PKS menjatuhkan nama baik PDIP.
1. Tulisan Mas Fahrizal sebenarnya cukup di bahas dengan satu teori saja. Yang menurut saya ini sudah sering dibahas oleh para pengamat di TV. Yakni tentang black campaign dan negative campaign. Black campaign adalah kampanye yang dilakukan untuk menyerang lawannya dengan meniupkan isu bohong, menghina dengan gagasan irasional tanpa data, fitnah, dan adu domba. Sedangkan Negative campaign adalah kampanye menyerang lawan dengan mengemukakan aspek negatif/kegagalan dari lawan. Dan para pengamat bersepakat bahwa hal-hal terkait negative campaign memang justru harus diperbanyak sebagai fungsi controlling aktor-aktor politik. Saya binggung kenapa Mas Fahrizal begitu jengah dengan kerja- kerja Kader PKS yang menyebar luaskan grafik korupsi (berbasis data loh) dan jengah terhadap kultwit Fahri Hamzah tentang Megawati (Yang menjual BUMN dg harga murah, Indosat, Tanker VLCC, yang pernah di BC lalu). Hal-hal itu adalah negative campaign yang berbasis data. Kalau di kelas Mas Efendi Ghazali, beliau selalu koar-koar negative campaign ini harus banyak dilakukan biar pemimpin ingat dosa dan merasa di evaluasi. Publik pun semakin cerdas dan kritis.
2. Mas Fahrizal bilang, "Sudahlah sebuah parpol tidak perlu mengkritik parpol lain, cukup yang mengkritik media dan masyarakat saja." Heeei, media kita sekarang berpihak dan masyarakat kita masih belum cerdas. Dalam politik sah-sah saja. Justru sangat dianjurkan kritik hadir dari lawan politiknya. Biasanya kritik dari lawan politik itu pasti kritik yang memang berkualitas tidak main-main. Makanya ada istilah oposisi. Kembali ke kampanye, intinya tinggal bagaimana agar kita tidak menggunakan black campaign (memfitnah dan menghina dengan irasional). Nah, sekarang tagar # TolakPartaiPoligami dan mengkaitkan angka tiga dg salah satu tubuh wanita. Ulah siapa? Kampanye seperti ini yang harus dikritisi.
3. Terkait PKS yang mempublikasikan prestasinya sebagai partai dengan indeks korupsi rendah. Menurut saya ini sah-sah saja. Kenapa menurut Mas Fahrizal ga boleh? Mas Fahrizal ini sepertinya ga belajar politik. Dalam politik, aktor-aktor politik memang harus melakukan komunikasi politik. Mereka harus mengkomunikasikan kebijakan yang mereka ambil dan prestasi mereka. Kesimpulan: Opini Mas Fahrizal Aziz ini ga pakai landasan teori, ga ada pakemnya, jadi gagal dalam menangkap dan menyimpulkan fenomena yang ada. Apakah parpol yang membuat "sakit hati" parpol lain (cie PDIP sakit hati), lantas dengan mudah menuduh parpol itu (PKS) melakukan politik yang tidak etis, padahal berbasis data. Makanya penting untuk tiap kita menggunakan landasan teori. @diansetya91
19 APRIL 2014 09.21
awan mengatakan...
Makin cinta dgn PKS...
19 APRIL 2014 09.25
Anonim mengatakan...
harusnya di tulis di kompasiana juga, biar di tanggapi yang bersangkutan
19 APRIL 2014 09.39
Anonim mengatakan...
Sy juga dulu benci sangat dgn PKS, justru berbalik menjadi simpatisan setelah membaca puluhan (atau malah ratusan) berita/artikel yg menjelek2an PKS. Tp memang tugas KITA utk meng-counter smw artikel/berita yg di-FRAMING utk menjelek2an PKS. Ingat, saat ini framing itu lebih bahaya dari fitnah. Seolah2 fakta, pdhl penggiringan opini. (http://twitter.com/LIGGA_N)
19 APRIL 2014 09.39
Anonim mengatakan...
Cara halus untuk merasa besar at mnjdi besar itu menasehati yg hesar walau ia kecil...sy kira fahrizal sperti itu..
19 APRIL 2014 10.00
Bien mengatakan...
Saya sempat berdiskusi dengan teman yang setuju dengan tulisan sdr fahrizal. Menurut pendapat saya memang logika yang dipakai sdr fahrizal terlalu dangkal dan tidak melihat kenapa bisa terjadi seperti itu (seperti yang dipaparkan oleh sdr Yudha). Tapi disamping itu saya meminta PKS juga untuk instropeksi kalau ada langkah yang salah dan perlu dikoreksi, karena banyak diantara teman2 simpatisan PKS yang berpaling setelah PKS menjadi partai terbuka, meskipun saya yakin ada alasannya untuk PKS mengambil langkah itu.
19 APRIL 2014 10.02
Anonim mengatakan...
pembahasan lama, ini nih akibat gabung PKS setengah-setengah.
mungkin ini bisa jadi jawabannya kalau PKS bukan lagi ngurusin yang gituan.. https://bitly.com/1jgpgIS.
#AYKTM
19 APRIL 2014 10.04
Anonim mengatakan...
pertama kali membaca, tulisan yang tidak berdasr ini, malah saya yang gelisah dengan sikap Fahrizal, yang membeda-bedakan figur kepemimpinan antara Ustd HNW dan AM. betul-betul syarat provokatif. semoga alloh memberikan hidayah kepada Bung Fahrizal
19 APRIL 2014 10.14
Rina mengatakan...
saya sudah membaca tulisan sdr Fahrizal -- pendapat saya tidak lebih dari sekedar tulisan provokatif -- sepertinya generasi awal islam tidak mengajarkan yang seperti itu -- semoga bung Fahrizal menyadari "kekeliruannya"
19 APRIL 2014 10.15
Anonim mengatakan...
Memang sangat naive tulisan mas fachrial...beliau sepertinya tdk memahami fakta2 dan kondisi lingkungan yg ada. Kalau dibedah satu2 kelihatan argumen yg dibangun sangat miskin data2 serta lebih kepada pemikiran sempit semata..Ayolah bung, anda hidup di alam kenyataan bukan di alam fiksi...
19 APRIL 2014 10.37
angga budi mengatakan...
saya membaca tulisan fahrizal. saya juga sudah baca tulisan di atas. saya tidak kenal fahrizal. cuma menilai dari tulisannya itu. menurut saya (dari tulisannya), dia orang yang sopan, tapi juga lugu sekali. baca lagi aja tulisannya. banyak minta maafnya, banyak juga pertentangan-pertentangannya. misalnya soal fahri hamzah yang menurutnya mungkin jadi penyebab turunnya suara PKS. kenyataannya perolehan suara fahri hamzah tahun ini naik signifikan dibandingkan 2009. PKS konon dua besar di NTB. jadi jelas sumbangsih fahri hamzah untuk suara PKS besar. jadi sudahlah, lupain aja. ambil saja maksud baiknya menasehati. itu temen2-nya mas fendi yuda yang katanya goyah dinasehatin aja dengan cara ditunjukkan kelemahan-kelemahan yang jelas nyata kentara dalam tulisan fahrizal.
19 APRIL 2014 10.39
Majin mengatakan...
tenang saja.. saya bukan kader, dan tidak goyah...
19 APRIL 2014 11.02
toni budiarso saksana mengatakan...
Takutnya kedengkian membutakan mata. Mari kita yg mungkin lebih normal sabaaar
19 APRIL 2014 11.31
Anonim mengatakan...
mnjelaskan keburukan yg prnah dilakukan oleh pihak x tidak otomatis mengumbar aib spt infotainment, adakalanya itu diperlukan utk membuka ilusi2 kebaikan yg terus ditebar oleh media dan pihak2 pndukung si x itu spy rakyat trkelabui n lupa pada keburukan mereka yg bagaikan virus berbahaya
19 APRIL 2014 11.54
Anonim mengatakan...
Dibales DG d posting ke kompasiana juga kah?
19 APRIL 2014 11.56
Anonim mengatakan...
Owe percaya ama pks karena visi dan misinya komplit tdk seperti partai laen.....kalo sama orangnya..nama juga manusia pasti ada salah dan khilafnya...karena pks bukan partai malaikat....
19 APRIL 2014 12.03
Anonim mengatakan...
mau tmbah komen.
Point 2, Bung Fahri sama sekali tdk membeberkan aib pribadi,tapi indikasi tdk beres nya pengelolaan negara.
point 3. Bukan membanggakan diri,tapi memberitahu apa saja yg telah dan seharusny dilakukan.krn media2 besar juga tdk steril dr kpentingan.
Terakhir,ini nasehat buat siapa?
Klau bener2 nasihat,harusny lgsung ke orangnya atau ke partainya,bukan koar2 ke publik.shgga lbih terkesan cari perhatian
19 APRIL 2014 12.05
NUR INDAH mengatakan...
iya bener, bung fahrizal tidak konsisten, anak kecil pasti ketawa kalo mbaca tulisan bung fahrizal. itu anak kecil loh?
19 APRIL 2014 12.22
Anonim mengatakan...
Fahrizal ini menuding sana sini lupa dg kelakuannya sndiri..namun sygnya bnyk yg gak mengerti shg ikut mengamini dan krn nya byk yg terhakimi dg dasar bkn fakta melainkan seenaknya sndiri.
Krn itulah mengapa lidah disebut lebih tajam dari pedang dan fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
Smg fahrizal ini diberikan pencerahan shg bs melihat sesuatu berdasar fakta dan bs melihat dr semua sisi, tdk provokatif spt itu yg ujung2nya fitnah tnpa sadar..
19 APRIL 2014 12.27
Dikdik Mulyadi mengatakan...
Hati2 betbagai cara untul menghancurkan pks..
19 APRIL 2014 13.08
suhespot mengatakan...
semakin disudutkan, insya allah semakin mantap pula dengan pks ..
19 APRIL 2014 13.18
HD Sari mengatakan...
PKS dikritik karena PKS diperhatikan. Begitupun dg oknumnya
PKS ingin ditumbangkan/ingin dijatuhkan karena PKS dikhawatirkan akan menjadi partai Islam terbesar & paling berpengaruh. Kalau dg konspirasi kader PKS tetap tak tergoyahkan, maka bung yg 1 itu memilih untuk menjelek2an secara terang2an.
Coba kasih tau bung Fahrizal akan visi PKS yg sebenarnya, mungkin ia akan mengerti & berhenti mengkritik. Kita berpartai bkn untuk berkuasa bung, tp untuk menuburkan keadilan yg semakin gersang. Salam Nasihat!
19 APRIL 2014 13.53
Anonim mengatakan...
semoga caleg-caleg yg terpilih bisa amanah, jujur, tidak hedonis, rajin ketika rapat. Dan jangan kuatir PKS tak kan kehilangan pemilihnya bila orang-orangnya dekat dengan Allah
19 APRIL 2014 14.18
POSKAN KOMENTAR
Anonim mengatakan...
ini klise sejak orde baru. orang-orang seperti Fahrizal ini berbicara tidak berdasar fakta,mengedepankan ego,namum bumbu yang ia berikan begitu hebat. kalau ingn menulis tulisan komplain,mengapa tidak sejak sebelum pemilu? kita tidak antikritik. tapi mengapa baru sekarang,ketika sedang gencar-gencarnya pks berusaha menyatukan parpol islam maupun berbasis islam menjadi sebuah koalisi? kader jangan terpancing provokasi,karena pada hakikatnya,yang ingin dilakukan hanyalah memecah-belah persatuan .
19 APRIL 2014 07.51
Anonim mengatakan...
Mudah-mudahan akhi Yuda juga menuliskan artikel ini di kompasiana untuk membalance tulisan bung Fahrizal.
19 APRIL 2014 07.55
Solusi Dengkur mengatakan...
Mantapks..
19 APRIL 2014 08.00
Widi SUPER mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh penulis.
19 APRIL 2014 08.38
Anonim mengatakan...
sipks...
19 APRIL 2014 08.42
Propolis Online mengatakan...
Insya Allah ane gak GOYAH
19 APRIL 2014 08.52
Aliandri Ginanjar Suryawan mengatakan...
Semoga sdr fahrizal dibukakan jalan pikiran karena ikut memfitnah pks....padahal katanya sendiri ga boleh menjelekkan....haduh anak sd aja ketawa karna liat ga konsisten atas penulisannya
19 APRIL 2014 08.55
wawan azmi mengatakan...
Makluuum.....banyak orang yang tidak suka kalau ummat Islam bersatu, berpikiran lebih maju. Kan mereka anggap akan menghambat kepentingan2 mereka. Mereka takut kalau semangat ummat Islam terbakar maka akan mengalahkan yang lain, seperti masa sebelum kemerdekaan, gerlora ummat Islam yang luar biasa....AllohuAkbar..........
19 APRIL 2014 09.17
Muhammad Al-Furqon mengatakan...
Menanggapi tulisan "Harusnya PKS tidak seperti itu" oleh Dian Setyawati (FISIP UI 2009)
Seorang adik kelas meminta pendapat saya tentang sebuah tulisan yang sudah banyak beredar dipublik. Yang menurut saya tulisan ini adalah cacat karena tidak ilmiah: http://m.kompasiana.com/post/read/64.../harusnya-pks-tidak-seperti-itu-.html. Berikut tanggapan saya terkait tulisan Mas Fahrizal Aziz tersebut: Saya sendiri tidak menyepakati gagasan utama yang dibawa bahwa setiap parpol tidak perlu saling serang parpol lain. Lebih khusus di singgung bahwa PKS menjatuhkan nama baik PDIP.
1. Tulisan Mas Fahrizal sebenarnya cukup di bahas dengan satu teori saja. Yang menurut saya ini sudah sering dibahas oleh para pengamat di TV. Yakni tentang black campaign dan negative campaign. Black campaign adalah kampanye yang dilakukan untuk menyerang lawannya dengan meniupkan isu bohong, menghina dengan gagasan irasional tanpa data, fitnah, dan adu domba. Sedangkan Negative campaign adalah kampanye menyerang lawan dengan mengemukakan aspek negatif/kegagalan dari lawan. Dan para pengamat bersepakat bahwa hal-hal terkait negative campaign memang justru harus diperbanyak sebagai fungsi controlling aktor-aktor politik. Saya binggung kenapa Mas Fahrizal begitu jengah dengan kerja- kerja Kader PKS yang menyebar luaskan grafik korupsi (berbasis data loh) dan jengah terhadap kultwit Fahri Hamzah tentang Megawati (Yang menjual BUMN dg harga murah, Indosat, Tanker VLCC, yang pernah di BC lalu). Hal-hal itu adalah negative campaign yang berbasis data. Kalau di kelas Mas Efendi Ghazali, beliau selalu koar-koar negative campaign ini harus banyak dilakukan biar pemimpin ingat dosa dan merasa di evaluasi. Publik pun semakin cerdas dan kritis.
2. Mas Fahrizal bilang, "Sudahlah sebuah parpol tidak perlu mengkritik parpol lain, cukup yang mengkritik media dan masyarakat saja." Heeei, media kita sekarang berpihak dan masyarakat kita masih belum cerdas. Dalam politik sah-sah saja. Justru sangat dianjurkan kritik hadir dari lawan politiknya. Biasanya kritik dari lawan politik itu pasti kritik yang memang berkualitas tidak main-main. Makanya ada istilah oposisi. Kembali ke kampanye, intinya tinggal bagaimana agar kita tidak menggunakan black campaign (memfitnah dan menghina dengan irasional). Nah, sekarang tagar # TolakPartaiPoligami dan mengkaitkan angka tiga dg salah satu tubuh wanita. Ulah siapa? Kampanye seperti ini yang harus dikritisi.
3. Terkait PKS yang mempublikasikan prestasinya sebagai partai dengan indeks korupsi rendah. Menurut saya ini sah-sah saja. Kenapa menurut Mas Fahrizal ga boleh? Mas Fahrizal ini sepertinya ga belajar politik. Dalam politik, aktor-aktor politik memang harus melakukan komunikasi politik. Mereka harus mengkomunikasikan kebijakan yang mereka ambil dan prestasi mereka. Kesimpulan: Opini Mas Fahrizal Aziz ini ga pakai landasan teori, ga ada pakemnya, jadi gagal dalam menangkap dan menyimpulkan fenomena yang ada. Apakah parpol yang membuat "sakit hati" parpol lain (cie PDIP sakit hati), lantas dengan mudah menuduh parpol itu (PKS) melakukan politik yang tidak etis, padahal berbasis data. Makanya penting untuk tiap kita menggunakan landasan teori. @diansetya91
19 APRIL 2014 09.21
awan mengatakan...
Makin cinta dgn PKS...
19 APRIL 2014 09.25
Anonim mengatakan...
harusnya di tulis di kompasiana juga, biar di tanggapi yang bersangkutan
19 APRIL 2014 09.39
Anonim mengatakan...
Sy juga dulu benci sangat dgn PKS, justru berbalik menjadi simpatisan setelah membaca puluhan (atau malah ratusan) berita/artikel yg menjelek2an PKS. Tp memang tugas KITA utk meng-counter smw artikel/berita yg di-FRAMING utk menjelek2an PKS. Ingat, saat ini framing itu lebih bahaya dari fitnah. Seolah2 fakta, pdhl penggiringan opini. (http://twitter.com/LIGGA_N)
19 APRIL 2014 09.39
Anonim mengatakan...
Cara halus untuk merasa besar at mnjdi besar itu menasehati yg hesar walau ia kecil...sy kira fahrizal sperti itu..
19 APRIL 2014 10.00
Bien mengatakan...
Saya sempat berdiskusi dengan teman yang setuju dengan tulisan sdr fahrizal. Menurut pendapat saya memang logika yang dipakai sdr fahrizal terlalu dangkal dan tidak melihat kenapa bisa terjadi seperti itu (seperti yang dipaparkan oleh sdr Yudha). Tapi disamping itu saya meminta PKS juga untuk instropeksi kalau ada langkah yang salah dan perlu dikoreksi, karena banyak diantara teman2 simpatisan PKS yang berpaling setelah PKS menjadi partai terbuka, meskipun saya yakin ada alasannya untuk PKS mengambil langkah itu.
19 APRIL 2014 10.02
Anonim mengatakan...
pembahasan lama, ini nih akibat gabung PKS setengah-setengah.
mungkin ini bisa jadi jawabannya kalau PKS bukan lagi ngurusin yang gituan.. https://bitly.com/1jgpgIS.
#AYKTM
19 APRIL 2014 10.04
Anonim mengatakan...
pertama kali membaca, tulisan yang tidak berdasr ini, malah saya yang gelisah dengan sikap Fahrizal, yang membeda-bedakan figur kepemimpinan antara Ustd HNW dan AM. betul-betul syarat provokatif. semoga alloh memberikan hidayah kepada Bung Fahrizal
19 APRIL 2014 10.14
Rina mengatakan...
saya sudah membaca tulisan sdr Fahrizal -- pendapat saya tidak lebih dari sekedar tulisan provokatif -- sepertinya generasi awal islam tidak mengajarkan yang seperti itu -- semoga bung Fahrizal menyadari "kekeliruannya"
19 APRIL 2014 10.15
Anonim mengatakan...
Memang sangat naive tulisan mas fachrial...beliau sepertinya tdk memahami fakta2 dan kondisi lingkungan yg ada. Kalau dibedah satu2 kelihatan argumen yg dibangun sangat miskin data2 serta lebih kepada pemikiran sempit semata..Ayolah bung, anda hidup di alam kenyataan bukan di alam fiksi...
19 APRIL 2014 10.37
angga budi mengatakan...
saya membaca tulisan fahrizal. saya juga sudah baca tulisan di atas. saya tidak kenal fahrizal. cuma menilai dari tulisannya itu. menurut saya (dari tulisannya), dia orang yang sopan, tapi juga lugu sekali. baca lagi aja tulisannya. banyak minta maafnya, banyak juga pertentangan-pertentangannya. misalnya soal fahri hamzah yang menurutnya mungkin jadi penyebab turunnya suara PKS. kenyataannya perolehan suara fahri hamzah tahun ini naik signifikan dibandingkan 2009. PKS konon dua besar di NTB. jadi jelas sumbangsih fahri hamzah untuk suara PKS besar. jadi sudahlah, lupain aja. ambil saja maksud baiknya menasehati. itu temen2-nya mas fendi yuda yang katanya goyah dinasehatin aja dengan cara ditunjukkan kelemahan-kelemahan yang jelas nyata kentara dalam tulisan fahrizal.
19 APRIL 2014 10.39
Majin mengatakan...
tenang saja.. saya bukan kader, dan tidak goyah...
19 APRIL 2014 11.02
toni budiarso saksana mengatakan...
Takutnya kedengkian membutakan mata. Mari kita yg mungkin lebih normal sabaaar
19 APRIL 2014 11.31
Anonim mengatakan...
mnjelaskan keburukan yg prnah dilakukan oleh pihak x tidak otomatis mengumbar aib spt infotainment, adakalanya itu diperlukan utk membuka ilusi2 kebaikan yg terus ditebar oleh media dan pihak2 pndukung si x itu spy rakyat trkelabui n lupa pada keburukan mereka yg bagaikan virus berbahaya
19 APRIL 2014 11.54
Anonim mengatakan...
Dibales DG d posting ke kompasiana juga kah?
19 APRIL 2014 11.56
Anonim mengatakan...
Owe percaya ama pks karena visi dan misinya komplit tdk seperti partai laen.....kalo sama orangnya..nama juga manusia pasti ada salah dan khilafnya...karena pks bukan partai malaikat....
19 APRIL 2014 12.03
Anonim mengatakan...
mau tmbah komen.
Point 2, Bung Fahri sama sekali tdk membeberkan aib pribadi,tapi indikasi tdk beres nya pengelolaan negara.
point 3. Bukan membanggakan diri,tapi memberitahu apa saja yg telah dan seharusny dilakukan.krn media2 besar juga tdk steril dr kpentingan.
Terakhir,ini nasehat buat siapa?
Klau bener2 nasihat,harusny lgsung ke orangnya atau ke partainya,bukan koar2 ke publik.shgga lbih terkesan cari perhatian
19 APRIL 2014 12.05
NUR INDAH mengatakan...
iya bener, bung fahrizal tidak konsisten, anak kecil pasti ketawa kalo mbaca tulisan bung fahrizal. itu anak kecil loh?
19 APRIL 2014 12.22
Anonim mengatakan...
Fahrizal ini menuding sana sini lupa dg kelakuannya sndiri..namun sygnya bnyk yg gak mengerti shg ikut mengamini dan krn nya byk yg terhakimi dg dasar bkn fakta melainkan seenaknya sndiri.
Krn itulah mengapa lidah disebut lebih tajam dari pedang dan fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.
Smg fahrizal ini diberikan pencerahan shg bs melihat sesuatu berdasar fakta dan bs melihat dr semua sisi, tdk provokatif spt itu yg ujung2nya fitnah tnpa sadar..
19 APRIL 2014 12.27
Dikdik Mulyadi mengatakan...
Hati2 betbagai cara untul menghancurkan pks..
19 APRIL 2014 13.08
suhespot mengatakan...
semakin disudutkan, insya allah semakin mantap pula dengan pks ..
19 APRIL 2014 13.18
HD Sari mengatakan...
PKS dikritik karena PKS diperhatikan. Begitupun dg oknumnya
PKS ingin ditumbangkan/ingin dijatuhkan karena PKS dikhawatirkan akan menjadi partai Islam terbesar & paling berpengaruh. Kalau dg konspirasi kader PKS tetap tak tergoyahkan, maka bung yg 1 itu memilih untuk menjelek2an secara terang2an.
Coba kasih tau bung Fahrizal akan visi PKS yg sebenarnya, mungkin ia akan mengerti & berhenti mengkritik. Kita berpartai bkn untuk berkuasa bung, tp untuk menuburkan keadilan yg semakin gersang. Salam Nasihat!
19 APRIL 2014 13.53
Anonim mengatakan...
semoga caleg-caleg yg terpilih bisa amanah, jujur, tidak hedonis, rajin ketika rapat. Dan jangan kuatir PKS tak kan kehilangan pemilihnya bila orang-orangnya dekat dengan Allah
19 APRIL 2014 14.18
POSKAN KOMENTAR
kacian deh kompasianer yang dibully, lucunya tak berani membully di kompasiana tapi hanya di situs mereka sendiri. Komen penuh teriakan pada sang Khalik tapi isinya hanya ke-go-blog-an kaum PSK
0
3.8K
Kutip
22
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan