Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Lek jokoAvatar border
TS
Lek joko
Jakarta BOOM lagi!!
Spoiler for opini gw:

[SPOILER=NARASI FIKTIF]Bom Sarinah : Ketika Sang Jenderal Murka

Rupanya Sang Jenderal murka. Di atas mimbar ia berkata, "Hari ini Jakarta buat jadi mencekam wahai para prajurit"

"Siap laksanakan Jenderal!"

Seorang prajurit terlihat menjawab telepon dari seseorang sambil bersikap hormat dan tegap. Kemudian dia menekan beberapa tombol dalam HP nya, mendekatkan ke telinganya, dan berbicara kepada istri di seberang telepon sana.

"Mamah. Aku sayang kamu. Dan juga anak kita, Satria"

Tanpa menunggu jawaban sang istri, dia mematikan telepon genggamnya. Membuka casing, mengambil simcard, kemudian mematahkannya. HP tak berdosa itu dibuang di selokan depan gedung Sarinah.

"Kau siap?"

"Siap bang. Yakin!", kata 2 orang temannya lagi.

Mereka bertiga melangkah gontai menuju pintu masuk Sarinah. Berjalan seperti biasa, melewati tukang gorengan yang sering mangkal di bawah jembatan busway. Seperti tak ada rencana apa-apa.

Mata satpam itu tak lepas dari sorotan ransel hitam yang mereka bawa. Perlahan masuk pintu dan...

"Teeet...", metal detector berbunyi nyaring.

"Maaf boleh lihat isi tas bapak?", Satpam berambut cepak mulai curiga.

Sang prajurit diam saja. Satpam itu mengulangi pertanyaannya.

"Apa kau! Mau ngajak ribut?", teman sang prajurit yang berkacamata membentak satpam Sarinah dengan mendongakkan kepala.

Tak terima dibentak, satpam lainnya mencoba menengahi. Tapi apa yang terjadi?

Ketiga prajurit itu semakin menjadi-jadi. Mereka bertindak kasar dan main tangan. Hingga beberapa polisi mencoba menggiring ketiga prajurit dan satpam penjaga pintu masuk Sarinah ke pos polisi di depan gedung Cakrawala.

"Buuuum..." sebuah ledakan berhasil memporak-porandakan pintu pos polisi. Tiga orang pejalan kaki yang kebetulan lewat depan pos, tergeletak tak bergerak.

"Merdeka! Merdeka!", prajurit itu berteriak lantang sambil menggenggam tangan ke arah langit. Sedangkan dua orang temannya lari ke arah gedung Cakrawala.

Ledakan itu berhasil menyita perhatian orang-orang yang berlalu lalang. Mereka mulai berkerumun di sekitar TKP.

"Itu bom. Itu bom! Semuanya lari...", seorang polisi berteriak menghalau masyarakat yang berusaha mendekati TKP.

Semua orang panik. Para pejalan kaki dan penjual gorengan menyelamatkan diri mereka sendiri. Berlari berhamburan mencari perlindungan.

"Dor, Dor, Dor!", seorang polisi tertembak dari jarak dekat. Rupanya sang prajurit masih ada di lokasi.

Seketika itu juga polisi lain yang ada di sana mulai membalas tembakan ke arah sang prajurit. Berlindung di antara pos polisi yang sudah pecah kaca-kacanya.

"Dor, Dor, Dor!", suasana semakin mencekam.

"Markas 86 ke Sarinah. Teroris menyerang! Siaga penuh!", sebuah suara dari Handy Talky terdengar samar-samar dan penuh kegelisahan.

Pasukan anti huru-hara datang seperti kilat. Mereka segera bergabung dengan polisi yang sudah ada di lapangan terlebih dahulu. Menyerang sang prajurit yang sudah dalam kondisi terjepit. MH. Thamrin sudah dikepung.

"Jika cinta sudah melanda. Korban raga tinggal menunggu masa", gumam sang prajurit sambil mencium pistol yang digenggamannya.

Lantas dia sembunyi dari balik mobil yang ditinggalkan pemiliknya begitu saja di jalan. Mengangkat senjata dan mengarahkan ke segala penjuru. Menembak dengan membabi buta.

"Kita segera merdeka kawan-kawan. Merdekaaaa...", suaranya yang lantang menyatu bersama bunyi selongsong peluru.

"Dor!", sebuah peluru dari sniper menembus jantungnya. Sang prajurit jatuh seketika.

Melihat sang prajurit sudah tak ada perlawanan, beberapa polisi memcoba mendekati lokasi jatuhnya. Menendang pistol yang masih lemah di genggamannya. Menggoyangkan tubuhnya yang sudah tak bernyawa. Sang prajurit, tewas. Salah seorang polisi menyilangkan tangannya ke arah polisi lainnnya. Kemudian dia memberi isyarat agar segera mengevakuasi jenazah sang prajurit dan memburu teroris lainnya.

"Dor, Dor, Dor!", tak disangka seorang warga berpakaian sipil mengacungkan pistol ke arah polisi.

"Teroris masih di sekitar kita. Waspada. Dimana-mana ada!"

Pasukan

Pasukan anti huru-hara hilang arah. Mereka harus membagi fokus ke segala arah dimana sumber suara berada.

Satu tembakan. Dua tembakan. Tiga tembakan. Dari arah yang berbeda-beda. Seorang teroris terlihat berlarian ke arah istana negara setelah melepaskan tembakan. Sedangkan yang lainnya mengalihkan perhatian dengan menembaki polisi.

"Jangan sampai mereka masuk gedung Cakrawala. Tutup jalan. Tutup semua", kata seorang polisi.

Seketika itu juga terdengar ledakan bom dimana-mana. Baku tembak merajalela. The Capital is down.

(Bersambung...)

nb : cerita ini adalah fiksi yang bersumber dari data-data di media. Jika ada kesamaan lokasi dan tokoh itu hanya bentuk ekspresi penulisan semata dan sudah pasti hoax, jangan dipercaya. [/SPOILER
Diubah oleh Lek joko 15-01-2016 10:38
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
3.3K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan