Pedagang memilah daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (17/5/2016).
Harapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menurunkan harga daging sapi hingga di bawah Rp80.000 per kilogram masih harus melalui jalan panjang. Padahal bulan puasa sudah dekat. Pasokan daging sapi di pasaran menjadi salah satu tantangannya.

Sejumlah pengusaha pesimistis dengan keinginan Presiden Jokowi. Tapi pemerintah tetap optimistis mampu melakukan itu. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, bahkan berani menjaminkan harga bahan pangan, termasuk daging sapi bisa turun pada akhir minggu pertama bulan puasa.

"Saya tanggung jawab BUMN dalam prestasi," katanya dalam detik.com, Selasa (31/5/2016).

Tapi apakah jaminan pasokan daging sapi itu dapat menekan harga daging sapi di pasaran, khususnya untuk bulan puasa dan Lebaran nanti?

Tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia per bulan rata-rata mencapai 61.502 ton. Namun menjelang puasa dan Lebaran, tingkat konsumsi daging sapi akan naik sebesar 10 persen.

Seperti yang dilansir dari hargapangan.id, untuk provinsi-provinsi seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Barat, DKI Jakarta, sebagian Kalimantan, dan Papua harga daging sapi masih terbilang tinggi, yakni Rp120.000 hingga Rp135.500 per kgnya.

Hanya dua provinsi yang memiliki harga rendah, yakni Sumatera Utara dan Maluku yang harga daging sapinya mencapai Rp90.000 per kgnya.

Pemerintah pun mengakalinya dengan mengeluarkan izin impor daging sekitar 27.400 ton untuk menekan harga sapi itu. Dari jumlah tersebut, sudah ada 1.800 ton daging sapi impor yang telah masuk dan diedarkan.

Menteri Perdagangan, Thomas Lembong, mengatakan dari jumlah tersebut, pemerintah memberikan penugasan impor sebesar 10.000 ton daging kepada Perum Bulog, 5.000 ton kepada PT Berdikari, dan PT Dharma Jaya sebesar 500 ton.

Selain itu, juga ada impor daging yang akan dilakukan oleh swasta yang jumlahnya mencapai 20.000 ton. Sayang, Thomas tak merinci siapa pihak swasta yang mendapatkan jatah impor tersebut.

"Berinteraksi dengan pasar seperti main kartu, tak bisa semua kartu bisa dibuka. Nggak bisa jawab semua, harus menata interaksi pasar dengan baik, kalau telanjang langsung (informasi) dalam interaksi pasar nanti tidak optimal," kata Lembong, usai rapat koordinasi di kantor Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta, Selasa (31/5/2016).

Sementara untuk pengiriman sapi lokal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ke DKI Jakarta, sejak Januari hingga Mei 2016 baru tercatat sebanyak 14.000 ribu ekor. Dengan target kuota pengiriman sapi sebanyak 56.250 ekor pada tahun 2016.

Sejumlah pihak menilai, jika kebijakan ini dipaksakan, maka yang akan terdampak adalah peternak dan penjual.

"Kalau kebijakan pusat harga daging ditekan sampai dengan Rp80.000, ini perlu perjuangan yang panjang. Dan itu tentunya akan membawa dampak yang begitu besar kepada peternak," kata Kabid Kesehatan Hewan Disnakkan, Kabupaten Semarang, Sri Handayani, dalam tribunnews.com, Selasa (31/5/2016).

Menurut Sri, mekanisme pasar akan sulit diintervensi, khususnya oleh pemerintah daerah.

Senada dengan Sri, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang UMKM, Koperasi dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengatakan sangat tidak mungkin harga daging sapi bisa turun hingga di bawah Rp80.000 per kg, paling mungkin mencapai Rp100.000 per kg.

Panjangnya rantai pasokan daging di Indonesia menjadi penyebab utama mengapa harga daging akan sulit diintervensi, meskipun dengan impor daging. "Harga daging impor dari Australia saja tiba di DKI sudah Rp95.000 ribu," jelasnya dalam Liputan6.com, Selasa (31/5/2016).



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...tu-dan-pasokan

---