(Antara)-Jauh sebelum ada jam analog dan jam digital, umat muslim sudah mengenal teknologi sederhana untuk menandai masuknya waktu ibadah shalat. Alat itu biasa disebut jam bencet atau jam matahari. Biasanya jam bencet ini terdapat pada masjid kuno yang usianya sudah ratusan tahun.



Secara umum prinsip kerja jam bencet berpatokan pada bayangan jarum atau paku yang melekat pada jam itu, ketika matahari menempati posisi tertentu.

Ketika bayangan paku mengarah pada angka yang terdapat pada wahana lempeng cekung jam bancet, inilah yang dijadikan patokan sebagai penunjuk waktu shalat. namun sejak adanya jam analog penggunaan jam bencet mulai ditinggalkan.

Kini di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta hanya tersisa satu jam bancet yang saat ini masih digunakan, yaitu di Masjid Sabiilurrosyaad, Kampung Kauman, Pandak, Kabupaten Bantul.

di Masjid Sabiilurrosyaad ini, jam bancet atau biasa disebut jam matahari sudah ada sejak tahun 1950, yang saat ini ditempatkan di sisi utara dari bangunan masjid. Menurut catatan sejarah, Masjid Sabiilurrosyaad sendiri merupakan peninggalan panembahan bodo yang konon hidup pada abad 16 masehi.

menurut Takmir Masjid Sabiilurrosyaad, Nur Jauzah, konsep kerja jam bancet sabagai patokan waktu istiwak atau waktu matahari tepat diatas kita. Penempatan jam bancet dilakukan dengan perhitungan tertentu, lantaran cara kerja jam ini tidak lepas dari keberadaan pantulan sinar matahari.

Bagi masyarakat setempat merawat jam bancet ini dengan baik, sebagai salah satu warisan budaya islam, sehingga harus dilestarikan sekaligus dipertahankan fungsinya. Bagi para orang tua dahulu penggunaan jam bencet sebagai penanda waktu shalat, semakin memantapkan mereka dalam beribadah.




TERNYATA BUKAN HANYA KODOK YE GAN...YANG PUNYA NAMA BANCET