Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mrdfssAvatar border
TS
mrdfss
Jin Penunggu Berwujud Pocong, Yang Pernah Menggangguku Saat Masih SMP


Cerita ini terjadi di rumah nenek ane yang berada di daerah Bandung. Lebih tepatnya di daerah Ujung Berung, Kabupaten Bandung. Nenek ane memiliki rumah yang letaknya di dalam sebuah gang. Jaraknya sekitar 200 meter dari jalan utama. Mobil tidak bisa masuk ke daerah ini, bahkan motor saja harus bersimpangan bila masuk ke gang ini. Nah tepat di belakang rumah nenekku ada sebuah balong atau empang. Ukurannya sekitara 4 x 4 meter dan sudah tidak lagi terawat. Dulunya digunakan oleh kakekku sebagai tempat pemancingan, namun semenjak kakekku meninggal, empang itu sudah tidak terurus lagi.

Oya, kenalkan, namaku Rijal, kini aku sudah duduk di bangku kuliah. Orang tuaku memutuskan untuk membeli rumah baru di daerah Cimahi, lantaran letak kantor ayah yang berada di Cimahi sehingga dia tidak perlu capek-capek pulang pergi Bandung-Cimahi setiap harinya. Tapi sesekali bila libur panjang kita menginap di rumah nenek, selain agar tidak jenuh dengan suasana di Cimahi, kasian juga bila nenek haru tinggal sendirian disana, maka sesekali kami sekeluarga menemaninya.


Ada satu hal yang cukup membuatku trauma bila harus menginap di rumah nenek. Yaitu posisi kamar mandi yang bersebelahan dengan empang. Kamar mandinya juga masih menggunakan fentilasi yang terbuat dari tembok yang dilubangi. Jadi kalo buang air pada malam hari suasananya horror sekali lantaran WC jongkoknya ada di depan fentilasi. Cuman letaknya tidak berhadapan langsung, kita perlu menoleh ke samping kanan bila ingin melihat fentilasi.

Ada satu kejadian yang membuatku tidak ingin lagi buang air bila terbangun di malam hari. Lantaran aku pernah ditampakkan oleh sesosok pocong. Jadi waktu itu aku masih kelas 3 SMP dan sedang menderita diare lantaran kebanyakan makan makanan pedas. Diare itu membuatku ingin terus menerus buang air. Bahkan hingga sudah tidurpun aku suka terbangun karena perasaan mules yang tidak tertahankan. Hingga akhirnya aku terbangun di pagi hari karena perasaan mules yang sudah tidak lagi tertahankan.

Akupun bergegas menuju kamar mandi. Sial sekali pikirku saat itu karena harus ke kamar mandi di tengah tidur yang lagi enak-enaknya, tapi kalau tidak ke kamar mandi bisa bahaya. Tiba-tiba aku mendengar suara ketawa dari sekitar kamar mandi. Aku pikir itu adikku yang mencoba menggangguku. Namanya Anto, usianya memang tidak terlalu jauh dariku, namun usilnya melebihi aku.

"To, ga lucu!" Bentakku saat itu. Namun dia masih terus menggodaku. Karena kesal, aku bentak lagilah dia. "To, ga diem aku pukul nanti ya!" Kataku dengan nada tinggi. Setelah itu suara tertawa itu hilang. Aku senang karena aku bisa kembali buang air dengan tenang. Namun yang ku heran, kenapa aku tidak mendengar langkah kaki dari luar. Padahal biasanya bila aku buang air pada siang hari, aku bisa mendengar langkah kaki orang-orang dengan jelas.


Tak berapa lama aku kembali mendengar suara yang sama. Namun kali ini bukan dari arah rumah, melainkan dari arah fentilasi. Terkejutnya aku waktu itu begitu mengetahui bahwa ada sosok hitam di balut kain putih sedang melihatku dari fentilasi dengan muka tertawa. Kepalanya bergerak-geraka ke kanan kiri seolah-olah sedang mengejekku.

Aku benar-benar merinding saat itu. Saat itu aku hanya berteriak memanggil ibuku sekencang-kencangnya.

"IBUUUUUUUUU!!!!!" Teriakku. Teriakanku berhasil membangunkan ayah dan ibuku.

"Ada apa jal? Ada apa?" Terdengar suara ayahku dari dalam rumah.

"Ada hantu yah" Kataku sambil masih menutup mata dengan tangan.

"Dimana-dimana?" Tanya ayahku.

"Di arah balong yah" Jawabku singkat.

Dengan posisi masih berjongkok dan menutup mata, aku mendengar suara kunci pintu rumah terbuka lalu dilanjut dengan suara langkah kaki dari semak-semak. Yang akhirnya aku ketahui bahwa itu adalah ayahku. Kemudian ayahku kembali masuk ke rumah dan memberi tauku bahwa hantu yang aku maksud sudah tidak ada. Mendengar ucapannya aku sedikit lega dan aku tuntaskan buang airku.

"Udah Ijal tidur lagi, hantunya udah ayah usir" Kata ibuku mencoba menenangkan. Aku pun kembali tidur. Bila sedang di rumah nenek aku memang tidur dengan adikku. Saat aku kembali dari kamar mandi, aku lihat Anto sedang berslimut hingga kepala dan menghadap tembok. Aku pikir mungkin dia lagi kedinginan, karena saat aku SMP Ujung Berung masih dingin, tidak seperti sekarang yang sudah sangat panas.


Akhirnya aku pun ikut tiduran di kasur. Dengan mata terpejam, aku masukkan badanku ke dalam selimut. Rasa dingin membuat kakiku bergerak-gerak ke segala penjuru kasur. Namun ada hal aneh ketika kakiku menyentuh kaki Anto. Karena seperti menyentuh kain di kakinya. Tapi kembali aku pikir mungkin dia menggunakan celan panjang saat mau tidur. 

Semakin lama mengantuk dan ingin tidur, tiba-tiba suara tawa itu terdengar lagi. Sumber suaranya tepat dari sebelahku, lebih tepatnya dari arah Anto tidur. Begitu kubuka mataku, betapa terkejutnya aku bahwa itu adalah pocong yang aku lihat di kamar mandi tadi. Dengan sangat panik aku teriak dan keluar dari kamar.

"IBUUUUUUUUU!!!!" Teriakku kencang sambil berlari ke arah kamar orang tuaku. Karena tak pintu tak kunjung di buka, aku gedor-gedorlah pintu kamar mereka. "DUG DUG DUG". Akhirnya terbukalah pintu itu. Sialnya ternyata teriakanku juga membuat nenekku terbangun.

"Ada apa malem-malem gini?" Tanya nenekku.
"Ada pocong nek, dari tadi gangguin aku terus" Jawabku ketakutan. 
"Yaudah sini tidur sama nenek aja ya" Bujuk nenekku.
"Iya kamu tidur sama nenek aja, soalnya Anto udah tidur sama Ayah sama Ibu, nanti kamu ga dapet tempat" Kata Ibuku. Akhirnya malam itu aku putuskan untuk tidur dengan nenek. Baru saja rebahan di kasur, kutanyakan pada nenekku kenapa dia sama sekali tidak ketakutan dengan hantu yang aku sebut tadi.
"Nek, kok nenek ga takut sih tidur sendirian setiap hari disini?" Tanyaku polos.
"Emang mau takut sama apa?" Tanyanya sambil mengelus-elus pundakku. 
"Sama pocong nek, soalnya dari tadi aku digangguin terus" Jawabku.
"Ohhh itu, dia ga ganggu kok, mungkin mau kenalan aja sama Ijal" Jelas nenek dengan santainya.
"Maksudnya?" Tanyaku semakin penasaran.
"Iya, jin yang kamu tadi lihat memang penunggu rumah ini. Dulunya ditugasin sama kakekmu buat nungguin balong biar ga ada yang ngambilin ikan di sana. Terus mungkin karena kakek udah ga ada, dan ikan di balong udah ga ada, jadi dia sekarang nungguin rumah ini. Ya bantu jaga-jaga rumah biar nenek ga dimalingin orang" Terang nenek.

Mendengar cerita itu tentu aku sangat terkejut. Dan aku baru mengetahui bahwa kakekku bisa berkomunikasi dengan jin atau mahluk halus. Soal jin penunggu, aku sendiri sudah sering mendengar beragam ceritanya, namun baru kali itu aku benar-benar melihatnya. Mungkin benar kata nenek, bisa saja saat itu dia ingin berkenalan denganku. Sedangkan soal jin itu, aku sendiri tidak tau bagaimana kabarnya. Cuman menurut cerita nenek, jin itu memilih untuk tinggal disana dan tidak ikut nenek pindah ke Cimahi.

Sekarang rumah itu sudah di jual dan nenek ikut kami tinggal di Cimahi. Karena kondisinya kini semakin renta, jadi agar nenek mudah juga diawasi.


infinitesoul
indrag057
aa115prass
aa115prass dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2.1K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan