yuni.wahyuni114Avatar border
TS
yuni.wahyuni114
Asrama Berhantu


Kisah nyata dari beberapa kejadian mistis yang terjadi selama aku menjadi anak SMA



Awalnya, aku enggan membagikan kisah ini. Sebab, banyak orang pun sudah tahu, setiap rumah, setiap tempat, pasti ada yang menunggu. Setiap tempat--baik yang terawat ataupun tidak--pasti ada yang menempati sebelum kita ada di sana, membersamai.


sumber gambar

"Mbak, nanti salat Magrib berjama'ah, ya?" Ingat! Malam Jumat ada acara yasinan di musala asrama!" pesan Fina sambil mengerlingkan mata. Aku hanya diam di atas tempat tidur, memuaskan mata untuk sekadar membolak balik buku novel yang sudah selesai dibaca.

"Mbak, ayok berangkat ke musala!" ajak Latifah--adik kelasku--yang memang selalu mengajakku meski berulang kali pula hanya kubalas dengan anggukan. Bergegas? Mungkin nanti dulu.

Azan Magrib kala itu terdengar berbeda, meski lafaz, intonasi, dan muazin yang melafalkannya tetaplah sama.

Tanganku gesit meraih setumpuk baju kotor di dalam ember. Mungkin sudah sepekan lebih belum pernah kusentuh. Hingga petang itu, aku bersikukuh, "Harus selesai malam ini!"

"Dek, sudah maghrib. Pamali kalau nyuci baju jam segini. Besok pagi aja!" Mbak Lina mengingatkanku melalui jendela. Meski bertetangga sebelah kamar, entah mengapa Mbak Lina jarang main keluar kamar. Aku mengangguk mendengar nasihatnya. Meski kau pun tahu, bukan? Lewat telinga kanan, keluar telinga kiri alias ndableg diomongi.

Beberapa pakaian sudah selesai kucuci. Tumpukan demi tumpukan baju bersih saat itu sudah tertata rapi di tepi bak mandi. Sampai sebuah ketukan di pintu kamar mandi membuat jantungku kian gemuruh.

"Siapa?!"

Tak ada suara.

Aku hanya mengira, semua itu kelakuan anak-anak usil penghuni asrama.

"Ah, biarin! Palingan anak jahil itu yang melalukannya."

Tok ... tok ... toookkk ....

Bunyi pintu diketuk terdengar kembali. Meski samar, aku segera membuka kunci.

"Siapa, sih! Rese banget! Magrib-magrib gini juga!" gertakku sambil mata tetap awas mencari-cari. "Kalau mau mandi, kamar mandi yang lain kan ada! Dasar pengganggu!"

Dalam hati, aku merasa puas sebab berhasil membuat si pembuat bunyi tak berkutik lagi. Sampai indra penciumanku membaui sesuatu, bunga kantil!

'Siapa lagi yang iseng main bunga kantil jam segini?!' pikirku yang sedetik kemudian diikuti bulu kuduk serempak berdiri.

Magrib telah berlalu. Baju-baju dan semua gerombolannya sudah bersih tercuci.

"Alhamdulillah, waktunya mengeringkan baju terus salat!" kataku dengan penuh semangat.

Baru beberapa langkah menuju tempat jemur baju asrama--yang kebetulan ada di lorong ujung--aku terdiam di tempat. Tatap mataku tertuju pada sosok tinggi, berbaju putih, yang tengah berdiri di sana. Entah menatapku atau tidak, sebab sosoknya tertutup sedikit oleh beberapa lembar baju lain, aku sendiri pun tak pasti.


Sumber gambar

Antara berani dan tidak berani, aku pun menyapanya.

"Assalamualaikum, maaf, Mbak. Ini sudah magrib, lho. Lagi datang bulankah?"

Dia diam. Tak ada suara, tak ada bunyi apa-apa. Seketika, bumi ini seolah berhenti berotasi.

Aku mendekat beberapa langkah. Menaruh ember. Tanpa banyak bertanya apa-apa lagi.

Sebab kau tahu? Dari sekeliling tempatku berdiri, bau bunga kanthil tercium kembali.

Taiwan, 18 Maret 2020

Penulis: @yuni.wahyuni114
Sumber cerita: pengalaman pribadi
sebelahblog
4iinch
infinitesoul
infinitesoul dan 12 lainnya memberi reputasi
13
1.7K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan