Sumber: beIn Sports

“Kenapa gak diputusin aja sih?”

“Gak bisa”

“Tapi kan dia nyakiytin lo terus,”

“Lo gak akan paham”

Begitulah dialog seseorang yang sedang mencoba menyadarkan sahabatnya yang tengah terjebak di sebuah Toxic Relationship. Perasaan itu mungkin tak asing bagi fans Liverpool, setidaknya 20 tahun ke belakang.

“Suatu saat dia akan berubah kok. Udah lah, gue gak apa-apa kok”

“Ya terserah lo. Tapi, lambat laun ini bakal ngebunuh lo”

“At the end of the storm, there’s a golden sky”

Ya, setelah suatu kebahagiaan (golden sky) datang, Liverpool akan menyakitimu lagi. Akhir penantian atas luka (sempat) terbayar musim lalu. Juara Liga Champions Eropa, juara Liga Primer Inggris setelahnya.

Harapan, membuat fans Liverpool bertahan dengan Toxic Relationship dengan klub dengan fans kedua terbesar di Inggris tersebut (setelah Manchester United).

“Gue bahagia kok sama dia, sumpah”

“Tapi lo berkorban, untuk hal yang nggak penting, lingkungan lo juga kasihan liat lo”

“Sesakit-sakitnya, I never walk alone”

Anthem “You’ll Never Walk Alone” seakan jadi ruh seseorang ketika ia bertahan membela klub yang telah ada sejak 1892 ini. Ya, cinta memang buta dan tak beralasan. 

Meski pernah terpeleset dan menghancurkan impian Liverpool (saat itu) memenangkan trofi juara Liga Primer Inggris, Gerrard akan selalu menjadi legenda kecintaan fans Liverpool di era modern.



Setelah sempat berbangga hati setahun ke belakang atas hubungan indah yang mahadahsyat, kini kepedihan mulai menguji (lagi) para fans The Reds. 

Penampilan Liverpool jauh dari kata stabil. Pesakitan yang familiar terjadi lagi di pekan ke-24 Liga Primer Inggris. Hampir menang dengan gol tunggal Mo Salah, Liverpool kemudian dipecundangi. Kurang dari 10 menit, Leicester City mencetak 3 gol balasan. Sakit, tapi familiar.


Sumber: Instagram @liverpoolfc

Tapi rasanya tak ada yang bisa mengubah perjalanan cinta roller coaster antara Kopites dengan tim pujaannya. Sakit yang terus menerus diterima ditelan, dan dijadikan tabungan agar bahagia di hari depan semakin terasa.

“Gue percaya kok sama dia akan berubah suatu saat, ini proses aja”