Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bombombeechanneAvatar border
TS
bombombeechanne
Insecure: "Kok Hidupku Cuma Begini?"
Konten Sensitif

“Umur 24, anak muda ini sudah miliki 100 perusahaan!"

“Umur 20, perempuan ini miliki omzet 10 miliar!"

"Umur 23, pria ini rath gelar doktor!"

Tahun berganti, usia kita makin menunjukkan bilangan yang seharusnya sudah memiliki pencapaian berarti. Insecure mulai menghantui, "Kok orang lain sudah punya pencapaian hidup yang luar biasa? Kok hidupku cuma begini?"

Kita lalu mulai menurunkan standar-standar impian. Ekspektasiekspektasi akan masa depan patah sudah. Hingga akhirnya kita merasa memiliki hidup yang tak layak dimenangkan.

Muncul istilah orang-orang biasa, orang kecil, bahkan rakyat jelata untuk menunjukkan kelas dalam kehidupan orang-orang yang "kalah".

Sebaliknya, kita sebut mereka yang mampu memenangkan hidup dengan gelar sultan, kalangan elite, atau para bangsawan. Rumah-rumah mewah, privat jet, liburan keliling dunia seakan menjadi tropi yang menyilaukan banyak mata.

Padahal para pemenang hidup ialah mereka yang mampu memberikan yang terbaik sesuai dangan peran dan potensi yang Allah berikan.

Seperti seorang nenek yang ikut mengantri dalam barisan para pejuang Perang Badar. Di antara para pejuang yang menginfakkan emas, tombak, pedang, panah, bahkan diri, sesosok tua renta ikut mengantri dengan kaki gemetar.

"Ini, hanya ini yang kumiliki. Bawalah tali ini, semoga berguna Saat perang nanti," ucap nenek dengan tulus. Ya, tali itulah pengorbanan terbaik yang mampu nenek berikan.

Siapa sangka, seusai perang Badar, tali itu sangat berguna untuk mengikat tawanan. Lihat bagaimana seutas tali mampu memenangkan hidup sang nenek.

Para pemenang hidup ialah mereka yang mampu alirkan banyak manfaat. Seperti KH Ahmad Dahlan, memang tak sedikit pun ia pernah mengecap kemewahan hidup yang didamba banyak manusia.

Namun, selepas kematiannya ia tinggalkan beratus-ratus sekolah, rumah sakit, lembaga sosial, juga membangkitkan gerakan kemerdekaan Indonesia.

"Hidup-hidupkanlah dakwah, Janganlah mencari penghidupan dari dakwah." begitu petuahnya yang membekas pada banyak jiwa. la tak tinggalkan harta benda sebagai warisan, tetapi gerak dakwah yang harus dilanjutkan.

Para pemenang hidup ialah mereka yang paling tinggi takwanya. Lihat, bagaimana Umar bin Khattab lebih memuliakan mantan budak, Bilal bin Rabbah dibanding mantan tokoh besar Quraisy, Abu Sufyan.

"Wahai Abu Sufyan, bagaimana aku tidak memuliakan Bilal bin Rabbah, kalau Allah saja membedakan derajat ketakwaan berdasarkan amal dan pengorbanannya,” jelas Amirul Mukminin saat Abu Sufyan protes.

"Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan hartanya dan berperang sebelum penaklukan Mekah. Mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan hartanya dan berperang sesudah itu." (QS.Al-Hadid: 10)

Begitulah, ternyata memenangkan hidup bukan soal materi dan pencapaian yang menyilaukan mata. Para pemenang hidup tak harus di depan panggung dengan sorot lampu dan sorak sorai. Sangat mungkin ia nenek renta, budak, atau mereka yang disebut "orang biasa".

Kini kita sadar... tak peduli siapapun itu, bagaimana pun kita dilahirkan, jalan apapun yang Allah takdirkan, tiap hidup layak dan harus dimenangkan!


emoticon-Wagelaseh
Penulis: bombombeechanne
Pic: google

bimskyliteratur
MasterSims
dikipridani
dikipridani dan 34 lainnya memberi reputasi
35
4.8K
80
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan