Awan gelap mulai menyelimuti langit. Hujan rintik sedang membasahi bumi. Sepi di sepanjang koridor sekolah ditambah lampu yang suram menambah suasana mencekam.

Windi berjalan menyusuri koridor, melewati setiap ruangan kelas yang gelap. Penerangan satu-satunya hanyalah lampu koridor yang suram. Siluet kursi dan meja terlihat jelas. Hitam, gelap, sunyi. Perlahan setiap kelas dilewatinya, hingga terdengar suara kursi yang jatuh persis di samping kelas yang dilewatinya.

"Brakkk", suara kursi yang disusun di atas meja jatuh.
"Untung cuma kursi", ucap Windi setengah kaget

Tak lama nampak siluet manusia dengan jubah putih hendak menghampiri Windi. Windi sempat berhenti melangkah, memastikan bahwa yang dilihatnya adalah benar wujud manusia.

"Loh, Windi kenapa kamu baru pulang?", ucap seorang lelaki paruh baya.

"Ini Pater, tadi masih bersih-bersih ruangan lab. Tadi kan kami praktek tentang asam-basa Pater.", ucap Windi menjelaskan.

"Ooh, dengan Pak Frumen itu?", tanyanya.

"Iya, Pater. Nah, kalo Pater sendiri mau kemana?", tanya Windi penasaran.

"Tadi selesai misa di kapela dengan anak-anak asrama, Pater mau jalan-jalan sedikit untuk melihat suasana sekolah. Setelah itu baru Pater ke komunitas untuk jam makan malam.", jelas Pater tadi.

"Kok Pater sendiri? Tidak ditemani Pater yang lain?"

"Mereka sedang sibuk menulis kotbah untuk misa pesta pelindung sekolah kita", jelas Pater.

"Ya sudah kalo begitu, saya pulang dulu Pater", Windi salim tangan Pater kemudian bergegas pulang.

Dalam perjalanannya, Windi teringat bahwa Pater tersebut adalah orang yang cukup aneh. Beberapa murid bahkan memiliki cerita tentangnya yang cukup nyeleneh. Namun, semua prasangka tersebut Windi sembunyikan dalam-dalam karena menurutnya beliau adalah salah seorang guru favoritnya.