Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

jimmykimmel6545Avatar border
TS
jimmykimmel6545
IDI mendesak pemerintah ikut menyegerakan vaksin COVID-19 booster kedua
Jakarta - Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi mendesak pemerintah ikut menyegerakan vaksin COVID-19 booster kedua untuk masyarakat umum. Sejauh ini, vaksin COVID-19 disebutnya ampuh menekan kasus rawat inap, keparahan, hingga kematian.
"Oleh karena itu, dosis booster diperlukan karena imunitas terhadap COVID-19 mulai menurun setelah enam (6) bulan ke atas dari vaksinasi terakhir," sebut dr Adib dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Jumat (29/7/2022).

"Selain itu varian baru juga memiliki sifat yang jauh lebih menular," sambung dia.

Baca artikel detikHealth, "IDI Desak Pemerintah Ikut Segerakan Vaksin Booster Kedua untuk Masyarakat" selengkapnya https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6204939/idi-desak-pemerintah-ikut-segerakan-vaksin-booster-kedua-untuk-masyarakat.

IDI meminta perhatian vaksin COVID-19 booster kedua bagi masyarakat umum agar kekebalan komunitas segera tercapai hingga menyelamatkan banyak nyawa. Adib juga berpesan, meski sudah divaksinasi booster kedua, tenaga kesehatan wajib menjalani protokol kesehatan umum saat sedang tidak melayani pasien.



Dalam kesempatan serupa, dorongan vaksin COVID-19 booster kedua bagi masyarakat umum juga disorot Sekjen PB IDI dr Ulu Albab SpOG.



"Ini adalah misi nasional, vaksin adalah cara terbaik untuk melindungi diri Anda dan orang yang Anda cintai dan kami mendorong semua orang untuk mendapatkan vaksinasi sesegera mungkin," terang dia.



PB IDI menyebut lokasi vaksin COVID-19 booster kedua dilakukan hari ini, Jumat (29/7) di seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia.

==============



Kalau Pola Pemikiran IDI seperti ini terus, sampai Kiamat Kubro pun ga akan selesai ini PLANdemi.... 

BA.4 & BA.5 BIASA SAJA

Sejak awal mutasi K417N (varian Delta) masih kebaca.

Makanya deteksi SGTF & sequencing 10 juta jadi gak berguna.

Kalah dengan metode SGTM sederhana 500 ribu saja.

Kalah dengan rapidtest antigen 30 ribu saja.

Varian siluman ya cuma propaganda.

Ujungnya patuh beli dagangan mereka.

Bilang gejala ringan karena fahamnya cuma di saluran nafas saja.

Gagal mikir kecocokan reseptor tiap varian yang ada.

Takut - waspada - patuh - beli, pola propaganda selalu sama.

Menyebar dagangan ketakutan lewat media.

TIDAK PERNAH membuat solusi yg sederhana.

Terus gimana ?

Kalau mau tambah sakit jiwa, ya ikuti propaganda ketakutan mereka.

Kami rakyat jelata.

Belajar sains & logika dengan gembira.
Sama sekali gak bisa dipengaruhi APAPUN dagangan mereka.


riodgarp
riodgarp memberi reputasi
-1
1.3K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan