- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Baru Yang Kau Inginkan (Thriller - Love - BB 19+)
TS
bekinyot
Baru Yang Kau Inginkan (Thriller - Love - BB 19+)
Mungkin suatu hari nanti kamu akan menyadari apa yang aku lakukan ini, semua aku lakukan untukmu sayang.
Spoiler for Story:
Sore itu mereka berdua sedang berdebat bagaimana mungkin salah satu dari mereka tidak ada yang coba memberi kabar satu sama lain, apakah ini adalah salah dari salah satu diantara mereka hingga rasa sayang itu mulai hilang.
Lisa percaya ini adalah salah dari kekasihnya Rako, semasa kuliah dan awal mereka menjalin hubungan ini, lisa selalu merasa bahwa dirinyalah yang banyak berjuang mempertahankan hubungan, kekasihnya yang terkenal cuek itu sama sekali tidak pernah mencoba untuk membahagiakan dirinya, dulu jika sudah saling bertengkar biasanya permasalahan akan berakhir diatas ranjang. Namun kali ini mereka tidak berada di atas ranjang yang empuk, melainkan berada di depan warung kopi. Dan lisa sangat berharap keajaiban membawa mereka berada diatas ranjang saat ini juga.
-
-
Sore itu Rako yang baru saja tiba di kampus dikejutkan oleh seorang wanita yang sangat cantik, rambutnya yang panjang, kakinya yang bergerak perlahan seperti gelisah menantikan seseorang, dirinya duduk diatas sebuah kursi di pinggir kantin. Rako yang tidak biasa melihat wanita tersebut bertanya kepada temannya, jika saja dirinya bisa memberikan informasi mengenai identitasnya.
“Kau lihat wanita yang duduk dengan baju merah itu, anak mana itu?” Tanya Rako dengan matanya yang terus ke arah wanita tersebut.
“Oh itu anak baru, dia adik kelas kita, satu jurusan kok, kemarin dia ikut ospek, cuman karena enggak dandan aja, jadi kagak kelihatan bercahaya, dan elunya juga, kalau kagak terang begitu mana kelihatan sama mata elu.” jawab temannya sambil terus membalas pesan dari pacarnya yang sedang berdebat masalah kursi bioskop.
Merasa sedang diperhatikan, wanita merah tersebut tanpa sengaja juga menatap kearah Rako, mereka berdua saling beradu tatap dalam beberapa saat, hingga akhirnya Rako berfikir, jika wanita ini terus menatap ke arahku lebih dari 5 detik, maka aku akan menghampirinya, mungkin saja aku bisa mentraktir dirinya makan siang.
Satu, dua, tiga, Rako yang menghitung dalam hati sambil masih terus menatap wanita merah tersebut, empat, lima, enam, tujuh, hitungan yang dirinya biarkan terus megalir, delapan, sembilan, Rako yang sudah sangat yakin bahwa siang ini dirinya akan makan siang bersama wanita tersebut, sepuluh, mereka berdua berdiri bersamaan dan berjalan saling mendekati satu sama lain.
-
Lisa mengenalkan dirinya sebagai adik kelas yang berada satu tahun dibawah Rako, dirinya kebetulan saja berada di kantin karena menunggu temannya yang berada si jurusan lain menyelesaikan kelasnya, mereka berencana untuk pulang bersama.
Mendengar hal tersebut Rako menawarkan untuk makan siang bersama, lisa yang kebetulan juga belum makan siang, dan sebenarnya berencana untuk makan siang bersama temannya nanti. Namun untuk urusan yang satu ini, dirinya yakin akan memaklumi.
Mereka berdua duduk di pojok kantin, disana Rako dan lisa bisa mengobrol lebih santai, tentunya karena tidak akan terganggu suara wajan, serta dentingan sendok dan piring yang sangat riuh terdengar di tengah kantin.
-
Tidak sulit untuk Rako membuat Lisa terkesima terhadap dirinya, dari awal duduk dirinya sudah dengan mudah dapat memiliki rasa kepercayaan diri, sebagai anak dengan hobi mengoleksi mobil, dirinya dapat terus menceritakan tentang ketertarikannya dengan mobil mewah dan perkembangan mobil yang jarang diketahui orang. Pembicaraan tersebut membuat lisa sangat antusias, dirinya yang dibawa menuju dunia mimpi Rako, terbuai dan kagum.
-
Melihat Rako yang sangat tenang dalam bicara, dan kepercayaan dirinya yang sangat tinggi, membuat lisa ingin mengenal Rako jauh lebih dalam. Namun sayang pembicaraan mereka harus segera selesai karena teman Lisa yang sudah datang dan mengajak untuk segera pergi dari sana, setelah mengenalkan dirinya beberapa saat.
Lisa pamit dan mereka saling bertukar nomor telefon, mereka berdua berpisah dengan sebuah janji yang dipegang Rako untuk menjemputnya nanti malam, dan janji lisa untuk mengirimkan alamat rumahnya kepada Rako.
-
Tepat pukul 7 malam Rako yang sudah berada di depan sebuah rumah dengan pagar besar yang dijaga oleh 2 orang satpam, dirinya harus membuka kaca sedan birunya untuk memperlihatkan muka.
Setelah pengenalan beberapa saat, dan para penjaga yang meyakinkan perihal Rako ke rumah utama, dirinya dipersilahkan masuk. Beberapa orang yang merasa asing dengan kedatangan Rako memberikan senyuman basa-basi dari luar, dan Rako yang melajukan mobilnya dengan perlahan, juga membalas senyum mereka sebisa mungkin.
Lisa yang sudah menunggu di teras rumahnya, berdiri dengan gaun berwarna cream yang menggantung hingga di atas lutut dan high heel merahnya yang menampilkan betis yang panjang dan mulus.
Selang beberapa saat Rako yang terpana dengan penampilan dari Lisa, dirinya segera keluar dan menyambut Lisa dari tempatnya berdiri. Tangan Rako yang meminta izin untuk menggenggam tangan Lisa. Lisa meletakan tangannya diatas tangan Rako, mereka berdua berjalan menuju pintu penumpang di sebelah kiri. Rako membukakan pintu dan Lisa yang masuk kedalam, Rako kemudian menutupkan pintu tersebut dengan sangat hati-hati. Antara tidak mau menyakiti telinga lisa juga tidak mau mobilnya kenapa-napa.
-
Mereka berdua pergi menuju sebuah mall terbesar di pusat kota, selama perjalanan Rako dan Lisa tidak banyak berbicara, mereka membiarkan suara jalanan dan deru mesin mobil mendominasi suasana, mereka saling tahu bahwa tangan mereka yang saling menggenggam terasa hangat selama perjalanan.
-
Sesampainya di mall tersebut seorang petugas langsung mengarahkan mobil Rako pada VIP parkir yang berada di lobi mall, melihat mobil mewahnya tentu saja tidak mungkin mobil tersebut diarahkan pada parkiran umum. Rako terlihat santai dan terlalu tenang dalam membawa kendaraannya, tanpa harus memperhatikan arahan dan tanda jalan disana. Dirinya memang sudah biasa datang kesana.
-
Semua orang melihat ke arah mereka, kedatangan Lisa dan Rako menjadi seuatu pemandangan yang sangat nyaman dilihat di mall besar tersebut, siapa saja yang melihat mereka akan merasakan degupan jantung yang lebih cepat dari biasanya.
-
Tujuan pertama mereka menuju game center yang ada dilantai paling atas, berbagai macam permainan dan para pengunjung yang menemani anak-anak mereka sedang bermain, dan saat ini mereka berdua adalah sepasang anak kecil yang bersenang-senang seperti anak yang lainnya, bedanya mereka memiliki isi kantong untuk terus memainkan permainan tanpa ada yang melarang.
Dua pasang boneka jerapah dengan isian yang sangat padat seukuran bayi dua tahun, dan boneka sapi yang tidak kalah lebih besar dari si boneka jerapah, Rako persembahkan dari permainan mesin capit untuk Lisa. Awalnya mereka berdebat tentang boneka sapi tersebut, Rako bilang itu adalah bentuk naga, dan Lisa berkata itu sapi, pada akhirnya tentu saja kesepakatan pada bentuk sapi.
-
Melihat jam yang menunjukan pukul sembilan malam, Rako menggandeng tangan Lisa dan membawanya menuju restoran yang sudah dipesannya sejak perpisahan mereka siang tadi di kantin. Di Dalam restoran tanpa menunggu lama, berbagai makanan dan sebotol anggur sudah berada di meja, sebagai pengunjung tetap, segala macam permintaan dari Rako bisa dikabulkan disana, bahkan menyiapkan makanan sebelum dirinya tiba, bisa dipenuhi oleh staff disana.
-
Selesai menikmati 500gr daging wagyu, mereka berdua menikmati sebotol anggur merah. Anggur tersebut benar-benar membuat keduanya menjadi sangat jujur dan membuat posisi duduk mereka menjadi semakin dekat, yang awalnya saling berhadapan, kini bersebelahan. Tubuh mereka yang semakin lama semakin hangat tidak membuat gerah, malah semakin membuat keduanya menempel dan sesekali tanpa sengaja, namun lebih sering sengaja mereka menggesekan tangan ke satu sama lain.
-
Waktu yang semakin lama semakin larut, para tamu yang sudah semakin sedikit, dari kejauhan terdengar suara musik yang menghentak semangat melantun dengan mantap. Rako dan lisa saat itu berdiri, dan mereka berdua berjalan mendekat kearah para pemain musik tersebut.
Rako tidak menduga Lisa adalah penari yang handal, dirinya dapat mengikuti segala macam musik yang dibawakan. Rako lebih sering mengikuti saja gerakan yang dilakukan Lisa, membuat mereka seperti dua orang yang sudah membayar seluruh acara untuk sebuah pesta pribadi
-
Musik berganti menjadi sebuah lantunan piano yang menenangkan. Rako yang menyentuh pinggang Lisa, dan Lisa merangkulkan tangannya pada leher Rako. Mereka saling berpelukan, Lisa berbisik kepada Rako, “terima kasih untuk hari ini, aku tidak menyesal menghitung tadi siang, dan menghampirimu”, Rako membalas dengan singkat, “sama, aku juga”. Dan mereka saling berciuman, itu adalah ciuman yang paling panas yang pernah terjadi di tahun tersebut, semua orang yang masih disana, para tamu, staff, bahkan pemain musik menyaksikan adegan panas tersebut, semuanya setuju pada satu kesimpulan, bahwa mereka adalah pasangan yang paling penuh birahi.
-
Rako menghampiri bar, setelah musik berhenti, sambil terus merangkul Lisa yang terus membelai jamban tipis di dagunya, dirinya meminta sebotol wine baru kepada staf yang ada disana.
“Satu botol wine merah terbaik, yang kau miliki.”
“Silahkan.” Sodor seorang pegawai yang terlihat sudah lelah, dan yang diinginkannya hanya segera pulang.
Selembar uang merah diletakkan Rako kepada pelayan tersebut, dan sebuah perintah untuk memasukan tagihannya wine dalam nama Rako, sejenak keadaan tersebut membuat staff tersebut memiliki wajah bahagia yang berseri-seri.
-
Mereka berdua masuk kedalam kamar hotel yang berada diatas bar terseut. Setelah menggesek kunci pintu yang berbentuk kartu platinum berwarna emas tersebut, Rako dan Lisa saling berciuman hingga ke atas kasur.
Rako melepas ciuman membara diantara mereka berdua, dan sebuah bisikan pelan diarahkannya ke telinga lisa.
“Ini pengalaman pertamaku.” ucap Rako yang membuat tubuhnya sedikit bergetar.
“Aku akan menjadi guru yang baik untukmu."
lalu ciuman membara itu kembali terjadi.
-
Kamar itu memiliki gorden yang sangat gelap, saking tebalnya gorden tersebut membuat cahaya matahari yang sudah bertengger di pukul 12 siang kalah untuk menerobos dan mengganggu mereka berdua.
hanya deringan telepon yang berhasil menyadarkan mereka dari dunia kecil yang mereka ciptakan.
“Halo,” suara dari seorang wanita resepsionis. “Kami ingin menginfokan untuk waktu check out yang sebentar lagi akan tiba.”
masih dapat terdengar ada sebuah kata yang masih ingin dilanjutkan sang wanita di telepon tersebut, dan seketika Rako segera membalas telepon itu.
“Stay over.” Balas Rako dan langsung menutup gagang telepon tersebut.
Lisa yang masih mendekam di dalam selimut mendengar Rako yang bicara dengan suara yang cukup keras tersebut, sedikit menggeliat dan Rako langsung kembali masuk kedalam selimut tersebut memeluk Lisa, tentunya dengan ciuman membara di siang yang terik tersebut.
-
Tidak sampai panggilan yang kedua dari resepsionis tersebut, Rako dan Lisa sudah keluar dari kamar tersebut pada sore harinya. Tentu saja mereka membiarkan sisa waktu kamar tersebut, dan beberapa lebar uang berwarna merah yang diletakan di meja kecil disamping kasur.
“kita langsung pulang saja ya,” ucap ringo kepada lisa.
“Iya, besok ingat, kamu ada kelas pagi, dan jam pulang kita barengan siangnya,” balas Lisa sambil terus menggenggam tangan kiri Rako.
keesokannya memang benar jam pulang mereka bersamaan, namun alih-alih mereka langsung pulang, yang ada mereka berdua berada di salah satu kelas kosong dan melakukan ciuman membara.
-
Untuk merayakan hari jadi mereka yang sudah berumur satu bulan, Rako dan Lisa menyewa sebuah villa yang berada jauh dari perkotaan.
“Sayang, maukah engkau membuatkan aku semangkuk mie instan,” ucap Rako diatas kasur saat merangkul Lisa yang sedang merebahkan kepalanya di dada Rako.
Beberapa saat berlalu, dan aroma mie instan mulai masuk kedalam kamar tidur tersebut. Lisa yang sebenarnya tidak pandai masak, merasa ragu akan memberikan masakannya tersebut, apakah ini kurang matang? apakah ini kebanyakan kuah? apakah ini rasa mie yang dia suka? berbagai macam ketakutan berkecamuk di kepalanya sejak dia masak tadi.
Rako menerima semangkuk mie itu, dan dirinya makan tanpa mengucapkan apapun hingga habis.
-
Beberapa hari setelah liburan singkat mereka di villa, Lisa yang baru saja pulang dari kelas terakhirnya hari itu, menghubungi Rako. Sudah beberapa hari ini mereka tidak pulang bersama, Rako yang selalu berkata bahwa ada kelas tambahan, atau ingin berkumpul bersama teman-temannya.
Hatinya yang sudah terlalu merindu membuat Lisa menghampiri Rako di tempat tongkrongannya.
jika tidak karena disadarkan oleh temannya, Rako tidak mungkin akan menyadari bahwa Lisa sedang memperhatikannya dari kejauhan, bukannya lisa tidak mencoba menghubunginya lewat telepon, namun kebiasaan Rako mematikan nada dering teleponnya adalah suatu kebiasaan yang sudah Lisa ketahui.
Rako menghampiri Lisa, dengan wajahnya yang terlihat agak kesal dirinya menarik tangannya menjauh dari tempat nongkrong tersebut. Merasa sudah cukup jauh dan tidak terlihat dari teman-temannya, Rako menatap Lisa dengan sangat dalam.
“Nanti kamu ikut aku ke rumah, sekarang kamu pergi dulu aja, nanti aku telpon kamu.”
-
Lisa merasa senang sekali bisa diajak kerumah Rako, ini adalah pengalaman pertamanya. Tentu saja mereka beradu kasih disini, namun ada satu yang berbeda, dan Lisa menyadari itu. Untuk pertama kalinya tidak ada ciuman membara.
“Apa kamu baik-baik saja sayang?,” tanya Lisa sambil membelai dagu Rako.
“Tidak apa, aku lapar, maukah kamu memasakan sesuatu untukku, jika tidak salah di dapur ada mie instan, kamu buat saja itu, jika kamu lapar juga, buat saja dua mangkuk untuk kita makan bersama,” Rako berjalan mengambil celananya yang terletak di dekat pintu kamar tersebut.
Beberapa saat setelah menunggu, Lisa kembali dari dapur dengan semangkuk mie instan, kali ini perasaannya lebih tenang dari saat pertama kali dirinya memasakan Rako.
Masih tetap di atas kasur Rako menerima mangkuk tersebut, dan pada suapan pertama Rako terdiam, diamnya membuat Lisa tidak dapat bergeming atau bertanya, entah mengapa hawa saat itu terasa tidak enak di hatinya.
benar saja apa yang di firasatkan Lisa, setelah menyuap sendokan pertamanya, Rako langsung meletakan kembali sendoknya, cukup keras hingga membuat Lisa terkejut.
Mangkuk tersebut disodorkannya ke muka Lisa, sangat cepat bahkan terlalu dekat hingga hampir saja menabrak wajahnya.
“Kau makan ini, dan katakan padaku, apakah ini terlalu matang atau terlalu keras.”
Dengan ragu-ragu Lisa menjawab, “emm, terlalu keras….”
Duak!
Bogeman Rako mendarat di pelipis mata kirinya.
-
Sambil berusaha menutupi wajahnya dengan rambut, Lisa berjalan menuju kantin tempat Rako bersama teman-temannya berkumpul.
“Lisa, kenapa matamu, kau habis terjatuh?,” tanya teman sekelasnya yang tanpa sengaja melihat gerak-gerik Lisa yang mencurigakan tersebut.
“Tidak apa-apa, ini hanya alergi,” jawab Lisa dan langsung berjalan menjauh dari temannya itu.
-
Setiap pagi dan malam Lisa mencoba menghubungi Rako. Setelah kejadian kemarin saat dirinya mencari Rako di tongkrongan dia langsung ditinggal sendirian, begitu pula teman-teman Rako yang mengikuti Rako meninggalkan Lisa sendirian di pojok kantin.
Setelah kejadian tersebut Lisa pulang ke rumahnya dan mencoba menghubungi Rako, teleponnya ditolak, berulang kali Lisa mencoba kembali menghubungi dan mengirimi pesan singkat, namun semua itu tidak ada balasan, dan air mata Lisa mengalir deras semalam setelah dirinya tidak bisa lagi menghubungi nomor tersebut karena sudah di blokir oleh Rako.
-
“Ada tambahan kak” sapa seorang petugas kasir swalayan yang hanya didiamkan oleh Lisa yang terus menatap handphonenya. Melihat Lisa yang hanya mendiamkan pertanyaan tersebut, sang petugas langsung membungkus semua yang dibeli oleh lisa, beberapa pembalut, dan beberapa bungkus coklat batangan.
“Ini total belanjaannya kak” sang petugas bicara kepada Lisa yang diperhatikannya masih pada posisi yang sama sejak awal dirinya bicara. Lisa yang tidak merespon sang petugas tersebut, kembali ditegur oleh sang petugas, hingga beberapa kali dirinya masih tidak merespon.
Sang petugas menggoyangkan tangannya di antara Lisa dan handphonenya.
“Hiks” Lisa menangis ditempat dirinya berdiri, dan sang petugas keluar dari depan komputer tersebut menghampiri Lisa. Sang petugas mencoba menenangkan Lisa dan sedikit mencoba menghiburnya, walaupun dirinya tidak tahu siapa Lisa, dan apa masalah yang sedang dirasakan Lisa, namun dia yakin ini adalah kesedihan terdalam yang pernah dirinya lihat selama hidupnya.
-
Beberapa minggu telah berlalu, dan Rako sudah beberapa hari ini menghapus nomor Lisa dari daftar blokir, dan bertapa senangnya dirinya, bahwa Lisa sudah tidak menghubunginya lagi.
-
Siang hari setelah keluar dari kelas, Rako merasa ini adalah saat yang tepat untuk dirinya menemukan pasangan baru, dan tidak akan ada drama tentunya jika keadaan sudah seperti ini.
Sesungguhnya Rako tidaklah benar-benar melupakan Lisa, dalam hatinya yang terdalam dirinya masih meletakan rasa penasaran kemana Lisa pergi. Melihat bagaimana dirinya bersikap sebelumnya, membuat Rako mencari informasi ke teman sekelas Lisa.
Perasaan Rako semakin lega dan beban di hatinya benar-benar hilang, teman-temannya memberitahunya bahwa Lisa pergi keluar negeri, ada yang mendengar kabar bahwa dirinya melakukan solo traveling.
-
Diubah oleh bekinyot 24-03-2021 11:42
sposolo dan 5 lainnya memberi reputasi
6
3.2K
Kutip
7
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
bekinyot
#1
Spoiler for Story Part 2:
“Silahkan, semangkuk mie rasa ayam.” seorang pelayan kantin meletakan pesanan Rako di depannya.
Bersama Dina, Rako duduk di pojok kantin, tepat dimana dirinya pertama kali berkenalan dengan Lisa. Dina hanya sekilas saja melihat pesanan Rako, dan kembali perhatiannya kepada orang-orang yang berlalu lalang di depan pintu kantin.
“hai, maaf lama Din.” Seorang wanita dengan kemeja coklat berdiri di antara Dina dan Rako. Dina segera menggeser tempat duduknya dan mempersilahkan temannya tersebut untuk duduk tepat di depan Rako.
Rako segera menghentikan makannya, “ih lanjut aja makannya, kelihatannya kamu laper banget.” Wanita tersebut bicara sambil terus menatap mata Rako dengan sangat tajam.
“Uhh, iya, ahh.” Rako menjadi salah tingkah beberapa saat, namun hal itu tidak berlangsung lama, dirinya yang sudah berpengalaman dalam menjalin sosialisasi dalam pergaulan, membawa dirinya dapat mengembalikan ketenangannya yang luar biasa dalam seketika. Sesungguhnya sang wanita coklat tersebut sudah dibuat terpukau oleh Rako yang dapat mengendalikan dirinya dengan sangat baik tersebut.
“Tannya.” Sang wanita coklat menyodorkan tangannya, dan tangan mulus bersih tersebut disambut baik oleh Rako. Tannya adalah wanita yang sudah Dina janjikan akan dikenalkan kepada Rako, tentu karena Rako yang melihat foto Tannya di sosial media Dina, dan menyogok Dina dengan meminjamkan salah satu mobilnya selama seminggu jika dia mau mengenalkan temannya tersebut.
-
Empat orang porter meninggalkan mereka setelah memberitahukan jalur yang harus mereka tempuh.
Berdua Tannya dan Rako menikmati pemandangan dari ketinggian 2.828, dengan kamera yang dibawa Rako, dirinya terus menerus memotret Tannya, sungguh, dirinya sangat bagus di kamera pikir Rako. Disuatu persinggahan Rako bertanya pada Tannya, mengapa dirinya tidak pernah ada di sosial media dengan pemandangan-pemandangan gunung yang sudah dia daki.
“Aku mendaki dengan komunitas yang kutemukan secara acak dari internet, kami hanya bertemu sekedar untuk mendaki saja agar ada yang menemani, dan sungguh aku sangat sungkan jika harus meminta difotokan oleh mereka. Namun aku punya beberapa foto bersama dengan mereka, aku cetak dan aku simpan di rumah, kapan-kapan aku tunjukin ya.” Jawab Tannya sambil mencuci sayur yang akan mereka masak.
Setelah menunggu beberapa saat para porter yang memasangkan mereka tenda, serta membangun sebuah dapur, Rako dan Tannya mulai memasak makan malam mereka sore itu, ditemani cahaya dari matahari terbenam yang menerpa mereka berdua.
-
Cras!, empat potong paha ayam Rako masukan kedalam minyak panas, dan Tannya yang masih memotong bumbu untuk sayurnya di sebelah Rako.
Nasi hangat, kentang goreng, tumis sayur brokoli, selada, ayam goreng, telur dadar, sambal dan semangkuk penuh buah-buahan potong yang mereka beli saat di desa pos pertama pendakian gunung.
Beberapa meter dari mereka menikmati makan malam, para porter bergantian menggunakan dapur dan membuat makan malam untuk mereka, serta merapika tenda dengan alas tidur untuk Rako dan Tannya bermalam.
-
“Apakah kamu pernah berfikir untuk menghabiskan sisa hidupmu untuk seseorang Rako?.” Tanya Tannya setelah dirinya menghabiskan potongan ayamnya, dan mengambil sepotong melon.
“Belum pernah terbesit dalam pikiranku hal tersebut,” Rako menghentikan gigitannya pada paha ayam, dan meletakkannya di atas piring, “namun jika iya, maka aku akan berusaha membuat setiap saat dengan dirinya menjadi seperti hari baru.”
Tannya memajukan tubuhnya, secara bersamaan mereka berdua saling berpegangan tangan.
Malam itu, di tengah udara yang dingin, kabut yang merambat di antara mereka berdua, tubuh mereka terasa hangat mengabaikan cuaca tersebut.
-
Beberapa bulan sudah Rako dan Tannya bersama, berbagai macam kisah mereka lewati layaknya pasangan yang baru di mabuk asmara, dan kini setelah Rako memberikan sebuah tendangan yang tepat mengenai punggung Tannya, dirinya memasukan Tannya kedalam daftar nomor yang di blokir, Rako pergi meninggalkannya.
Kesalahan Tannya adalah dirinya menjawab apa adanya pertanyaan Rako, saat mereka sedang makan disebuah restoran, dan Tannya berkata bahwa dirinya sudah pernah kesini dengan mantan pacarnya. Mendengar hal tersebut Rako sesungguhnya naik pitam, namun berusaha diam saja.
Selesai acara makan malam tersebut, di parkiran, Tannya yang duluan menuju mobil, dan Rako yang masih berada di belakangnya tiba-tiba saja melayangkan tendangan tepat ke arah punggungnya, Tannya tersungkur, dan Rako pergi seorang diri dengan mobilnya dan memasukan nomor Tannya ke dalam daftar blokir.
-
Nadia dengan luka memar di leher karena di cekek.
Devi dengan siraman air panas di tangannya.
Sarah dengan jari tangan kanannya yang terkilir.
Vega, dengan jidatnya berdarah karena dibenturkan Rako ke tembok. Dengan mudah Rako dapat menggantikan mantan-mantanya, dan dengan mudah pula mereka dicampakan.
-
Syur!
Suara dari kloset terdengar dari arah kamar mandi, Rako keluar dengan handuk tergantung di pinggangnya dan berjalan ke arah Intan.
Intan yang berkeringat basah terduduk menghadap jendela, dari lantai 50 ini, seluruh kota terlihat jelas, cahaya kendaraan, serta bangunan besar saling bersaing menjulang menuju langit menjadi pemandangan dari kamar mereka berdua.
“sayang, aku udah wangi belum?” Tanya Rako yang tiba-tiba memeluk Intan dari belakang.
“Iya wangi, aku yang kecut,” jawab Intan sambil berdiri melepaskan diri dari pelukan Rako dan berjalan menuju kamar mandi. “Kamu pesan makan ya, malam kita masih panjang sayang.”
Tring!
Suara notifikasi dari handphone Intan berbunyi, Rako yang baru saja merebahkan tubuhnya di kasur kembali terbangun mendengar suara notifikasi tersebut, dirinya mengira itu berasal dari handphonenya, dan saat dilihatnya ternyata sebuah email masuk di handphone Intan.
Terlanjur sudah terbaca sebuah pemberitahuan dari rumah sakit yang asing Rako dengar namanya mengirimkan sebuah bukti pembayaran dengan nominal yang besar.
Intan tidak pernah cerita memiliki penyakit yang mengeluarkan biaya besar begini, pikir Rako.
“Sayang, itu hanphone ku ya, jangan di buka ya, privasi ingat.” Intan berteriak dari dalam kamar mandi.
“iya,” Rako terdiam beberapa saat. “Privasi number one untuk hubungan kita sayang.”
Ringgo kembali menatap layar handphone Intan, tersbesit keraguan dari dalam hatinya beberapa saat, namun rasa penasarannya menang, dan handphone Intan di buka, seluruh isi email tersebut terbuka.
Konfirmasi pembayaran atas nama Vega.
Rako terkejut membaca nama Vega disana, apakah ini Vega mantannya, atau Intan memiliki saudara bernama sama.
Kembali Rako mencari email lainnya dari rumah sakit tersebut, dan ternyata ada banyak sekali. Dibukanya satu persatu dari yang paling baru, seluruhnya adalah konfirmasi pembayaran dengan nama yang berbeda-beda.
Keringat dingin mengucur dari kening Rako saat dirinya membaca nama-nama yang tertera disana, secara berurutan.
Konfirmasi pembayaran atas nama Sarah.
Konfirmasi pembayaran atas nama Devi.
Konfirmasi pembayaran atas nama Nadia.
Konfirmasi pembayaran atas nama Vina.
Konfirmasi pembayaran atas nama Tannya.
Dan pesan yang paling pertama dibuka, sebuah nama yang spintas dirinya duga muncul, Lisa.
Rako membuka web browser dan mencari nama rumah sakit tersebut, dengan jari bergetar dan matanya yang tiba-tiba terasa panas Rako membaca, specialist plastic surgery.
Intan yang tanpa Rako sadari sudah berdiri di belakangnya memegang bahu Rako, “sayang, kenapa kamu keringatan lagi?”
-
Tamat.
Bersama Dina, Rako duduk di pojok kantin, tepat dimana dirinya pertama kali berkenalan dengan Lisa. Dina hanya sekilas saja melihat pesanan Rako, dan kembali perhatiannya kepada orang-orang yang berlalu lalang di depan pintu kantin.
“hai, maaf lama Din.” Seorang wanita dengan kemeja coklat berdiri di antara Dina dan Rako. Dina segera menggeser tempat duduknya dan mempersilahkan temannya tersebut untuk duduk tepat di depan Rako.
Rako segera menghentikan makannya, “ih lanjut aja makannya, kelihatannya kamu laper banget.” Wanita tersebut bicara sambil terus menatap mata Rako dengan sangat tajam.
“Uhh, iya, ahh.” Rako menjadi salah tingkah beberapa saat, namun hal itu tidak berlangsung lama, dirinya yang sudah berpengalaman dalam menjalin sosialisasi dalam pergaulan, membawa dirinya dapat mengembalikan ketenangannya yang luar biasa dalam seketika. Sesungguhnya sang wanita coklat tersebut sudah dibuat terpukau oleh Rako yang dapat mengendalikan dirinya dengan sangat baik tersebut.
“Tannya.” Sang wanita coklat menyodorkan tangannya, dan tangan mulus bersih tersebut disambut baik oleh Rako. Tannya adalah wanita yang sudah Dina janjikan akan dikenalkan kepada Rako, tentu karena Rako yang melihat foto Tannya di sosial media Dina, dan menyogok Dina dengan meminjamkan salah satu mobilnya selama seminggu jika dia mau mengenalkan temannya tersebut.
-
Empat orang porter meninggalkan mereka setelah memberitahukan jalur yang harus mereka tempuh.
Berdua Tannya dan Rako menikmati pemandangan dari ketinggian 2.828, dengan kamera yang dibawa Rako, dirinya terus menerus memotret Tannya, sungguh, dirinya sangat bagus di kamera pikir Rako. Disuatu persinggahan Rako bertanya pada Tannya, mengapa dirinya tidak pernah ada di sosial media dengan pemandangan-pemandangan gunung yang sudah dia daki.
“Aku mendaki dengan komunitas yang kutemukan secara acak dari internet, kami hanya bertemu sekedar untuk mendaki saja agar ada yang menemani, dan sungguh aku sangat sungkan jika harus meminta difotokan oleh mereka. Namun aku punya beberapa foto bersama dengan mereka, aku cetak dan aku simpan di rumah, kapan-kapan aku tunjukin ya.” Jawab Tannya sambil mencuci sayur yang akan mereka masak.
Setelah menunggu beberapa saat para porter yang memasangkan mereka tenda, serta membangun sebuah dapur, Rako dan Tannya mulai memasak makan malam mereka sore itu, ditemani cahaya dari matahari terbenam yang menerpa mereka berdua.
-
Cras!, empat potong paha ayam Rako masukan kedalam minyak panas, dan Tannya yang masih memotong bumbu untuk sayurnya di sebelah Rako.
Nasi hangat, kentang goreng, tumis sayur brokoli, selada, ayam goreng, telur dadar, sambal dan semangkuk penuh buah-buahan potong yang mereka beli saat di desa pos pertama pendakian gunung.
Beberapa meter dari mereka menikmati makan malam, para porter bergantian menggunakan dapur dan membuat makan malam untuk mereka, serta merapika tenda dengan alas tidur untuk Rako dan Tannya bermalam.
-
“Apakah kamu pernah berfikir untuk menghabiskan sisa hidupmu untuk seseorang Rako?.” Tanya Tannya setelah dirinya menghabiskan potongan ayamnya, dan mengambil sepotong melon.
“Belum pernah terbesit dalam pikiranku hal tersebut,” Rako menghentikan gigitannya pada paha ayam, dan meletakkannya di atas piring, “namun jika iya, maka aku akan berusaha membuat setiap saat dengan dirinya menjadi seperti hari baru.”
Tannya memajukan tubuhnya, secara bersamaan mereka berdua saling berpegangan tangan.
Malam itu, di tengah udara yang dingin, kabut yang merambat di antara mereka berdua, tubuh mereka terasa hangat mengabaikan cuaca tersebut.
-
Beberapa bulan sudah Rako dan Tannya bersama, berbagai macam kisah mereka lewati layaknya pasangan yang baru di mabuk asmara, dan kini setelah Rako memberikan sebuah tendangan yang tepat mengenai punggung Tannya, dirinya memasukan Tannya kedalam daftar nomor yang di blokir, Rako pergi meninggalkannya.
Kesalahan Tannya adalah dirinya menjawab apa adanya pertanyaan Rako, saat mereka sedang makan disebuah restoran, dan Tannya berkata bahwa dirinya sudah pernah kesini dengan mantan pacarnya. Mendengar hal tersebut Rako sesungguhnya naik pitam, namun berusaha diam saja.
Selesai acara makan malam tersebut, di parkiran, Tannya yang duluan menuju mobil, dan Rako yang masih berada di belakangnya tiba-tiba saja melayangkan tendangan tepat ke arah punggungnya, Tannya tersungkur, dan Rako pergi seorang diri dengan mobilnya dan memasukan nomor Tannya ke dalam daftar blokir.
-
Nadia dengan luka memar di leher karena di cekek.
Devi dengan siraman air panas di tangannya.
Sarah dengan jari tangan kanannya yang terkilir.
Vega, dengan jidatnya berdarah karena dibenturkan Rako ke tembok. Dengan mudah Rako dapat menggantikan mantan-mantanya, dan dengan mudah pula mereka dicampakan.
-
Syur!
Suara dari kloset terdengar dari arah kamar mandi, Rako keluar dengan handuk tergantung di pinggangnya dan berjalan ke arah Intan.
Intan yang berkeringat basah terduduk menghadap jendela, dari lantai 50 ini, seluruh kota terlihat jelas, cahaya kendaraan, serta bangunan besar saling bersaing menjulang menuju langit menjadi pemandangan dari kamar mereka berdua.
“sayang, aku udah wangi belum?” Tanya Rako yang tiba-tiba memeluk Intan dari belakang.
“Iya wangi, aku yang kecut,” jawab Intan sambil berdiri melepaskan diri dari pelukan Rako dan berjalan menuju kamar mandi. “Kamu pesan makan ya, malam kita masih panjang sayang.”
Tring!
Suara notifikasi dari handphone Intan berbunyi, Rako yang baru saja merebahkan tubuhnya di kasur kembali terbangun mendengar suara notifikasi tersebut, dirinya mengira itu berasal dari handphonenya, dan saat dilihatnya ternyata sebuah email masuk di handphone Intan.
Terlanjur sudah terbaca sebuah pemberitahuan dari rumah sakit yang asing Rako dengar namanya mengirimkan sebuah bukti pembayaran dengan nominal yang besar.
Intan tidak pernah cerita memiliki penyakit yang mengeluarkan biaya besar begini, pikir Rako.
“Sayang, itu hanphone ku ya, jangan di buka ya, privasi ingat.” Intan berteriak dari dalam kamar mandi.
“iya,” Rako terdiam beberapa saat. “Privasi number one untuk hubungan kita sayang.”
Ringgo kembali menatap layar handphone Intan, tersbesit keraguan dari dalam hatinya beberapa saat, namun rasa penasarannya menang, dan handphone Intan di buka, seluruh isi email tersebut terbuka.
Konfirmasi pembayaran atas nama Vega.
Rako terkejut membaca nama Vega disana, apakah ini Vega mantannya, atau Intan memiliki saudara bernama sama.
Kembali Rako mencari email lainnya dari rumah sakit tersebut, dan ternyata ada banyak sekali. Dibukanya satu persatu dari yang paling baru, seluruhnya adalah konfirmasi pembayaran dengan nama yang berbeda-beda.
Keringat dingin mengucur dari kening Rako saat dirinya membaca nama-nama yang tertera disana, secara berurutan.
Konfirmasi pembayaran atas nama Sarah.
Konfirmasi pembayaran atas nama Devi.
Konfirmasi pembayaran atas nama Nadia.
Konfirmasi pembayaran atas nama Vina.
Konfirmasi pembayaran atas nama Tannya.
Dan pesan yang paling pertama dibuka, sebuah nama yang spintas dirinya duga muncul, Lisa.
Rako membuka web browser dan mencari nama rumah sakit tersebut, dengan jari bergetar dan matanya yang tiba-tiba terasa panas Rako membaca, specialist plastic surgery.
Intan yang tanpa Rako sadari sudah berdiri di belakangnya memegang bahu Rako, “sayang, kenapa kamu keringatan lagi?”
-
Tamat.
Diubah oleh bekinyot 24-03-2021 11:42
potatoenak dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Kutip
Balas
Tutup