Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

erinomonogatariAvatar border
TS
erinomonogatari
Pengalaman Dijodohkan

[ltr]Assalamualaikum wr. wb. selamat siang agan dan sista kaskus.

Perkenalkan saya Eri, newbie di kaskus ini emoticon-Malu (S)ebelumnya saya sudah jadi silent reader di kaskus ini udah dari lama sih tp baru berani muncul di sini untuk buat thread.
Sebelumnya apa yang akan saya sampaikan di sini adalah beberapa hal yang terjadi dan ada dalam hidup saya.... mohon maaf bila penyampaian cerita masih terkesan kaku. Semoga bermanfaat (padahal g tau juga nanti ada manfaatnya enggaemoticon-Ngakak) dan jangan dibully dulu ya sayanya~ 
 
-Part 1
 
Ini terjadi sekitar tahun 2015-2016, waktu itu aku masih kuliah semester 5 di salah satu universitas di surabaya (dekat dengan RS Dr. Soetomo wkwkwkwwkw). Seperti biasa saat libur hari raya, saya pulang ke Kediri untuk merayakan hari raya dan liburan bersama keluarga. Di desa saya ada tradisi kalau hari pertama hari raya itu semua orang akan keluar rumah untuk silaturahmi secara bergantian ke rumah2 penduduk satu desa termasuk saya dan ibu serta keponakan (anak dari kakak sepupu saya) yg sejak saya kuliah mulai diasuh dan tinggal bersama ibu. Maklum saya adalah anak tunggal dan di rumah cuma ada ibu karena ayah sudah hilang entah kemana wkwkwkkww.
 emoticon-Ngakak
Esok pagi nya, saya diminta oleh ibu untuk mencari daun pandan di kebun tetangga karena ibu mau membuat Lepat (makanan yg terbuat dari beras ketan, kelapa, dan kacang merah yang dibungkus dengan daun pandan). Jadi pergilah saya ke rumah tetangga tersebut, sebut saja namanya mbah man. Setelah mendapat ijin untuk mengambil daun pandan, saya pergi ke belakang rumah beliau dan mengambil beberapa daun pandan yang agak besar kemudian segera pulang ke rumah. Namun, tidak lama ketika sampai di rumah, tiba2 ada yg mengetuk pintu dan di depan pintu sudah berdiri Mbah Man yang ketika saya tanya ada keperluan apa katanya ada perlu dengan ibu saya. Saat itu jujur saya merasa deg-deg an ketika mbah man ini datang ke rumah. Karena selain terkenal dengan kebun pandannya, mbah man ini juga orang pintar di desa saya. pikiran saya, apa saya ketempelan mahluk halus kah dari kebunnya sampai-sampai mbah man datang menyusul saya? 
 emoticon-Bingung
ketika sedang bengong itu ibu menyuruh saya untuk membuatkan kopi untuk mbah Man. Sambil membuat kopi saya berusaha menguping pembicaraan Mbah Man dan ibu dengan hati yang masih berdebar, maklum walaupun saya sudah sering berurusan dengan yg mistis2 tapi masih tetap takut juga wkwkwkkww yang horor-horor nanti ya saya ceritakan kalo saya sudah berani wahahhaa. Percakapannya langsung saya bahasa Indonesia kan aja ya, sebenernya ini pake bahasa jawa sih.

Ibu               : "Ada apa ya Mbah, kok sampe Mbah datang ke sini?"


Mbah Man : "Jadi gini Bu Sar (oh iya nama ibuku Sari ya kawan wkwkwkwkw), saya ini sebenernya dimintai tolong oleh Mbah Rah untuk meminta anak sampean Eri buat jadi istrinya Saka karena katanya Saka ini jatuh hati sama Eri ini."

 
Ibu               : "Lho iya kah Mbah? walah tapi saya ya ndak bisa memutuskan sekarang mbah, soalnya harus tanya dulu sama Eri" 

Mbah Man : "iya, iya ndak apa-apa Bu, nanti aja jawabannya kalo sudah ada nanti saya bantu sampaikan kepada Mbah Rah."


Ibu              : "Baik Mbah." Ibu terdiam ketika melihat saya datang membawa nampan berisi secangkir kopi untuk Mbah Man, kemudian saya pamit pergi ke belakang lagi. Di situ kemudian obrolan berlanjut.

 
Ibu              : "Memang Saka ini sudah ketemu Eri kah Mbah? kok bisa punya perasaan begitu sama Eri"

Mbah Man
 : "Iya saya juga kaget waktu tadi diamanati Mbah rah, tapi katanya Saka lihat Eri kemarin waktu Eri keliling halal bihalal, wong Saka juga pulangnya kan setahun sekali juga pas hari raya aja"


Ibu             : "oh iya juga mungkin kemarin waktu Eri keliling ya, tapi saya juga kurang ngeh kalo ada Saka waktu di rumah Mbah Rah."

 
Setelah mengobrol beberapa saat dan meminum kopi yang tadi saya buatkan, Mbah Man pamit pulang. Setelah Mbah Man pergi, ibu menemui saya di dapur, saat itu saya berpura-pura sibuk membuat ketupat supaya tidak ketahuan kalo saya sudah menguping. Di situ kemudian ibu menyampaikan maksud kedatangan Mbah Man tadi kepada saya. Jujur saya juga langsung berpikir setelah menguping tadi. Bagaimana ya baiknya, memang waktu itu saya jomblo sih (tapi gak jones ya wkwkkwwemoticon-Ngakak). Saya memang sengaja mau fokus kuliah g mau terikat kata pacar, tapi saat itu saya juga sedang dekat dengan seseorang tapi ya HTS (hubungan tanpa status) gitu deh jadi ndak bisa jadi alasan kuat untuk menolak juga. Jadi saya bilang ke ibu kalau saya mau berpikir dulu bu sebentar.
 
Sedikit informasi tentang Mbah Rah dan Mas Saka ya. Mbah Rah ini adalah salah satu orang kaya dan dihormati di desa saya. Jadi ibu juga memang sudah mengenal seluruh keluarga Mbah Rah karena sering bantu-bantu di rumah Mbah Rah kalo ada acara seperti hajatan dsb. Karena kami dari keluarga yang sederhana dan cukup sehingga kalau ada peluang untuk dapat penghasilan tambahan seperti membantu memasak di acara hajatan tersebut sangat disyukuri oleh ibu saya. Sedangkan Mas Saka adalah anak bungsu Mbah Rah yang saat ini bekerja sebagai pegawai TU di salah satu SMA di Kalimantan. Karena pekerjaannya yang jauh inilah mengapa Mas Saka juga cuma bisa pulang setahun kali di waktu hari raya idul fitri. 
 
Setelah menyampaikan pesan Mbah Man kemarin, saya sempat bertanya pada ibu tentang bagaimana Mas Saka karena saya tidak tau menahu bahkan rupa mas Saka juga saya tidak pernah lihat. Ibu bilang Mas Saka tampan, kemudian ibu ingat pernah menyimpan sebuah foto yang ada Mas Saka nya. Di poto itu ibu kelihatan masih muda banget dan benar katanya waktu itu ibu masih belum menikah mungkin seusia saya sekarang, tapiii di situ saya lihat poto Mas Saka itu kira-kira sudah SMP. Agak kaget karena kalo melihat dari situ berarti usia kami kan terpaut agak jauh karena ibu baru melahirkan saya di usia 29/30 tahu an. Tapi ibu tidak percaya waktu saya bilang begitu ahahahaha, karena kami sama2 tidak tahu tahun kelahiran Mas Saka.
 
Jujur waktu itu saya galau, di satu sisi saya tidak mau dijodohkan, di sisi lain kami yang dari keluarga sederhana ini mana berani menolak permintaan Mbah Rah. pasti nanti kami jadi bahan gunjingan satu desa jika menolak. 'ndak tau diri, ada anak orang kaya yang mau kok ditolak.' sudah pasti itu yang akan kami dengar nanti, dan itu benar adanya wkwkkww nanti tolong simak sampai akhir ya. Akhirnya saya menyatakan mau menerima perjodohan ini dengan syarat 'tunggu sampai saya lulus kuliah dan bekerja setidaknya satu tahun untuk cari modal nikah'. Syarat ini yang kemudian disampaikan oleh Mbah Man kepada Mbah Rah dan disanggupi. Tapi pihak Mbah Rah juga menyampaikan bahwa saya atau ibu saya tidak boleh sampai membocorkan informasi perjodohan ini kepada orang lain, entah apa tujuannya.
 
Berjalannya waktu, saya berhubungan dengan Mas Saka cuma melalui SMS dan telepon, sebenarnya saya malas pakai SMS itu, karena saya kan mahasiswa pas2 an jadi pilihannya antara membeli pulsa atau kuota saja, kalo keduanya jujur saya keberatan. saya sudah menyampaikan kepada mas Saka untuk pakai Whatsapp saja tapi mas Saka malah bilang tidak tau cara pakai W.a (WTH???) emoticon-No Hopeakhirnya saya harus tekor pulsa demi menghormati mas Saka, tp kalo memang sudah benar2 tidak punya uang, ya saya lebih memilih untuk beli makanan daripada beli pulsa... bahkan sampai 3 bulan saya tidak bisa beli pulsa dan tidak bisa SMS, mas Saka tidak ada inisiatif untuk membelikan saya atau bagaimana. Maaf saya bukan matre ya gansis, saya juga sudah menjelaskan kondisi saya ke mas Saka kalo saya ini kuliah Bidik misi, dan hidup cuma mengandalkan dana bidik misi yang saat itu 600ribu per bulan, itu saya gunakan untuk bayar kos sebulan 250 ribu, dan sisanya uang makan dan keperluan kuliah, kebayang kan harus seirit apa saya wkwkkww tp alhamdulillah Allah Maha Baik, Demi Allah saya tidak pernah merasa kekurangan karena rejeki itu ada aja datangnya .  Dan tambahan info ya guys, selama saya 1 tahun berhubungan dengan Mas Saka itu saya tidak pernah diberi sesuatu baik dari ibunya atau mas Saka sendiri yang bersifat materi ya, saya juga g pernah minta. Tapi ya gitu kalo disuruh beli pulsa, alamak mending buat makan dah, toh saya juga sudah pake kuota jd agak g peduli juga sama Mas Saka orang dianya juga g peduli sama saya wkwkkwwemoticon-Ngakak.
 
Dan buat agan-agan nih ya, ini penting, jangan pelit jadi orang karena wanita g doyan sama laki pelit wkwkkwkw. Kalau agan mikirnya halah kan masih pacar siapa tau g jodoh nanti daripada rugi, nanti aja kalo udah sah aku g pelit, gitu? wah no no no jangan begitu gan, penilaian tentang kalian itu sudah dimulai sejak tahap kenalan, pacaran pelit nanti jadi istri pasti lebih pelit lagi wahahaha jangan PD bilang g akan pelit, orang mau dapetin anaknya orang aja agan perhitungan apalagi udah dapet, kalo pelit g usah nikah uang utuh dah . Dan buat sista2 amit2 dah ya dapet orang pelit, saya doakan lakinya pada Loyal dan rejekinya banyak aamiinnnnemoticon-Malu
 
Inilah poin pertama yg buat saya kecewa sama Mas Saka. lalu poin lainnya? ada, Mas Saka itu ternyata ndak dewasa gansis g cocok sama umurnya. jadi setelah saya stalking (inget cewek itu kalo udah niat cari tau, intel pun kalah wkwkwkw) saya nemu FB nya yang namanya beda jauh wwkwkw dan dari situ saya tau kalo umur kami beda 16 tahun wwkkwkw tp bagi saya umur cuma tentang angka, yang penting itu dewasa atau engganya sih. Contoh ketidak-dewasaan Mas Saka adalah dia tidak berani/tidak bisa mengambil keputusan sendiri.

(Percakapan telepon saya dan Mas Saka di suatu malam)

Mas Saka   : “Dek kamu ini kuliah semester berapa?”

Saya           : “Udah semester 6 mas sekarang alhamdulillah, kenapa mas?”

Mas Saka  : “Udah g usah lanjutin kuliah dek, ayo tak nikahin aja nanti tak boyong ke Kalimantan”

Saya           : (disini saya udah kaget denger mas Saka ngomong gini, apa dia g tau tentang syarat yang saya ajukan sebelum menerima perjodohan? Akhirnya saya jawab) “Lho kan aku udah bilang mas kalo aku maunya lulus kuliah sama kerja dulu baru nikah, Mas kan juga tau aku wes g ada bapak, aku sama ibu g ada uang mas buat modal nikah.”

(Jujur dengan mengingat umurnya dan lamanya dia telah bekerja, saya berharap mas Saka seenggaknya akan bilang gini, ‘masalah modal wes kamu g usah pikirin nanti tak kasih -ngarep- untuk make up pengantin dan dekor gampang.’ Gitu pengennya bilang gitu lo, karena kakak ipar mas Saka itu kerjanya ya jadi make up pengantin sama sewa dekorasi, jd missal nanti kita ke kakaknya itu sewa kan pasti juga dapet harga miring kan? Toh juga aku g suka nikah yang mewah2, tapi sebagai anak tunggal cewek ibuku ya berharap nikahku itu ya ada hajatannya bukan asal sah di KUA bayar 400 rebu gitu. Tapi nyatanya jawaban mas Saka malah.


Mas Saka : “soal itu biar ibu kita aja yang bicarain nanti.”

Aku udah g jawab dan males ngeladenin telpon mas Saka, jadi aku ijin pura2 mau tidur karena udah ngantuk. Untung nya mas Saka g pake w.a jd g tau kalo aku masih online chat dengan anak2 kampus wkwkwkkww.

Sebenarnya kalo mau diajak nikah cepet sih oke lah ya, missal ngajak nikah tp aku tetep lanjut kuliah, nah ini engga, aku suruh mutung (berhenti tengah jalan) kan ya aku g mau, karena perjuangan ku dulu masuk kuliah itu beneran susah (susahnya g ada modal sih jadi mengandalkan dapet beasiswa atau engga ahahahhaa Alhamdulillah Allah Maha Baik). Jadi aku g terima aja kalo ada orang asing yang memutuskan gimana aku harus hidup, I hate it. Dia g tahu menahu tentang perjuangan ku tau2 ngomong gitu dih bikin illfeel aja. Tapi aku berusaha maklum lah ya karena dia memang jarang ada di desa. Kemudian lagi...



Bersambung Part 2 ya karena g muat ahahhahaha[/ltr]

kubelti3
fa.achryy
aryanti.story
aryanti.story dan 13 lainnya memberi reputasi
14
3.4K
67
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
erinomonogatariAvatar border
TS
erinomonogatari
#5
-PART 2
-mohon maaf sebelumnya saya masih belum ngerti cara buat link atau kalo mau post part selanjutnya baiknya gimana, mohon bantuannya ya nanti gansis~ terima kasih emoticon-Malu

-PART 2

(cerita sebelumnya…)Tapi aku berusaha maklum lah ya karena dia memang jarang ada di desa. Kemudian lagi,

Mas Saka : “Kalau udah nikah nati kamu langsung tak boyong ke Kalimantan ya dik.”

Saya : “Ya gapapa asal tiap tahun pulang, tp nanti di sana aku juga kerja ya mas, soalnya aku mau tetep ngirimi ibu uang biar ibu g perlu kerja lagi, kasian ibu mas.”

Mas Saka : “Lho mauku nanti kalo udah di Kalimantan kamu tak suruh buka warung pop ice aja biar adek g capek.”

Syok lagi, bukannya menghina atau merendahkan penjual pop ice ya gansis. Jadi gini, Mas Saka itu kan pegawai TU SMA juga masih honorer ya, gansis juga tau kan gaji honorer itu gimana, makanya dia pulang ke desa juga bisanya setahun sekali karena harus nabung dulu. Nah kalo saya g bantu kerja gimana kita bisa mudik? Belum nanti kalo punya anak, beli tiket pesawat kan g cuma satu to? Emang sanggup? emoticon-No Hope Nah saya maunya sering pulang karena orang tua juga tinggal ibu aja, yang otomatis nanti missal saya jadi nikah sama mas Saka kan, ibu jadi sebatang kara soalnya ponakan pasti ada saat nya diambil sama mamanya lagi (saat ini kakak sepupu sedang merantau menjadi tkw di Singapura). Masa saya tega g sering nengok? Saya sudah didewasakan keadaan istilahnya, jadi saya itu realistis ya, g bisa dikasih janji dan omongan manis wkwkkw g mempan broemoticon-Ngakak .

Saya : “Lho mas, terus aku ngasih uang ke ibu gimana?”

Mas Saka : “soal itu biar nanti ibu kita aja yang bicarain” (2)

Sudah ditebak ya wkwkkww saya langsung pamit tidur ahahaha walaupun waktu itu masih jam 9 malem, saya bilang capek tadi abis ada kegiatan di kampus (Ya Allah maaf Eri jadi sering bohong). Di situ saya udah kepikiran, Ya Allah kok jadi gini ini gimana?, saya rasanya udah makin g sreg aja sama mas Saka soalnya tiap diskusi kok mesti bilang biar ibunya aja yang ngomong, emang ibunya mau ngomong apa sih penasaran juga. Tapi gimana lagi ibu saya udah seneng bakal punya mantu ‘dekat’ yang ortunya juga ibu kenal, dan bagi saya ibu itu nomor satu, kalo ibu bilang suka ya saya berusaha menyukai juga. Dan saya punya prinsip kalo setiap orang berhak dapat 3 kali kesempatan membuat saya kecewa (kecuali perselingkuhan ya, kalo masalah selingkuh mah sekali aja udah saya putuskan wkwkwkkw) jadi saya masih lanjut dengan mas Saka. Kemudian ketiga kali dan yang membuat saya bener2 ingin mengakhiri hubungan dengan mas Saka adalah...

Mas Saka : “Dek kamu bener2 harus lulus kuliah sama kerja dulu kah? Kok lama sih dek?”

Saya : “Lho kan dari kemarin aku juga udah menyampaikan kondisiku mas, mas Saka kan juga wes tak mintai pendapat tapi mesti bilang kalo biar ibu kita aja yang ngomong, sekarang kalo aku g kerja dulu lo mas aku nikahnya gimana, ibu ku mau nikahanku ada hajatanya soalnya aku juga anak tunggal mas, masa anak Cuma satu nikahnya g rame-rame?”

Mas Saka : “Iya tapi kalo nunggu kamu kerja kan lama dek.”

Saya : “Ya harus mas kan mas Saka juga gak mau biayain nikahanku kan?
(disitu mas Saka Cuma diem, oke berarti kuanggap jawabannya berarti ‘iya’.) Maka dari itu aku harus kerja dulu, dan lagi kalo aku g lulus kuliah mas nanti aku di Kalimantan gimana ngasih ibunya, misal kalo aku lulus kuliah nanti kan aku minimal cari kerja dapat lah gaji 3,5 juta (UMK waktu itu ya itungannya). Itu nanti aku bisa ngasih ke ibu 1-1,5 juta per bulan. Kalo memang Mas saka maunya aku g kuliah di sana aku juga g boleh kerja ya oke gpp, tapi dengan syarat mas Saka harus mampu ngasih ibu sejumlah nominal itu per bulan, kalo mas Saka g sanggup, tunggu aku selesai kuliah dulu sama cari modal buat nikah.”

Akhirnya semua uneg2 ku ku sampaikan aku ingin tau gimana pemikiran mas Saka soal ini. Tapi jawaban mas Saka selalu sama.

Mas Saka : “Ya udah soal itu nanti biar ibu kita yang bicarain” (3)

Saya : “Oh gitu ya udah kalo gitu biar ibu kita aja yang nikah gimana?” (eh dia malah ketawa hmmmmmmm) Udah ah mas aku capek, toh yang suruh omong-omongan tetep ibu. Assalamualaikum” Langsung aku tutup telepon.

Oh iya info tambahan jadi saya kos sekamar berdua dengan teman saya SMA dulu yang sekarang juga kuliah di jurusan yang sama dengan saya, sebenarnya untuk biaya kosnya 1 kamar 500ribu/bulan, jadi dibagi 2 masing-masing 250ribu/bulan. Untung pada waktu itu temen saya sedang kerja sambilan, jadi saya bisa puas menangis sendiri. Waktu itu beneran saya ngerasain banget jadi anak g punya bapak. Rasanya itu g bisa membela diri, g ada yang melindungi, bisanya juga pasrah. Apalagi sempat saya tanya ke ibu gimana kalo misal saya g cocok sama mas Saka, kata ibu ‘gimana kita bisa nolak nduk, kita Cuma orang g punya, nanti kalo nolak kok kita kayak sombong banget nolak anaknya Mbah Rah.’ Nyesek banget sumpah, akhirnya tiap shalat saya Cuma bisa berdoa,

“Ya Allah, saya ndak sreg sama mas Saka, tapi kalo saya bilang ndak mau saya takut menyakiti hati ibu yang sudah senang punya menantu dekat, dan takut menyakiti harga diri keluarga Mas Saka karena kami sudah seperti saudara. Tak ada yang tak mungkin bagi-Mu, bila ada cara untuk menolak tanpa menyakiti hati pihak manapun tolong tunjukan jalannya Ya Allah, namun bila tidak ada, Eri pasrah, tapi maaf Ya Allah mungkin Eri nanti bakal bercerai. Dan Eri juga minta diberikan keberanian untuk menyampaikan kepada ibu. aamiinnn”emoticon-No Hope

Begitu doa yang saya panjatkan tiap hari. Kalau diingat-ingat sepertinya hampir depresi saya waktu itu, setiap hari saya menangis ketika shalat, hal-hal yang sebelumnya tak pernah terpikirkan tiba-tiba jadi kepikiran. Saya yang dulu merasa baik-baik saja walaupun ditinggal ayah minggat, kini merasa sangat kehilangan dan marah. Saya yang sering takut untuk shalat malam karena kos saya yang horor, menjadi tidak pernah merasa takut dan rajin shalat malam karena saya lebih takut kalo hidup saya nanti nelangsa setelah menikah (sebenarnya lucu juga wkwkwkw tapi alhamdulillah dengan curhat ke Allah membuat saya semakin kuat). Dan setelah 40 hari, saya berniat pulang kampung untuk menyampaikan kalo saya ingin membatalkan perjodohan dengan Mas Saka.

Jumat jam 6 malam saya pulang kampung, menaiki kereta Rapih Dhoho jurusan Surabaya-Blitar yang melewati stsiun tempat saya biasanya saya turun yaitu Stasiun K. Biasanya tiap naik kereta saya selalu ketiduran, tapi hari itu saya tidak bisa tidur, saya masih bingung, saya - benar-benar harus menyampaikan ke ibu atau tidak. Karena selama ini saya juga tidak pernah cerita macam-macam kepada ibu, semua saya pendam sendiri, jadi yang ibu tau hubungan saya dengan mas Saka juga baik2 saja tidak ada kendala apapun. Bismillah saya menguatkan tekad sekali lagi, saya akan bicara pada ibu, entah nanti hasilnya bagaimana….

Pukul 21.12 kereta sudah sampai di stasiun K, alhamdulillah kereta sekarang sudah lumayan tepat waktu dibanding dulu. Di stasiun sudah menunggu adik sepupu saya, yang biasanya juga saya mintai tolong untuk antar jemput saya di stasiun Namanya Bakron (ini inisial saja ya ahahhaha).

Saya : “Kron, sampe stasiun jam berapa tadi? Lama kah nunggu mbak?”

Bakron : “Mboten mbk (engga mbk). Barusan juga sampe kok.”

Kemudian saya dan Bakron pulang. Rumah saya tidak jauh dari stasiun, Cuma 15 menit naik motor sudah sampai ke rumah. Setelah cuci tangan dan kaki saya masuk ke rumah dan bersalaman dengan ibu, waktu itu ponakan sudah tidur. Lalu, apa saya langsung bicara dengan ibu soal mas Saka? Tidak, sebenarnya ingin, tp mulut saya belum mampu untuk memulai pembicaraan. Saya takut, takut menyakiti ibu, takut membuat ibu kepikiran, takut dengan jawaban yang akan ibu sampaikan… saya takut kecewa karena tidak mendapat jawaban yang saya inginkan. Jadi saya memutuskan untuk tidur saja malam itu dan baru besok siangnya saya berani bicara pada ibu.

Siangnya saya mulai bercerita sama ibu, tentang bagaimana saya dan mas Saka selama ini, tentang kami yang jarang berhubungan karena terkendala pulsa, tentang pertanyaan2 Mas Saka dan jawabannya. Tentang saya yang kemudian berkesimpulan kalo kami tidak berjodoh dan ingin membatalkan perjodohan ini kalau boleh dan bisa. Tentu saya bicara kepada ibu dengan jantung yang berdebar-debar dengan keras, dengan mata yang sebisa mungkin berusaha untuk tidak menangis, dengan dzikir yang terus saya rapalkan dalam hati supaya saya bisa tenang. Dan Alhamdulillah keluhan saya bersambut dengan ibu, ternyata ibu juga memendam cerita tentang bagaimana ibu juga kemudian menjadi tidak sreg dengan mas Saka. Begini ceritanya….

(flashback sebelum saya pulkam ya… kira-kira 3 bulan yang lalu)

Saat itu saya sedang ada kegiatan kampus dan ujian jadi kurang lebih 1 bulan full waktu itu saya tidak bisa pulang, biasanya saya 2 minggu sekali pasti pulang. Saat itu keluarga mas Saka terkena musibah, yaitu kakak mas Saka meninggal dunia, saya juga sudah bertanya kepada ibu apa saya pulang saja? Kata ibu tidak usah tidak apa-apa toh rumahnya jauh karena dimakamkan di kampung istrinya. Namun tanpa sepengetahuan saya ternyata Mas Saka pulang dan kira-kira semingguan dia ada di rumah ibunya di desa saya. Ibu mengira kalau mas Saka juga sudah mengatakan kepada saya bahwa dirinya pulang (tapi tidak, saya bahkan baru tau dari cerita ibu). Namun tidak seperti seorang calon mantu yang harusnya menyapa, menegur atau salim (mencium tangan)dengan ibu saya ketika bertemu sebagai tanda menghormati calon mertua, mas Saka ini malah dengan sengaja menghindari ibu. Kenapa ibu bilang dengan sengaja? Karena pada saat itu ibu melihat mas Saka dan ibu tersenyum dan menyapanya, tapi dia malah melengos dan pergi, ibu sedikit kaget waktu itu karena jelas-jelas mas Saka melihat ibu juga tapi kenapa kok malah begitu? Dan itu tidak hanya terjadi sekali, sering mereka berpapasan karena waktu itu ibu juga bantu2 di rumahnya untuk acara 7 harian kakaknya tapi tidak pernah bahkan sekalipun mas saka menyapa ibu. Ibu diperlakukan seperti pembantu di rumahnya yang cuma ditugaskan untuk memasak dan bekerja emoticon-Mewek Karena itulah ibu sakit hati.

Mendengar cerita ibu itu makin bulat lah tekad saya, pokoknya saya wes g mau sama sekali, pokoknya saya sudah amit-amit kalo sampai jadi istrinya mas Saka. Saya marah, saya tidak terima ibu saya tidak dihormati, berani-beraninya dia tidak menghormati seorang ibu tapi menginginkan anaknya? Astaghfirullah… Saya mau menangis rasanya waktu itu. Tapi kemudian saya bicara kepada ibu…

Saya : “Lajeng pripun buk’e? pripun nggih bu carane nolak? Kula pun mboten purun bu, kula mboten saget tresna kaleh mas Saka. (terus gimana bu? Gimana ya bu caranya nolak? Aku udah g mau bu, aku g bisa mencintai mas Saka.)

Ibu : “Ibu ya bingung nduk, Ibu mau nolak tapi sungkan sama Mbah Rah. Tapi g nolak ibu takut nek kamu nikah terus diajak ke Kalimantan nanti Saka g mau memulangkanmu, pasti banyak alasannya, kalo gitu kan ibu nanti kehilangan anak satu-satunya…. Oh iya nduk bentar, kayake wetonmu sama Saka belum ibu tanyakan cocok apa ndak. Nanti coba ibu tanyakan ke Pak dhe mu.

Saya : “Nggih bu”

Soal weton, jadi di desa saya ini kalau mau nikah atau mau melakukan kegiatan apapun itu pasti diliat weton dan dicocok kan sama harinya gansis… misal mau pindah rumah itu harus tanya hari baik yang disesuaikan dengan weton kita, mau beli motor juga, apalagi menikah ya pasti wajib mencocokkan weton. Sebenaranya kalau saya dan ibu tidak terlalu mempercayai weton karena kalau sudah suka dan sreg ya sudah berarti jodoh gitu aja, ibu ini juga pemikirannya modern walau tinggal di desa. Tapi demi mencari cara agar saya dan mas Saka bisa digagalkan perjodohannya, akhirnya ibu saya mencari tau soal kecocokan weton kami. Dahulu Mbah Man sudah sempat bertanya tentang weton saya kepada ibu, tapi kemudian tidak ada kelanjutan pembicaraan tentang weton tersebut. Jadi ibu saya juga diam-diam saja, karena dulu ibu ya juga sudah senang ada yang mau dengan anaknya.

Dan sekali lagi, Allah Maha baik, ternyata kalau dihitung-hitung, weton saya dan mas Saka itu sangat tidak cocok katanya… saya bingung sih gimana hitungannya yang saya mengerti pokoknya weton kami itu kalau disatukan jumlahnya 24, mas Saka 9 saya 15… dan itu g boleh kalau diteruskan g baik nanti keluarganya penuh bencana. Pokoknya gitu lah. (mohon agan sista yang mengerti tolong jelaskan kepada saya ya, ibu ngejelasinya pake istilah-istilah jawa, yang walaupun saya orang jawa tapi g ngerti istilah itu wahahahhahahahaha emoticon-Ngakak ) Dannnnnn keluarganya mas Saka penganut weton yang kental jadi sebenarnya mereka sejak awal sudah tau kalau kami tidak berjodoh, tapi karena ibu diam saja dan karena melihat mas Saka yang sudah jatuh hati kepada saya, mereka berniat melanggar pantangan itu. Ya ampuunnnn teganya Ya Allah. Memang sih usia mas Saka kan juga sudah tidak muda lagi waktu itu jadi kalau dilarang dengan alasan weton ini, mereka takut kalo nanti mas Saka malah tidak mau menikah katanya. Tapi yesssss, Ketika ibu menyampaikan kalo ternyata weton kami tidak cocok dan ibu takut melanggar pantangan ini dan memohon maaf karena harus meminta supaya perjodohan ini dibatalkan saja, alhamdulillah keluarga mas Saka pasrah untuk dibatalkan. Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah~

Tapi apakah drama perjodohan ini berhenti sampai di sini? oh tentu tidak gansis~ nanti akan saya ceritakan lagi di part 3 ya...emoticon-Shakehand2
disya1628
fa.achryy
aryanti.story
aryanti.story dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Tutup