Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

j.16Avatar border
TS
j.16
Sebelum Reda
Sebelum Reda


 

Prolog

6 Tahun yang lalu
 
 “ Hei, belum pulang? “
 
“ Hai, belum nih, nunggu hujannya reda…, kamu? “
 
“ Bawa mantel, aku udah ditungguin pacarku soalnya, “
 
“ Ohh, “
 
“ Duluan ya.. “
 
“ Oke, hati-hati, masih hujan.. “
 

Saat ini
 
Awal tahun, seperti biasa hampir setiap hari hujan jatuh membasahi permukaan bumi. Seorang wanita berusia pertengahan dua puluhan tengah asyik menikmati suasana hujan lewat jendela kantor guru di sebuah sekolah taman kanak-kanak. Langit masih berwarna abu-abu, hujan dengan intensitas sedang masih betah menyirami permukaan tanah. Suasana kantor sudah sepi karena jam sudah menunjukan pukul setengah lima sore, jam kantor sudah berakhir setengah jam yang lalu. Hanya ada beberapa orang yang belum pulang karena masih ada urusan atau malas menerobos hujan.
 
“ Je, belum pulang? ”
 
Wanita yang tengah menikmati hujan itu menoleh kemudian tersenyum pada wanita yang sudah berusia empat puluhan. “ Belum bu, bu Ida dari mana?”

“ Biasa, rapat Yayasan, kayaknya hujannya bakal awet nih Je, saya udah minta jemput suami nih. Kamu mau bareng? suami saya bawa mobil kok, biar motor kamu dititipin sini aja. ”    
 
“ Nggak usah bu, saya bawa mantel kok, ini juga sudah mau pulang. “ Jean mulai mengemasi barang-barang di mejanya. Dia tidak ingin merepotkan sang kepala TK nya itu, lagian rumahnya dan rumah ibu Ida berbeda arah dan jaraknya cukup jauh.
 
" Bener? " Tanya bu Ida memastikan, dia kemudian menerima telefon dari suaminya yang sudah sampai di depan.
 
Wanita bernama lengkap Jeanantha Hasyafahari itu mengangguk mantap, “ Iya bu, nggak papa kok. “
 
“ Ya sudah, ibu duluan ya, kamu hati-hati… “ bu Ida berpamitan dan berjalan ke luar karena suaminya juga sudah menunggu diteras dengan payung yang dipegangnya. Pasangan suami istri yang sudah di anugerahi dua orang anak itu berjalan menuju mobil yang diparkir di lapangan sekolah.
 
Jean menghela nafas sebelum berjalan menuju parkiran, “ Hujan… “ gumamnya, dia bukannya membenci hujan. Hanya saja, hujan membuatnya kembali mengingat seseorang dari masa lalunya, seseorang yang bahkan sampai saat ini masih menempati satu ruang dihatinya. Mungkin benar kata orang, jika cinta pertama itu sulit untuk di lupakan.

***




Quote:
Diubah oleh j.16 23-01-2022 11:37
nuraminahsyam
hatiyanghancur
sargopip
sargopip dan 56 lainnya memberi reputasi
57
27.1K
598
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
j.16Avatar border
TS
j.16
#153
Tentang Perasaan Yang Lain


Setelah pulang dari kafe milik Wisnu dan Bagas, Argi mengajak Jean untuk makan malam di angkringan. Sebelumnya mereka sudah menunaikan sholat maghrib di masjid yang mereka lewati. Jean juga sudah mengabari orang rumah jika ia akan pulang malam karena mereka pergi dari jam satu siang. Dan sang mamah berpesan agar tidak pulang terlalu malam.

Sejujurnya Jean kepikiran dengan ucapan Ucok tadi, selama ini dia benar – benar tidak tahu bagaimana perasaan Argi, apalagi hubungan cowok itu dengan Nadia yang masih menjadi tanda tanya. Apakah mereka benar – benar pacaran selama di Bandung seperti kata Ucok, sahabat cowok itu. Lantas apakah kedekatan mereka selama ini, hanya Jean yang terlalu berharap lebih?

“ Je, kok ngelamun sih? “ Argi menepuk lengan cewek disebelahnya.

“ Eh iya, sorry sorry. Kamu tanya apa? “

“ Kamu mau pesen apa? Nasi kucing mau? “ tawar Argi.

Jean mengangguk, entahlah, nafsu makannya tiba – tiba hilang. Dia bingung apakah harus bertanya tentang Nadia sekarang atau tidak. “ Boleh deh, apa aja terserah kamu. “

Tapi dia benar – benar penasaran dan tidak ingin menjadi orang ketiga jika Argi dan Nadia benar – benar pacaran. Biar dia cinta mati sama Argi, dia tidak ingin jadi pelakor ya. Huaa dia butuh pendapat Naya nih.

Argi malah tersenyum simpul, “ Cewe emang selalu bilang terserah ya Je? “ sindirnya.

“ Iya pokoknya terserah kamu deh, mau pesen apa. Nanti aku makan kok. “ jawab Jean pasrah.

“ Iya, yaudah aku pesenin dulu ya, “ Argi lalu bangkit dari duduknya untuk memesan makanan mereka.

Melihat punggung Argi yang menjauh, Jean mengumpulkan keberanian untuk bertanya tentang Nadia jika Argi sudah kembali. Ya dia harus bertanya, setidaknya dia jadi tahu dan tidak bego – bego amat jika perasaannya tidak juga terbalaskan alias dia saja yang menganggap kedekatan mereka selama ini.

Setelah Argi kembali duduk disampingnya, Jean memberanikan diri untuk bertanya, “ Gi, aku boleh tanya? “

Agar tidak terlalu serius, Jean bertanya sambil menyantap makanan yang sudah ada dihadapan mereka. Ada beberapa bungkus nasi kucing dan beberapa macam sate – satean, ada sate usus, telor puyuh dan ceker ayam.

Argi mengernyit dan menatap Jean beberapa saat, “ Boleh, mau tanya apa? “

“ Aku jadi kepikiran omongannya Ucok tadi. Kamu beneran pacaran sama Nadia? “

Jean melirik Argi, nadanya sudah dibuat sedatar mungkin agar terkesan tidak cemburu padahal ia cemburu. “ Aku jadi inget pernah liat instastory kamu sama dia. Aku ga ada maksud kok, cuma pengen tau aja. “ Jean mencoba nyengir, padahal ia cukup terusik dengan fakta itu.

“ Waktu di Bandung aku dan Nadia emang deket, karena kita kerja di perusahaan yang sama, cuma beda bagian aja. Karena itu kita jadi sering ketemu untuk sekedar cari makan atau nongkrong bareng. ” Katanya mulai bercerita.

“ Dia cewek yang menyenangkan dan menarik, obrolan kita juga selalu nyambung kalo ngomongin apapun. Bohong sih kalo aku bilang gak tertarik sama dia. “ lanjutnya dengan senyum kecil dibibirnya.

Jean masih mencoba menyimak cerita tersebut meski hantinya sedikit tercubit.

“ Aku dan Nadia juga sering saling bantu kalo ada masalah atau apapun, karena kita sama – sama anak rantau dan gak punya siapa – siapa disana. Kita juga satu almamater kan pas kuliah. Jadi ya, banyak persamaan antara kita. “

Jean bisa merasakan hatinya potek, sepertinya dia benar – benar patah hati sekarang. Argi punya perasaan pada Nadia. Ada perasaan lain yang baru saja ia ketahui selain perasaan sukanya pada Argi.

“ Makin lama kita emang makin deket, sampai suatu hari Nadia bilang jika dia suka sama aku. Dia merasa hubungan kita sudah lebih dari sekedar teman biasa.“

DEG

“ Intinya dia minta kepastian dari hubungan kita yang emang sudah makin dekat itu. Sebagai cewek, dia minta kepastian karena aku juga gak pernah kasih kepastian apapun. “

“ Jujur aku galau banget waktu itu, akhirnya aku bilang kalo sebenarnya aku juga nyaman, dan tertarik sama dia. Tapi aku juga bilang kalo kita lebih baik jadi teman aja. Alasannya, karena keyakinan kita beda, dan jalannya akan sulit untuk ke depannya kalo kita pacaran atau ada di hubungan yang lebih serius. Itulah kenapa aku gak pernah bawa hubungan aku dan Nadia ke hubungan yang lebih dari teman. "

“ Jadi Nadia itu non muslim? “ tanya Jean yang memang baru tahu.

“ Iya dan dia ibadahnya rajin dan religius, tiap minggu pasti ke Gereja. Kalo di agama kita dia anak yang solehah. “ tambanya.

“ Oh solehah yaa, “ Jean mengangguk - angguk, “ terus gimana? “

“ Apanya Je? “ Argi mengerling jahil.

“ Ck, ya hubunganmu sama Nadia Gi.. “ kata Jean gemas karena cowok itu pura – pura tidak tau. Dia jadi terlihat seperti cewek yang cemburu sekarang.

“ Ya baik – baik aja. Ternyata dia juga memikirkan hal yang sama, tembok kita terlalu tinggi katanya. Jadi sebelum terlalu jauh, akhinya kita sepakat untuk tetap berteman baik saja. Jadi si Ucok salah, aku sama Nadia gak pernah pacaran. “ tandasnya

Jean mengangguk – angguk, “ Wahh friendzone yaaa? “ ledeknya. “ Tapi masih sering komunikasi? Atau chat – chat gitu? “ tanya Jean kepo.

“ Ya enggaklah, bisa dihajar cowok barunya aku nanti. “ sewot Argi.

“ Oh jadi Nadia udah punya pacar? “ selidiknya.

“ Gak tau juga sih, tapi beberapa kali aku liat dia story sama cowok. “ terangnya. “ Ya kalau emang mereka udah pacaran, aku ikut seneng lah. Emang kamu gak follow – followan di Ig? “

Jean menggeleng, dia memang tidak berteman dengan Nadia di Instagram, tapi Naya yang follow – followan dengan Nadia. “ Enggak, aku gak terlalu kenal juga. “ Argi hanya mengangguk menanggapi.

Mereka terdiam beberapa saat, sembari kembali menikmati makanan mereka. Jean sempat berpikir, apa jangan – jangan Argi masih menaruh perasaan pada Nadia?

Mungkin jika mereka tidak berbeda keyakinan, Nadia akan jadi pacar cowok itu sekarang. Jean memang tidak terlalu kenal Nadia, tapi dia tau jika cewek itu sangat cantik, pintar dan baik. Jadi wajar sekali jika banyak laki – laki yang tertarik padanya, termasuk Argi.

Dia juga kagum pada Nadia yang berani mengungkapkan perasaannya lebih dulu pada Argi untuk meminta kepastian hubungan mereka. Ah, andai dia punya nyali sebesar itu, dia pasti sudah melakukannya sejak dulu.

“ Oke, ada yang mau ditanyakan lagi, Ibu Jeje? “ Argi kembali bersuara.

“ Apa kamu juga suka dan tertarik sama aku? ”batinnya. Sebenarnya banyak yang ingin Jean tanyakan, tentang kedekatan mereka selama ini, juga tentang bagaimana perasaan Argi padanya. Tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat.

“ Eh, gak ada.. “

Argi menatap Jean lama lalu tersenyum. “ Yakin? “

Jean hanya mengangguk sambil makan sate ceker kesukaannya.

“ Makasih ya, hari ini udah mau temenin aku ke acara opening kafenya Wisnu dan Bagas. “ kata Argi tersenyum.

“ Sama – sama, aku jadi dapet makanan enak dan geratis lagi. Pasti bakal ke sana lagi sih sama Naya atau temen aku yang lain. Makasih juga udah traktir aku makan malem. “ Jean menunjuk makanan dihadapannya yang sudah habis.

“ Kamu suka ceker ayam ya? “ tanya Argi setelah melihat Jean menghabiskan sekitar empat sate ceker. Sisa – sisa tulangnya bahkan menumpuk di piringnya.

Jean menyengir, “ Iya, emang kenapa? “

“ Aku kira kamu juga gak suka, karena Nadia dan beberapa temen cewe yang aku kenal gak suka ceker. “ kata Argi yang entah mengapa membuat mood Jean kembali buruk. Sepertinya Argi memang masih menaruh perasaan pada Nadia karena masih ingat makanan yang tidak disukai cewek itu. FIks Argi belum move on dari Nadia.

“ Aku suka kok, kamu gak suka ya? “ Jean balik bertanya.

“ Nggak terlalu suka, tapi pernah makan dan emang rasanya enak. “ jelas Argi. “ tapi gak sampe habis sampe empat ceker juga sih. “ sindirnya meledek Jean.

“ Ihh enak tau.. “ protes Jean tak terima karena cowok itu meledeknya.

Setelah selesai makan, mereka memutuskan untuk pulang. Di perjalanan mereka tidak banyak bicara, Jean merasa capek dan sudah tidak mood untuk membuka obrolan. Jean jadi berpikir, setelah ini, apakah hubungannya dan Argi akan membaik atau memburuk karena sepertinya Argi masih punya perasaan pada Nadia.


***

i4munited
simplepaper
japota
japota dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup