Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

fanya06Avatar border
TS
fanya06
Ranti


Part 1

Ranti mengendarai sepeda motor melewati jalanan sepi. Jalan beraspal yang sisi kanan dan kirinya banyak ditumbuhi pohon kopi serta beberapa sayuran merambat yang ditanam oleh warga yang kini sudah tumbuh liar hampir mengenai bahu jalan. Ini adalah jalan menuju desa. Mata Ranti seketika fokus saat melihat tempat duduk yang hampir roboh tepat di sisi kiri jalan.

Dulu, Ranti pernah beberapa kali duduk di sana. Selalu, bersama Adit. Lelaki remaja yang mendekatinya saat ia duduk di bangku 3 SMP. Berkenalan secara tidak sengaja saat keduanya sama sama menemani seorang teman untuk berkencan.

Sore itu sepulang menjadi nyamuk bagi dua sejoli yang sedang dimabuk cinta, Ranti merebahkan dirinya di atas ranjang kamarnya. Tiba tiba terlintas bayangan Adit yang baru ia temui sore tadi. Senyumnya yang menawan berhasil memikat hati gadis beralis tipis itu.

Ting! Sebuah notif membuyarkan lamunan Ranti. Hatinya semakin tak karuan ketika mendapati sebuah pesan dari ponsel jadulnya.

[Hai Ran, sudah sampai rumah? Ini Adit]

Kalimat singkat yang membuat Ranti tersenyum riang. Tanpa basa basi ia segera membalas pesan itu.

[Iya udah. Dapet nomerku dari mana?]

[Dari Dedy. Tadi aku minta ke dia, Dedy minta ke temenmu tadi]

Setelah percakapan itu, mereka saling berhubungan dengan intens. tak pernah sehari pun tanpa saling berbagi kabar. Kadang kala saat Ranti di ajak berkebun oleh orang tuanya pun, ia hanya memainkan ponselnya saja demi selalu terhubung dengan pujaan hatinya itu.

Saat itu pergaulan Ranti sedikit dibatasi oleh orang tuanya, meski diperbolehkan mempunyai ponsel namun dia tak boleh mengajak pria berkunjung ke rumah. Hingga mereka nekat membuat janji bertemu di luar rumah. Itupun dengan membawa teman masing-masing yang tentu saja sudah disuap dengan traktiran sepulang berkencan. Walau saat bertemu mereka hanya sekedar duduk dan mengobrol. Begitu saja sudah berhasil membuat hati dua sejoli itu berbunga-bunga.


Memasuki tahun ajaran sekolah baru, setelah Ranti dan Adit lulus SMP mereka melanjutkan sekolah di salah satu SMA Negeri yang sama di desa tak jauh tempat mereka tinggal. Tapi, seolah Tuhan tak merestui. Meski sudah satu sekolah dan sama sama masih kelas satu mereka dipisahkan oleh kelas yang berbeda. Dan dengan alasan larangan pacaran, mereka memutuskan untuk menyembunyikan hubungan. Ah, Saling mencintai tapi berpura-pura tidak kenal itu adalah hal yang menyiksa, bukan?

Kadangkala Adit dengan sengaja datang ke kelas Ranti. Berpura pura meminjam buku milik teman semasa SMP nya yang menjadi teman satu kelas Ranti. Sesekali keduanya saling mencuri pandang dengan mesra, dan tersenyum ketika mata mereka saling beradu, jika ada yang benar benar memperhatikan keduanya, akan jelas terlihat percik cinta di antara mereka.

Menjadi murid baru di sekolah. Semua siswa-siswi diwajibkan berkumpul di perpustakaan untuk meminjam buku-buku pelajaran yang akan mereka gunakan untuk menambah ilmu. Satu persatu siswa berbaju putih abu-abu berjalan memasuki ruangan panjang dan lebar yang dipenuhi buku-buku pelajaran.

Ranti dan ketiga sahabatnya berjalan penuh semangat sambil bergandengan satu sama lain ketika memasuki ruang perpustakaan yang hampir di penuhi siswa-siswi kelas satu. Ranti berjalan ke arah rak buku bertuliskan Biologi. Menelisik setiap sudut ruangan mencari buku yang ia butuhkan. Tiba-tiba tanpa sengaja matanya menangkap senyum sesosok pria yang selalu ia rindukan. Lama mata keduanya saling beradu tatap, lelaki itu tersenyum manis menunjukan barisan giginya. Lalu, perlahan kakinya melangkah menuju ke arah Ranti.

Ranti melihat ke arah kanan dan kiri, dia menyadari bahwa itu bukan tempat yang pas untuk mereka bertemu. Saat gadis itu berjalan menjauh tiba-tiba Ranti dikagetkan dengan cubitan di lengannya.

"Kamu liat cowok yang di sana gak?" Ucapnya sambil menunjuk ke arah dua pria yang sedang berjalan ke arahnya.

"Kenapa emang?" Ranti balik bertanya.

"Aku lagi PDKT sama dia!"

Terkejut, Ranti merasakan hawa panas menjalar ke dadanya. Gadis itu masih Berusaha mewaraskan diri. Bukankah di sana ada dua pria? Siapa yang dimaksud oleh Fatma? Masih menyembunyikan sesak di dada. Ranti langsung menoleh ke arah Fatma.

"Yang pake rompi coklat?"

Fatma menggeleng, dia menunjuk ke arah lain. Lebih tepatnya ke sebelah pria berompi coklat.

"Sebelahnya." Ucapnya tegas.

"Adit? Dia pacarku!"

Mendengarnya Fatma langsung menutup mulutnya cepat. Ranti yang merasa jengkel langsung meninggalkan perpustakaan tanpa basa basi. Berlari menuju kelasnya yang tak jauh dari gedung perpustakaan. Ranti duduk sambil terisak didalam kelas. sahabatnya yang menyadari ada hal aneh langsung berlari mengejar. Menanyakan hal yang baru saja terjadi.

Ranti menceritakan semuanya pada sahabatnya. Mereka sahabat setianya sejak SMP, mendengar hal itu membuat mereka menahan amarah, mereka merencanakan ingin melabrak Fatma tapi urung setelah dihentikan oleh Ranti. Akhirnya mereka mengambil keputusan untuk kembali ke perpustakaan menyuruh Adit untuk mengajak Ranti bertemu di belakang gedung sekolah.

"Tadi kenapa kabur sih? Ini sekarang malah kayak abis nangis!" Ucapnya membuka percakapan saat sudah duduk berdua di belakang gedung.

Tanpa menjawab gadis itu hanya melirik Adit sekilas. Yang berhasil membuat laki-laki itu kebingungan.

Hah! Apa dia belum tau aku sudah mengetahui kalau dia bermain di belakangku bersama Fatma? Batin Ranti kesal. Dengan posisi membuang muka. Rasanya Ranti sangat malu berduaan seperti ini. Apalagi melihat sahabatnya mengintip dari sisi gedung diujung sana.

"Kenapa, Dek. Kok tiba tiba ngajak ketemu?" Ulang laki-laki itu saat menyadari wajah Ranti seperti menahan kesal.

"Kamu lagi PDKT ya, Mas sama Fatma?"

Seketika Adit menatap wajah gadis yang dicintainya itu, memasang wajah yang sulit digambarkan.

"Hah!" Adit terkejut, tapi sambil menahan tawa saat mendengarnya.

"Kok kamu jahat, Mas?" Suara Ranti sedikit meninggi. Menatap Adit dalam-dalam. Adit membalas tatapan itu lalu menemukan mata itu penuh kekecewaan, Ranti hampir menangis tapi sengaja ditahan. Cepat cepat Gadis itu membuang muka, menatap ke sembarang arah saat menyadari wajahnya memerah menahan malu. Karena meski mereka sudah berpacaran lebih dari sebulan, itu pertama kalinya mereka saling menatap dalam jarak yang begitu dekat.

"Maksudnya gimana sih? Dia lagi PDKT sama Mas atau Mas yang lagi PDKT sama dia?"

"Emang apa bedanya?" Ranti balik bertanya dengan wajah bingung.

"Ya, beda dong, Dek! Kalau dia bilang lagi PDKT sama Mas berarti dia yang ada rencana deketin Mas." Ucapnya tegas penuh percaya diri meyakinkan Ranti.

Seketika wajah Ranti memerah. Ia menepuk jidatnya sendiri. Merasa malu sudah menuduhnya berselingkuh di belakangnya. Menyadari ia telah salah, Ranti melirik ke arah sahabatnya yang sudah tidak ada diposisi mereka mengintip tadi. Gadis itu langsung berlari meninggalkan Adit sendirian, menuju ke sisi gedung. Mendapati ketiga sahabatnya sedang berdiri membelakanginya. Di depan ketiganya, Ranti melihat Fatma menunduk sambil memainkan ujung jilbabnya sambil menunduk. Melihat Ranti berjalan ke arahnya, Fatma langsung berlari meninggalkan mereka dengan wajah yang terlihat menahan malu.


Bersambung ...

Dilarang mengcopas tanpa seizin penulis!

sumber gambar
soepudin395180
raaaaud20
hllowrld23
hllowrld23 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.3K
65
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
fanya06Avatar border
TS
fanya06
#6
Part 2

"Bodoh!" Ranti memaki dirinya sendiri sambil berjalan kaki menuju ke rumahnya. Ah, seharusnya ia tidak gegabah menunjukan pada Fatma bahwa ia berpacaran dengan Adit. Namun, ia tidak kuasa menahan kecemburuan di dadanya. Ia begitu mencintai Adit, bahkan ketika ia tau ada yang naksir pada kekasihnya itu saja sudah membuat dadanya kembali merasakan sesak.

Terlebih lagi, sekarang sudah lebih dari sejam sejak pulang sekolah, Adit tak juga menghubunginya. Dadanya bergemuruh, mengingat perempuan bernama Fatma itu berada satu kelas dengan Adit. Bukankah lebih mudah bagi Fatma untuk menggoda Adit? Pikiran buruk terus menghantui Ranti.

Hingga malam hari, setelah Ranti mengecek ratusan kali ponselnya tak juga kunjung muncul notif dari Adit. Tiba-tiba tepat pukul delapan malam, senyum gadis itu kembali mengembang.

[Sayang, maaf baru ngasih kabar. Baru ada pulsa.] Pesan dari sebrang sana.

[Baru ada pulsa? Kirain kamu marah sama aku] Ranti memencet tombol kirim namun beberapa detik muncul notif.

Gagal mengirim Pesan.

Astaga! Ranti menepuk jidatnya sendiri. Saking asiknya menunggu pesan dari Adit ia sampai lupa kalau pulsa sudah habis. Gadis itu hanya bisa meratapi diri. Kesal, ia melempar benda pipih itu ke sembarang arah. Mengingat hari sudah malam, tentu saja orang tuanya tak akan mengizinkan untuk keluar rumah.

Seperti yang Ranti harapkan, gadis itu tiba tiba mendengar ponselnya berbunyi. Ia segera mengambilnya dari bawah ranjang dengan susah payah. Ia menyesal melempar terlalu jauh hingga jatuh ke bawah tempat tidurnya. Matanya seketika berbinar saat melihat ke arah ponselnya. Buru-buru mengangkat panggilan telepon dari sang pujaan hati. Hingga tak menyadari banyak debu menempel pada benda pipih yang langsung ia tempelkan ke pipinya.

"Halo ..." Suaranya dibuat selembut mungkin.

Tuuuut ... panggilan telepon langsung dimatikan. Ternyata Adit hanya misscall saja memastikan nomer sang gadis aktif. Tak kehilangan akal, Ranti berinisiatif meminjam ponsel sang kakak untuk mengirimkan pesan pada Adit.

[Sayang maaf, aku gak ada pulsa. Ini minjem hp kakak. Gak usah dibalas ya. I love you sayang.]

Terkirim. Ranti tersenyum puas. Namun Ia baru mengingat kejadian memalukan tadi siang di sekolah saat meninggalkan Adit sendirian di belakang gedung. Gadis itu bahkan tidak mengucapkan kata maaf. Ketika hendak kembali meminjam ponsel milik sang kakak, ia merasakan gatal dan sedikit panas pada bagian pipinya. Ia menggaruk pelan. Bahkan kini tangannya merasakan ada benjolan benjolan kecil yang mulai tumbuh di pipi kanannya. Hal yang ditakutkan pun dilihat dari pantulan cermin di depan matanya, ia melihat ternyata pipinya sudah mulai bengkak dan merah.


-----------

Keesokan harinya sebelum pukul 7 pagi, Ranti telah bersiap ke sekolah. Ia melahap habis sarapan yang ada di depannya.

"Ran, ayok kita berangkat nanti terlambat loh!" Seru si kakak sambil memakai sepatu.

Ranti berjalan tergesa mengikuti langkah kaki kakaknya yang kini sudah dijalan beraspal. Beberapa orang yang memakai seragam SMP dan SMA juga ada yang berjalan di depan mereka. Bahkan sesekali ada yang lewat menggunakan motor berboncengan menyapa mereka.

"Woi, kakaknya jangan ditinggal tuh!" Orang itu berteriak pada kakaknya Ranti sambil menunjuk ke arah gadis itu.

Ranti hanya melirik tajam. Karena badannya yang lebih tinggi dari saudara perempuan nya orang-orang sampai mengira dia adalah kakaknya. Ranti mendengus kesal, karena itu bukan pertama kalinya dia mendapat tuduhan seperti itu.

Jam tangan yang dipakai Ranti menunjukan pukul 7 lewat 15 menit. Ia memasuki gerbang sekolah yang didominasi warna biru abu-abu. Ia tiba di sekolah lebih awal. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju kelas. melihat ke dalamnya, masih lumayan sepi.

Ranti mengecek buku-buku di dalam tasnya. Kali ini benar-benar membuat jantungnya hampir copot dari tempatnya. Mendapati ia meninggalkan salah satu buku pelajaran yang penting di rumah. Gadis itu lemas memikirkan hukuman yang akan diterima dari gurunya.

Tak kehabisan akal, Ranti langsung mendapat ide untuk meminjam buku pada teman dari kelas lain. Ia terburu-buru menuju kelas 9B yang di mana itu adalah kelas kekasihnya.

Baru saja beberapa langkah memasuki kelas, ia sudah mendapat ejekan dari teman-temannya.

"Cieee ... Ranti mau nengokin ayangnya pasti!" Canda seorang teman sambil menjawil dagu gadis itu.

Ranti hanya tersenyum canggung dan malu mendengar ejekan itu. Matanya mengitari ruang kelas mencari sosok Fatma yang belum terlihat di dalam sana. Pasti gara gara kebodohannya kemarin hingga membuat teman-temannya menjadi tau bahwa selama ini Adit dan dirinya berpacaran.

Gadis itu masih berdiri tak jauh dari pintu kelas, merasakan pundaknya ditepuk pelan dari belakang. Ia tau siapa yang melakukannya. Harum khas tubuh Adit terlalu lekat di Indra penciumannya. Aroma yang entah bagaimana selalu membangkitkan desir halus yang sulit diungkapkan dalam dadanya.

Adit tersenyum, lalu berdiri di hadapan Ranti. kini mereka tak lagi berpura-pura tidak kenal.

"Nyari apa, Dek. Tumben ke sini pagi-pagi?" Tanya Adit. Meski usia mereka sama, bahkan sama sama kelas satu tapi entahlah kenapa mereka memanggil dengan sebutan "Adek dan Mas" mungkin panggilan sayang.


"Mas hari ini ada jadwal pelajaran Kimia gak? Bukuku ketinggalan, mau minjem dulu." Jawab Ranti.

Laki-laki itu membuka tas ranselnya, mengambil buku bertuliskan Kimia lalu menyerahkan pada Ranti. Setelah mengucapkan terima kasih, Ranti hendak meninggalkan ruangan itu, namun ditahan oleh Adit.

"Nanti jam istirahat ketemu di kantin ya" bisik pria itu.

"Gak bisa. Aku gak mau nanti Fatma cemburu ngeliat kita berduaan." Canda gadis itu, membuat laki-laki itu mengerutkan keningnya.

"Biarin aja dia cemburu, dari pada adek yang Mas buat cemburu." Jawab Adit lagi.

Obrolan mereka seketika terhenti saat keduanya menyadari Fatma sedang berjalan ke arah mereka. Perempuan itu menunduk malu saat matanya bertemu pandang dengan Ranti.

"Ya udah, adek balik aja ke kelas. Nanti jam istirahat mas susul. Barengan aja kitanya ke kantin." Seru Adit, seperti sengaja ia melakukan itu di depan Fatma.

Gadis itu meninggalkan kelas 9B sambil tersenyum sendiri.

Bersambung ...




kembali ke indeks cerita
Diubah oleh fanya06 22-11-2023 08:36
kulipriok
suryos
pulaukapok
pulaukapok dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup