- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
TOLONG AKU HANTU!
TS
adamtzero
TOLONG AKU HANTU!
Quote:
"Hantu Gasimah" cr: pickpik
Sinop
Quote:
Nanti malah spoiler, baca aja kalau minat...
Note:
- Cerita ini fiksi 100 %
- Tidak ada maksud tertentu, kalau ada kesamaan hanya kebetulan semata.
- Enjoy
- Kamis
Diubah oleh adamtzero 31-05-2024 02:57
namakuve dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.5K
Kutip
70
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
adamtzero
#1
1
Quote:
Seorang laki-laki mahasiswa baru sedang menyelusuri sebuah gudang terbengkalai menggunakan senter kecilnya. Ditemani oleh seorang kuncen yang tahu betul tentang selak-beluk bangunan luas ini. Tangan satunya memegangi kamera bekas yang dibelinya melalui situs online. Langkahnya pelan sambil terus berkomunikasi dengan calon penontonnya. Sebenarnya kegiatan membuat konten ini baru saja dimulainya, belum ada genap satu bulan. Alasan utamanya adalah tentang uang, menurut situs yang dibacanya, membuat konten berbau mistis lebih cepat membawa keberhasilan dibandingkan tema lainnya. Meskipun harus memakan jam tidurnya ataupun tugas yang menumpuk, semua dilakukannya.
“Tempat mana lagi mas?” tanyanya kepada kuncen yang berada dibelakangnya.
“Kalau mau angker ya ke atas aja mas, ada banyak mesin-mesin bekas terbengkalai,” ucap kuncen itu.
Mereka berdua melanjutkan perjalannya menuju ke area atas, tidak lupa mulut pemuda ini komat-kamit berbicara dengan kamera agar hasilnya tidak terlalu membosankan nantinya. Tibalah di lantai atas, terdapat sebuah pintu dengan kaca kecil di bagian tengahnya, untuk mengintip ke dalam. Sebelum mendekati pintu tersebut, sang kuncen menahannya.
“Mas, kalau saya cuman bisa antar sampai sini aja, kalau mau masuk sendiri aja yah, saya tunggu di luar dekat pintu,” perkataan kuncen membuat pemuda itu sedikit bergetar.
Jemarinya mematikan kameranya, “Lho, kan masnya kuncen sini, kok bisa-bisanya takut sama penunggunya. Harusnya saya yang takut!” ucap pemuda ini bernada cukup tinggi.
“Bukan begitu mas, tapi orang-orang sebelum masnya memang masuk sendiri, istilahnya uji nyali gitu. Kalau saya temenin jadi kurang seru dong,” kelak sang kuncen. “kalau ada apa-apa saya langsung masuk kok, tenang aja,” sambil menepuk pundak pemuda itu.
Menghela nafas panjang, “Oke deh, demi konten…,” akhirmya pemuda ini masuk sendirian ke dalam ruangan didepannya.
Daun pintu yang berdebu dipegangnya, bentuknya bulat menandakan perbedaan jaman yang jauh. Ketika diputar, terdengar suara menembus kebisingan, pintu berhasil dibuka. Bagian dalamnya sangat tidak terawat, banyak mesin-mesin yang tercecer sembarangan tidak terurus. Pemuda ini sekali lagi menengok ke belakang, kuncen memberikan jempol untuknya. Lalu kamera dinyalakan kembali, pemuda ini mulai berbicara kepada calon penonton.
“Oke gue udah ada di dalam sekarang, menurut kuncennya ini tempat paling angker,” kakinya bergerak pelan, lampu senternya menyoroti satu-persatu untuk memberi tahu kondisi mesin yang tidak terawat dan rusak itu. Setelah berkeliling menulusuri ruangan, dirinya memutuskan untuk melakukan uji nyali seperti pembuat konten sebelumnya. “kuncennya tadi bilang, orang-orang banyak yang uji nyali di ruangan ini, jadi gue mau cobain juga,” kamera diletakan tidak jauh tetap dalam mengambil gambar dalam posisi baik.
Sang kuncen berjaga di luar ditemani oleh rokok dimulutnya dan juga senter kecil yang disimpannya di bawah dekat kakinya menyorot ke arah depan, “Jangan ditakutin yah, kasian tuh anak kayaknya penakut deh,” ucapnya berbicara sendiri. “gue kasih waktu setengah jam,” kepalanya menoleh mengintip melalui kaca kecil di pintu.
Baru beberapa menit acara uji nyali dimulai, hawa berubah cepat menjadi lebih dingin, malam masih panjang tuk dilalui.
“Tempat mana lagi mas?” tanyanya kepada kuncen yang berada dibelakangnya.
“Kalau mau angker ya ke atas aja mas, ada banyak mesin-mesin bekas terbengkalai,” ucap kuncen itu.
Mereka berdua melanjutkan perjalannya menuju ke area atas, tidak lupa mulut pemuda ini komat-kamit berbicara dengan kamera agar hasilnya tidak terlalu membosankan nantinya. Tibalah di lantai atas, terdapat sebuah pintu dengan kaca kecil di bagian tengahnya, untuk mengintip ke dalam. Sebelum mendekati pintu tersebut, sang kuncen menahannya.
“Mas, kalau saya cuman bisa antar sampai sini aja, kalau mau masuk sendiri aja yah, saya tunggu di luar dekat pintu,” perkataan kuncen membuat pemuda itu sedikit bergetar.
Jemarinya mematikan kameranya, “Lho, kan masnya kuncen sini, kok bisa-bisanya takut sama penunggunya. Harusnya saya yang takut!” ucap pemuda ini bernada cukup tinggi.
“Bukan begitu mas, tapi orang-orang sebelum masnya memang masuk sendiri, istilahnya uji nyali gitu. Kalau saya temenin jadi kurang seru dong,” kelak sang kuncen. “kalau ada apa-apa saya langsung masuk kok, tenang aja,” sambil menepuk pundak pemuda itu.
Menghela nafas panjang, “Oke deh, demi konten…,” akhirmya pemuda ini masuk sendirian ke dalam ruangan didepannya.
Daun pintu yang berdebu dipegangnya, bentuknya bulat menandakan perbedaan jaman yang jauh. Ketika diputar, terdengar suara menembus kebisingan, pintu berhasil dibuka. Bagian dalamnya sangat tidak terawat, banyak mesin-mesin yang tercecer sembarangan tidak terurus. Pemuda ini sekali lagi menengok ke belakang, kuncen memberikan jempol untuknya. Lalu kamera dinyalakan kembali, pemuda ini mulai berbicara kepada calon penonton.
“Oke gue udah ada di dalam sekarang, menurut kuncennya ini tempat paling angker,” kakinya bergerak pelan, lampu senternya menyoroti satu-persatu untuk memberi tahu kondisi mesin yang tidak terawat dan rusak itu. Setelah berkeliling menulusuri ruangan, dirinya memutuskan untuk melakukan uji nyali seperti pembuat konten sebelumnya. “kuncennya tadi bilang, orang-orang banyak yang uji nyali di ruangan ini, jadi gue mau cobain juga,” kamera diletakan tidak jauh tetap dalam mengambil gambar dalam posisi baik.
Sang kuncen berjaga di luar ditemani oleh rokok dimulutnya dan juga senter kecil yang disimpannya di bawah dekat kakinya menyorot ke arah depan, “Jangan ditakutin yah, kasian tuh anak kayaknya penakut deh,” ucapnya berbicara sendiri. “gue kasih waktu setengah jam,” kepalanya menoleh mengintip melalui kaca kecil di pintu.
Baru beberapa menit acara uji nyali dimulai, hawa berubah cepat menjadi lebih dingin, malam masih panjang tuk dilalui.
bebyzha dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Kutip
Balas
Tutup