Kalo gw sih udah ngerasain ini ya.

saat itu, gw cuma bilang ke istri, kalo memang dia yg terbaik bagi mu, silahkan pergi sama dia.
singkat cerita dia memang memilih pergi sama tu org, dan aku juga berpesan sama tu org, kalo memang yakin untuk mengambilnya dari ku, silahkan, tapi jgn pernah kau sia siakan dia, karna dimasa yg akan datang aku tak akan menerima dia kembali.
aku mengatakan itu tidak didepan istriku, kami hanya berbicara lewat telpon berdua.

memang saat dia pergi gw depresi karna nya, gw sampe pengen bundir, tapi kondisinya saat itu, anak kami satu satunya, berumur 3 tahun bersama saya, dia pergi hanya membawa koper dan tasnya saja. Saya tidak mengijinkan dia untuk membawa anak kami.

Saya memutuskan pulang kekampung, menuju rumah ortu saya, dengan membawa anak, sebelum pulang ke kampung saya sempat konsultasi dan berobat ke psikiater, demi penyembuhan mental saya kala itu, untung nya ada anak yang selalu menjadi penghibur saya, anak yang selalu jadi pengingat saya, untuk kembali bersemangat lagi menjalani hidup.
3 hari menjalani konsultasi dan pengobatan, barulah saya pulang ke kampung.

Tapi dari situ gw dapat hikmah, hikmahnya gw pisah sama dia disaat masih berumur 30, dan pastinya gw masih bisa cari ganti yang baru. Coba aja dimasa tua gw nanti dia mau pisah dari gw, gw mau apa coba, udah gk ada usaha, kulit sudah keriput semua, wanita mana lagi yang mau sama saya, paling wanita yg hanya mengincar uang saya aja lagi yang ada.

Terus hikmah selanjutnya, karna gw sudah pisah dengan dia, gw beranikan diri ngambil job di luar negeri, anak gw titip dengan ortu gw, dan alhamdulillah skrg gw kerja sebagai expatriat di salah satu negara asia tenggara. Dengan bayaran 10x lipat dari gaji gw waktu saat masih jadi suami dia.

Sudah 9 bulan kami berpisah, istriku yang sudah ku anggap sebagai mantan istri, dia minta untuk balikan (kami belum cerai secara hukum negara, status kami bercerai hanya dalam syariat islam, karna aku menceraikan dia didepan mertua, dan kakak iparku), dia meminta untuk menikah lagi dengan ku. Tentu dengan keadaanku yg sekarang, dan dengan segala hal yang sudah ku lalui, aku menolaknya, karena gk semudah itu bagiku untuk menerima dia kembali.
Dan jika kembali pun, suasana kehidupan tentu tidak akan bisa kembali sama seperti dlu lagi.
dari pada dia tersakiti olehku, dan aku juga tidak ingin disakiti lagi, aku bicara baik2 dengan nya, aku sampaikan penolakanku dengan cara baik, walaupun akhirnya dia menangis2 dengan jawaban ku, aku tetap dengan keputusanku.