Welcome Back To My Thread Gansist
Quote:
Beberapa tahun belakangan ini muncul sebuah tren tentang gaimana wanita muda Jepang yang memanfaatkan parasnya, mencari Pria paruh baya iuntuk menjadi mentor mereka, yang dinamakan “Papakatsu”. Mentor mereka disini, tentu saja berperan sebagai “Sugar Daddy” nya para cewek terebut.
Quote:
Tren ini sedikit berbeda dengan tren“Enjokusai” disana, yang mana berarti cewek muda Jepang (seumuran anak SMA atau Kuliah) berkencan dengan pria yang jauh lebih tua, dan si Pria ini memberi imbalan berupa uang atau hadiah lain sebagai bentuk bayaran pada si cewek karena telah ditemani untuk “bersenang- senang” beberapa waktu.
Quote:
Mungkin agak berbeda dengan pemahaman “Sugar Daddy” nya orang barat. Di Jepang, Sang “Sugar Daddy” nya sendiri tidak mendapat “Sugar” seperti di barat. Hubungan mereka lebih kepada Pelayan dan Pelanggan.
“Ini sama seperti kamu menerima hadiah dari seorang teman”, kata seorang cewek yang menjajakan Papakatsu.
Quote:
Praktek semacam ini memiliki banyak kekurangan, dan kebanyakan dari itu mungkin akan lebih menimpa ke si cewek. Seperti pengakuan di bawah ini:
Quote:
“Sial! Aku telah dicurangi “Ayah” ku. Ini kedua kalinya kami berkencan, dan meskipun dia telah menjanjikan akan membayarku 20.000 yen (sekitar 2,6 Juta Rupiah) 1untuk 2 jam setelah makan malam, saat kami makan dia bilang mau ke toilet, dan dia ternyata diam-diam pergi dari situ, jadi aku terpaksa membayar tagihan restoran sebesar 30.000 yen (sekitar 4 Juta Rupiah)! Aku datang ke kantor polisi, tapi mereka bilang hal itu cuman karena pertengkaran pribadi, aku gak bisa melaorkannya ke polisi. Aku sangat kecewa”, tutur sang penjaja “Papakatsu”.
Quote:
Meskipun telah banyak kejadian serupa diatas, tetapi mengapa masih saja banyak wanita muda yang menacari “Sugar Daddy” nya? Mungkin karena, menerima uang ataupun hadiah dari “Papakatsu” ini nominalnya tidak jauh berbeda dengan gaji dari bekerja sebagai wanita kabaret ataupun menjadi seorang pelayan, menurut jam kerjanya.
Quote:
Quote:
Bagi yang belum tahu, di Jepang memang marak tempat-tempat yang bernama “Kabaret”, yakni sang pelayan wanita muda melayani pelanggan prianya untuk minum-minum, sambil berbincang dam bersenang-senang sampai mabuk. Dalam prakteknya, bukan hal yang biasa bagi si pelayan untuk digrepe-grepe.
Quote:
Banyaknya sang penjaja “Papakatsu” mungkin karena saat ini para wanita Jepang semakin sulit untuk bekerja di Klub Kabaret maupun pekerjaan malam lainnya. Itu semua karena pemerintah Jepang telah menerapkan kebijakan yang lebih ketat denganperaturan ” My Number System”-nya.
Quote:
My Number System sendiri adalah nomor keamanan sosial yang wajib dimiliki oleh warga Jepang. Sebelum adanya peraturan ini, setiap data pribadi individu di Jepang tidak tercatat dalam basisdata nasional, dan warga Jepang dapat mencari sumber pendapatan lainnya, seperti Klub Kabaret maupun Bar malam, tanpa khawatir akan membayar pajak. Namun dengan adanya sistem ini, para pemilik pekerjaan malam pun mau tak mau harus mematuhinya. Jadi, dapat dimengerti mengapa tren “Papakatsu” ini marak menjamur di kalangan para wanita muda Jepang, karena praktek ini menjanjikan uang yang cukup besar, tanpa potongan pajak.
Quote:
Quote:
Nah, kalau tadi itu tentang papakatsu dengan wanita muda, ada pula pria muda yang berpartisipasi. Tentu saja, konsumen nya adalah wanita paruh baya (tante-tante) yang senang dengan pria muda. Dan bayarannya lumayan, lho,dalam semalam sang pria bisa mendapat hingga 10.000 USD (14 Juta Rupiah)! WOW! Tentunya untuk “melayani” beberapa pelanggan
.
Sekian trit sederhana dari ane, sampai jumpa lagi
Referensi :