rucaramiaAvatar border
TS
rucaramia
Ketika Masalah Mampir di Hidup Lo


Sebagai manusia permasalahan merupakan bagian dari perjalanan hidup. Mau besar hingga kecil. Hal tersebut akan dirasakan setiap individu. Sebetulnya perkara itu relatif, tegantung bagaimana orang tersebut menanggapi. Pengendalian terhadap emosi adalah pondasi pertama dalam menyelesaikan masalah. Sebisa mungkin tenang, dan be positive.

Ada satu kisah, sangat membekas hingga aku tidak terlupa. Kala itu Kamis di bulan Januari, siang hari di tengah pekerjaan yang padat. Seorang wanita berpakaian rapi bersama temannya datang ke toko percetakan kami. Aku bekerja disana sebagai Costumer service. Divisi ini memiliki dua orang lain lagi selain aku. Dan masing-masing dari kami cukup disibukan oleh deadline pekerjaan yang semakin pendek. Sehingga interaksi yang terjadi antara kami dan wanita itu hanyalah sebatas harga. Selebihnya costumer tersebut berkonsultasi dengan sang operator. Singkat cerita wanita itu hendak membayar, aku yang berperan sebagai chasier kembali mengulang pesanannya. Berupa kop surat sebanyak sepuluh rim beserta stempel dua buah. Total pembayaran tersebut adalah Rp. 1.675.000,- sesuai dengan kesepakatan awal. Setelahnya wanita itu memberi DP awal sebanyak Rp.1.250.000,- dalam transaksi itu aku memberikan pengertian soal deadline yang kemungkinan selesai dalam tiga hari. Awalnya orang itu menolak dan meminta dipercepat, namun sesuai dengan kondisi. Aku tetap keukeuh dengan ucapanku dan tidak bisa mengabulkan permintaan wanita itu. Dia bergeming dan tidak memberi kepastian. Tak lupa aku kembali menegaskan soal kualitas yang berbanding lurus dengan harga. Dan wanita itu tetap pada pendiriannya memilih cetak kop surat dengan harga murah.

Sekitar pukul lima sore, supervisor shift menanyakan kejelasan naik cetak kop surat tersebut. Karena keraguan yang memuncak akhirnya aku memutuskan menelpon orang itu kembali. Menanyakan keputusan final. Apakah cetak 1 rim untuk sample atau semuanya. Maka apa yang aku dapat adalah ujarannya yang meminta semua naik cetak supaya bisa dipakai lebih cepat. Usut punya usut rupanya si kop surat tersebut digunakan untuk hari senin. Dan kemudian segalanya segera disiapkan. Kemudian segera, bahan tersebut dikirim ke percetakan lain karena kami tidak memiliki mesin cetak toko. Maka selesailah sudah segalanya.

Hari Senin, sang supervisor membisikan ke telingaku jika wanita yang kami layani bersama melakukan komplain. Tentu saja aku pribadi sangat bingung dan takut. Sambil berusaha tetap tenang, perlahan aku menanyakan sabab musabab perkara. Apa yang dipermasalahkan ?
Beberapa spekulasi diujarkan sang supervisor, dia mengatakan semuanya berdasarkan perkataan dari CS lain yang menerima komplain tersebut. Aku kemudian disuruh menghubungi perihal itu, tak lupa dengan berbagai solusi yang aku coba untuk tawarkan. Tentu saja solusi tersebut merupakan hasil rembuk dengan supervisor agar sebisa mungkin kami tidak perlu mengeluarkan uang ganti rugi yang nominalnya cukup besar. Sebagai orang yang menangani proyek ini, aku mendapat keluh kesah dan kemarahan dari balik telpon. Wanita itu sangat emosi dan membentak bentak aku. Aku tidak memberikan balasan. Aku membiarkan wanita itu puas berkata. Setelah akhirnya dia selesai dengan pidatonya. Disitulah aku menawarkan beberapa pilihan yang tentu saja cukup beresiko. Di penawaran pertama adalah pengembalian uang sebanyak Rp.450.000,- dari situ dia nampak berpikir hingga memutuskan untuk berdiskusi dengan atasannya dan meminta waktu. Dia berkata akan menghubungi lagi.

Selasa, aku dipanggil menuju telpon. Mengatakan jika si penelepon menanyakan keberadaanku. Setelahnya aku kembali meminta maaf dan balas dimarahi karena pengembalian uang tersebut tidak sepadan. Dan juga dia merasa jika kami yang bersalah sepenuhnya atas kejadian tak mengenakan ini. Merasa disudutkan tentu saja aku kembali merewind. Mengingatkan dirinya terhadap dua pilihan yang kami tawarkan ketika transaksi berlangsung. Hasil cetak yang tidak memuaskan tersebut memang sepadan dengan harga dan juga terletak pada mesin yang digunakan. Aku juga bilang padanya jika dihari yang sama aku meminta kejelasan naik cetaknya. Apakah mau dilihat samplenya atau tidak dia bilang semuanya saja. Tentu saja kondisi ini menunjukan bahwa kesalahan tidak sepenuhnya berada dalam tanggung jawab kami. Dan pernyataan ini sesungguhnya dia matian matian mengelak. Dengan emosi wanita itu memaksa meminta dihubungkan dengan supervisor. Merasa sudah tidak ingin berbicara denganku, akhirnya aku memutuskan memberikan telpon itu pada supervisor, setelah tentu saja menjelaskan situasinya.

Singkat cerita sang supervisor rupanya berhasil meyakinkan costumer tersebut. Tentu saja dengan solusi ke dua yang dipikirkannya secara spontan. Pengembalian uang dengan nominal setengahnya. Itu artinya aku tidak mendapat ancaman harus mengganti rugi Rp. 1.450.000,- alhamdulillah aku selamat dari marabahaya. Aku berterima kasih pada sang supervisor yang telah menyelamatkan aku dari situasi terjepit tadi. Kemudian seolah tiada yang terjadi. Segalanya kembali normal dan aku disibukan kembali dengan pekerjaan.



Dari cerita ini, ane bener-bener spot jantung. Istilahnya uang yang mati-matian ane cari selama sebulan. Masa iya harus dikasih suka rela ke oranglain yang notabene juga punya kesalahan. Tapi dari situ ane belajar untuk bersikap tenang, ikhlas, sabar, tawakal, pasrah. Bener-bener pas kejadian itu ane berpasrah sama Allah. Segala upaya ane kerahin tapi hasilnya nihil dan justru penyelesaian finalnya sama si supervisor.
Permasalahan ini tidak akan ada jika kita berhati-hati. Ane bakal camkan dalam dada gabakal nyepelein lagi. Toh, ternyata orang cenderung mangkir dari kesalahan daripada menerima dan tanggung jawab. Dibalik kejadian ini ane juga merasa diperlakukan kurang adil oleh store manager. Kenapa ? Jelas dalam kejadian itu yang terlibat ada 3 pihak. Supervisor, aku dan operator. Lalu kenapa si operator tidak diikutsertakan untuk bertanggung jawab mengurus masalah ini ? Store manager berdalih jika dia hanya menjalankan tugas yang diberikan olehku. Tugas apa ? Toh, jelas costumer itu terhubung denganku hanya soal harga saja. Sisanya dia katakan pada si operator. Logika nya kurang nyampe kali ya.. seriously ane kesel. Tapi karena di otak ane waktu itu cuma berpikir untuk keluar dari masalah, alhamdulillah gak ada dendam. Insya Allah kedepannya ane gabakal kayak gitu lagi. Dan buat para pembaca semoga kita bisa mengambil hikmah dari kejadian yang ane alamin ini.

Makasih udah berkunjung. Wassalam.
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
2
767
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan