Aku masih ada di sini. Di antara keramaian yang mengeringkan rindu. Di antara segala tatanan negara yang masih begitu lebih bising saat pagi, bahkan malam yang akan terus berlalu.

Tanganku menengadah ke langit. Memastikan bahwa hujan tak akan turun kala sore hari ini.

Bukankah terlalu dini, jika hujan terjadi pada awal musim semi kali ini?

Sepasang mata menatapku dengan heran. Tepatnya mungkin enggan. Kenapa?

Aku berusaha menghampirinya.

"Maaf, Tuan, adakah yang bisa saya bantu?" tanyaku yang hanya dijawab dengan tatapan kosong tiada lagi semangat lain yang menanti.

"Tuan!?" Panggilku memastikan ia ada di sana. Bersama dengan dirinya yang terus saja membuatku merasa harus mematut diri. Adakah yang salah?

Saat wajahku kembali menatapnya, ia sudah membalas tatapanku dengan seulas senyum yang sumringah.

"Tadi saya melamun. Maafkan saya, Nona," katanya lalu mengangguk. "Apakah ada sesuatu yang bisa saya bantu?"

Tanganku cepat melambai. "Tidak, Tuan. Terima kasih tawarannya."

"Kalau tidak salah, bukankah Nona ini yang tinggal di rumah seberang sana?"

"Iya, Tuan," jawabku dengan sedikit malu.

"Oh, ya, saya security di komplek ini. Kalau Nona ada keperluan atau bantuan, silakan saja kemari. Saya siap membantu."

Aku mengangguk. Sebuah kekaguman akan tanggung jawab yang ada pada dirinya sungguh sangat pantas untuk diapresiasi.

"Baiklah, Tuan. Terima kasih untuk tawarannya, saya permisi," kataku mengakhiri perbincangan, lalu pergi.