ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
sebuah perjalanan melampaui batas
 Mudik, sebuah perjalanan tahunan bagi anak rantau yang sedang ber jihad menimba ilmu di tanah orang. Setiap tahunnya mereka akan menempuh perjalanan Panjang untuk pulang ke kampung halaman. Bagi sebagian orang hal ini merupakan suatu hal yang ditunggu tunggu selalu, tapi bagi saya itu hanya menambah Panjang daftar hal yang tidak saya inginkan .tentu saya juga selalu berdoa agar dapat Bersama keluarga di hari raya, tapi tahun ini merupakan mudik yang spesial bagi saya yang ingin saya ceritakan pada anda semua

Oktober 2018, bulan itu adalah awal dari penderitaan para pemudik di seluruh Indonesia. Kenapa? Kenaikan harga tiket pesawat domestic. Untuk mereka yang berjarak kurang dari 500 km dari kampung halaman hal ini hanyalah lembaran berita di media social anda, tapi bagi kami yang merantau hingga beda pulau dengan sanak keluarga hal ini menimbulkan debaran kencang dihati (apakah ini cinta?).

Menunggu dan menunggu, setiap hari setiap minggu setiap bulan hingga tahun berganti harga tiket pesawat masih mempertahankan singgasananya dengan kokoh tanpa memperdulikan jeritan rakyat jelata yang tersiksa di bawah kursinya, yah mungkin memang bukan jodohnya, hati ini pun mulai bertanya tanya untuk pulang ke rumah atau menetap di tanah jawa .
Di musim semi saat pohon sakura berdansa dengan kelopaknya, angin menghembuskan warna cerah ke wajah yang sedang dipenuhi masalah, pemerintah menetapkan penurunan batas atas tiket pesawat. Akhirnya, dengan harapan kubuka situs tertentu den melihat sesuatu yang menghantui pikiranku seminggu lamanya
Dua juta tiga ratus ribu rupiah, harga tiket pesawat termurah jurusan Surabaya-medan adalah dua juta tiga ratus ribu rupiah. TERKUTUKLAH.

Hanya untuk data, saya hanyalah seorang mahasiswa UB biasa dengan ekonomi menengah ke bawah. 2,3 juta untuk sekali perjalanan bukanlah harga yang dapat saya jangkau (bayangkan berapa dus mi instan yang bisa didapat dengan uang itu). Tekad sudah menyerah hati sudah pasrah hingga ku akhirnya mencari alternative untuk mudik dengan kapal laut. Well, mungkin kapal laut tidak terlalu buruk sehingga ku mulai mencari daftar kapal di situs tertentu.

Lagi dan lagi, takdir seperti hendak mempermainkanku. Apa yang aku cari tak dapat kutemukan meski ku telah menulusuri berbagai rute dan pelabuhan, saat cahaya datang saat ku melihat rute kapal Surabaya-Jakarta-medan di hari yang kuinginkan cahaya itu padam bersamaan dengan penuhnya daftar penumpang.TERKUTUKLAH

Dan akhirnya ku mencari pilihan lain yang sebenarnya tidak ingin ku lirik, yep naik bus. Aku langsung membayangkan perjalanan 3000 km yang menantiku kedepannya, “ok lah biar ada pengalaman naik bus 4 hari juga” mungkin itulah yang kupikirkan saat itu meskipun pengalaman itu tidak benar benar membekas di sel sel otakku.

Yosh saatnya berangkat, dompet ok, baju ok, sarung tangan keberuntungan ok,buku untuk dibaca diperjalanan ok. Berangkat dengan hati riang gembira. Sungguh saat itu saya merasa cukup bersemangat karena membaca beberapa catatan traveler tentang perjalanan mereka. Saat tiba di terminal arjosari saya segera masuk ke bus kebanggaan Sumatra ALS, dengan tidak tenang menunggu keberangkatan sambal berharap mendapat teman sebangku cewek cantik nan seksi saya pun duduk. Yahh sekali lagi nasib mengecewakanku, cewek? Iya , cantik?lumayan , seksi? Hmmm saya yakin sepuluh tahun lagi dia akan jadi seksi. Dengan kekecewaan dihati bus pun melaju tepat pukul 11.00 WIT 25 mei 2019. Mari mulai perjalanan dengan kecepatan 50 km perjam.

Banyak yang bilang manusia hanya bisa merencanakan, tepat sekali.segala rencana yang sudah saya susun untuk menghabiskan waktu diperjalanan hancur. Sebuah sebab kecil tidak istimewa tapi kukutuk selamanya
Mabuk kendaraan. Untuk tambahan saya hanyalah seorang introvert yang lebih memilih menghabiskan waktu menonton anime di kamar kos dibanding bertamasya, meski harus pergi ke suatu tempat pun saya lebih memilih berjalan kaki daripada naik angkot jadi wajar saja jika orang seperti saya terkena mabuk kendaraan dengan mudah. Lalu apa yang kulakukan? Tidak ada. Semakin banyak aku melihat pemandangan hanya akan membuatku semakin pusing, kucoba mengalihkan pikiran dengan makan cemilan ehh puasa, kucoba mengobrol dengan tetangga entar dikira pedofil. Lalu apa? Aku hanya bisa menutup mata dan melamun berharap dapat tertidur meski saat terbangun aku menyadari baru 30 menit waktu terlewat sehingga aku harus melamun lagi sambil meresapi seluruh kehangatan yang keluar dari tubuhku. TERKUTUKLAH

Dalam hidup manusia akan mendapat pemulihan-pemulihan kecil untuk mengobati luka mereka, pemulihan terbaik untuk mabuk kendaraan adalah daratan, setelah tujuh jam berkendara bus sampai di rest area kediri. 7 jam baru sampai kediri? Tanya supirnya sana. Akhirnya kita menapak tanah dan meluruskan badan meski sejenak, sempatkan diri untuk ke toilet dan membeli makanan sambil berbuka. Bus berangkat kembali dan akhirnya memasuki jalur tol trans jawa. Perjalanan mulai membaik tanpa hambatan dan melaju stabil dengan cepat ditengah kegelapan malam. Suhu semakin dingin berpadu dengan ac bus yang tidak dimatikan membekukan tulang dengan cepat  seolah berada di lemari pendingin. Kueratkan jaket disekitar tubuhku dan berharap agar perjalanan ini segera berakhir.

Ada yang bilang bahwa melihat pemandangan adalah hal terbaik dalam bertamasya, tidak seperti di atas pesawat dimana kau tak bisa membedakan antara langit dan laut, pemandangan dari bus akan memberimu perasaan yang berbeda saat melihat Gedung Gedung yang berbeda di setiap wilayah. Di atas pesawat segala yang ada di atas tanah akan terlihat seperti sekumpulan semut yang dapat kau pijak dengan alas sepatumu, tetapi di dalam bus segala pemandangan akan terlihat normal bergerak cepat menghilang dari pandangan mengikuti teori relativitas atau seperti itulah yang kuharapkan

Datar , itulah yang kulihat dan kurasakan. Kemanapun mataku kuarahkan yang ada hanyalah warna hijau membosankan dari rumput dan pepohonan yang menemani sepanjang jalan tol trans jawa. Sepi,dingin,dan membosankan. Berkali kali kunyalakan ponselku hanya untuk mematikannya lagi ketika sakit kepala menyerangku, aku pun merasa bersalah pada setumpuk buku di tasku yang tak dapat kubaca karena keadaanku. Menunggu dan menunggu agar bus segera mencapai cilegon untuk penyebrangan ke pulau Sumatra, kuharap birunya laut dapat menghiburku.

Pukul Sembilan pagi waktu Indonesia barat, bus akhirnya tiba dipelabuhan.kupandangi hamparan selat sunda di depan mataku sambil berpikir untuk berenang andai aku bisa.bus memasuki kapal untuk disebrangkan ke lampung,ini akan menjadi pengalaman pertama ku menaiki kapal laut. Hamparan laut yang indah ditemani riak riak kecil yang menerjang kapal menggoyang geladak kapal, kulihat ikan ikan kecil nyaris tak kasat mata berenang berkelompok tak tahu kemana mengitari dua orang yang sedang berenang di dekat kapal sambal meneriakkan kata kata yang tak dapat kudengar jelas. Kucoba melihat kearah pulau Sumatra meski kutahu kabut masih menghalangi jarak pandangku untuk melihat jelas kearah sana,’sudah sepertiga jalan’gumamku.

Kapal bergerak perlahan membelah lautan dengan kecepatan yang tak kuketahui,kunikmati angin lautan membelai wajahku meski ku tak bisa mencium aroma asin dari lautan. Kunikmati hari dibawah terik matahari di keramaian penumpang lain. Kuhabiskan sepuluh menit pertama mengelilingi kapal hingga fenomena yang sudah akrab kembali menyerangku, bagaimanapun kapal laut juga merupakan kendaraan. Saat itulah entah untuk keberapa ratus kali aku mengutuk tubuhku ini.

Setelah kuingat ingat, dulu wali kelasku di kelas 3 sma pernah bilang bahwa dia orang asli lampung, sambil bertanya tanya apakah kami sekarang ada di provinsi yang sama bus melaju tanpa menunggu jawaban, bus ALS yang kini tak lagi mengikuti rute tol karena harus menaik turunkan penumpang di berbagai wilayah melaju dengan lebih banyak guncangan. Penumpang penumpang turun dan naik bergantian di berbagai tempat. Begitu juga gadis kecil tetanggaku digantikan oleh pria paruh baya yang suka bicara, dia berbicara apa saja dari perjuangannya di GAM saat tinggal di aceh dulu hingga kefanatikannya akan Jokowi. Anehnya ceritanya cukup menarik untuk disimak sekaligus menghabiskan waktu diperjalanan.

Kini bus akan berhenti di rest area di waktu waktu tertentu, setiap rest area letaknya berjauhan dan bus akan berhenti cukup lama di tiap rest area. Begitulah pola perjalananku, di rest area aku hanya akan ke wc lalu makan makanan yang harganya tidak wajar dan naik  ke bus lagi, menghitung setiap detik yang terasa bagai selamanya, waktu pasti hendak mengutukku juga.

Selasa 28 mei 2019 pukul 17:15. Akhirnya bus tiba di tempat tujuanku yang juga merupakan pemberhentian akhir dari bus tersebut, kami yang tersisa turun dan menikmati udara  panas kota medan. Selesai? Sayangnya tidak. Jarak dari rumah saya ke kota medan masih perlu ditempuh dengan 5 jam perjalanan naik mobil.lelah? entahlah, dibandingkan perjalanan berhari hari tambahan beberapa jam tidak lagi terasa berarti. jadi aku beralih kendaraan untuk pulang menemui keluarga. Anehnya aku tak merasakan pusing lagi saat menaiki mobil untuk menuju kota kelahiranku sidikalang, apakah ini kekuatan dari kampung halaman atau diriku yang sudah kebal dari segala kutukan (sudah berapa kali aku mengutuk disini?). senja berganti malam meninggalkan udara dingin yang masuk lewat sela jendela , pemandangan pemandangan nostalgia bergantian masuk ke dalam lensa kacamataku diselimuti oleh langit malam tak berawan maupun berbintang. Kubisa merasakan tubuhku menjadi sedikit lebih kuat saat berdiri di depan rumah dan melangkah masuk ditemani suara kucing kecil dan disambut dengan helaan nafas keluargaku yang telah tertidur.
                                                                                                                                                                                       ***       
Yahhh,ini memang bukanlah kisah yang ingin didengar oleh kalian yang ingin berwisata,ini hanyalah sepenggal kisah saya dalam mudik yang terdengar seperti tragedi

Banyak orang yang memintaku untuk keluar dari zona nyamanku, tapi kenapa? Kenapa aku harus meninggalkan sesuatu yang cocok untukku demi sesuatu yang belum tentu lebih baik. Aku bukanlah orang yang suka bepergian sehingga aku mudah sekali mabuk kendaraan lalu apakah aku harus berubah menjadi seorang ekstrovert yang menikmati perjalanannya?

Aku bisa merasakan bahwa akupun menjadi sedikit lebih dewasa saat memikirkan berbagai hal di atas bus itu, mungkin yang mereka maksud bukanlah memaksakan dirimu melakukannya tapi melihatnya dari sudut pandang yang lain. Lebih dari 3000 km perjalanan ditempuh dalam 85 jam, meski ku hanya menghabiskan waktu dalam diam tapi dapat kurasakan hal yang disebut pengalaman muncul di dalam diriku. Itu adalah sesuatu yang tak dapat kauhindari. Aku mengerti apa yang dinikmati oleh mereka yang gemar bertamasya meski aku tak dapat merasakannya. Bagi mereka itu adalah hal yang sama dengan menikmati waktu sendiri bagiku      

Hidup itu pedih dan sesak , tetapi dalam hidup kita dapat menemukan kebahagiaan-kebahagiaan kecil, berbahagia dan menikmatinya. Dari mana datangnya kebahagiaan itu? Itu adalah sesuatu yang harus kau temukan sendiri, mungkin saja itu berada ditempat yang tidak kau inginkan.
Aku akan naik bus itu lagi 2 bulan kedepan, kuharap suatu hari nanti aku dapat menikmatinya.


Diubah oleh ih.sul 23-06-2019 14:19
SubtilizerAvatar border
enryuu1Avatar border
kekefadilahAvatar border
kekefadilah dan 3 lainnya memberi reputasi
4
771
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan