Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pitubelasAvatar border
TS
pitubelas
Pengalaman Ane Sehari-hari Tentang Rasisme di Sekolah


Rasisme yang terjadi di Papua ini hanya segelintir peristiwa saja dan rasisme bukan sekedar warna kulit aja, tapi ada juga peristiwa rasisme agama, ras, dan masih banyak lagi. Peristiwa ini pernah ane alamin sendiri waktu masih kecil. Semua itu bermula ketika ane berusia 9 tahun, itu adalah pendidikan agama tengah di sekolah dasar negeri kami ketika seorang wanita mengatakan kepada kelas kami bahwa Tuhan tidak mencintai orang-orang muslim karena mereka adalah teroris. Ane masih ingat hari itu karena serasa mau menangis. Ane tahu dia berbohong.

Terkadang anak-anak akan mengatakan hal-hal rasis dan ane sering mencoba mengabaikannya. Ketika ane bermain sepakbola untuk kota kami dan ada beberapa anak lelaki di tim ane yang menyebut kami nama rasis. Suatu hari di pelatihan seorang anak laki-laki memanggil ane dengan sebutan bodoh B*****, ane berlari ke arahnya dan meninju dia.



Yap ane mendapat masalah besar. Pelatih telah mendengar semuanya tetapi mengatakan kepada ane bahwa itu semua kesalahan ane untuk bereaksi dan ane hanya perlu mengabaikannya, seperti biasa dia tidak pernah memberi tahu anak-anak lelaki yang mengatakan hal-hal rasis. Ane pergi dan menangis. Ayah ane keluar ke lapangan dan memberi tahu pelatih ane. Pelatih ane terus berusaha menyalahkan ane, tetapi ayah ane mengatakan kepadanya bahwa dia tidak berguna dan tidak boleh membiarkan anak-anak lelaki lain menyalahgunakan kita dan kemudian mengharapkan kita untuk menerimanya. Itu sekitar waktu ini ane dan sepupu ane biasanya dipilih oleh sekelompok anak laki-laki di sekolah kami. Mereka akan mengatakan hal-hal rasis tentang kami dan kami menolak untuk menerimanya, kami melawan balik. Guru tidak benar-benar melakukan banyak hal, kami disuruh mengabaikannya tetapi sulit untuk mengabaikan seseorang yang memberi celahan yang tidak pantas didengar.

Kejadian seperti ini terus ane alamin sampai tamat sekolah menengah atas, ketika ane membaca cerita ini. Ane tahu itu akan mengejutkan beberapa orang, tetapi ini adalah hal-hal yang terjadi pada ane dalam kehidupan sehari-hari ane. Itu juga bukan cerita buruk, banyak dari anak-anak lelaki yang dulu menggertak ane di sekolah adalah teman ane sekarang, kami tumbuh dewasa. Tetapi masalah sebenarnya adalah ketika orang dewasa, guru, dan pelatih memberi tahu kita untuk mengabaikan rasisme dan intimidasi dan tidak memberi tahu anak-anak lainnya.



Ane baru berusia 19 tahun, jadi ane berharap segalanya menjadi lebih baik untuk anak-anak yang lebih muda. Mereka seharusnya tidak hanya mengabaikan hal-hal rasis, mengabaikan itu tidak baik. Orang dewasa perlu memeriksa diri mereka sendiri karena dalam hal-hal yang terjadi pada ane, ane cukup yakin orang dewasa benar-benar berpikir cara mereka memperlakukan ane baik-baik saja. Ane tidak berpikir orang-orang dewasa itu orang jahat, tetapi mereka perlu tahu hal-hal yang mereka katakan, cara mereka memperlakukan ane benar-benar salah dan tidak adil. Sungguh rasis.


sumber gambar: tribunnews.com
sumber tulisan: pemikiran sendiri
0
527
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan