ceuhettyAvatar border
TS
ceuhetty
BIDADARI TANPA SKINCARE


Menjanda di usia muda bukanlah sebuah cita-cita. Apalagi tinggal di sebuah perkampungan dengan risiko menjadi bulan-bulanan gosip dan sumber kecemburuan, memang bukanlah perkara mudah. Butuh mental sekuat baja.

Entah apa yang salah dengan penduduk kampung. Dahulu, ketika masih gadis, mereka sibuk kasak-kusuk mempertanyakanku yang tidak kunjung menikah. Seolah jodoh ada ditanganku. Tuduhan terlalu pemilih, seleb tanggung, hingga perawan tua, acap kali diterima. Padahal umurku baru menginjak angka dua puluh.

Selain faktor ekonomi, hal itu pula yang membuat aku lebih suka merantau. Mengais rezeki sembari mencari pengalaman hidup di kampung orang. Meski kadang enggan, setiap lebaran, aku terpaksa mudik menjenguk keluarga di kampung.

Paling tahan tinggal di kampung cuma satu minggu, itu pun kebanyakan menghabiskan waktu di kamar. Kemudian bergegas kembali merantau, meski diiringi omelan ibu dan bapak karena katanya masih kangen. Sejujurnya, badanku masih butuh istirahat, tetapi itu jauh lebih baik ketimbang mendengar pertanyaan yang terus berulang-ulang. Lebih parah lagi karena mereka tak segan-segan menyodorkan beberapa laki-laki untuk dipilih, seolah barang dagangan saja. Bahkan, ada yang nekat mendatangi rumah. Menurutku, situasi ini lebih genting dari gencatan senjata. Sehingga lebih baik jika aku mengungsikan diri.

Namun, pepatah mengatakan, “sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga.”

Begitu juga denganku, sepandai-pandainya menghindar, pada akhirnya terjebak juga. Telingaku bisa tahan dengan gunjingan para tetangga, tapi tidak kuasa mendengar kesedihan ibu dan bapak. Aku berada diposisi yang tidak menguntungkan, dilema. Bagai buah simalakama.

Pada akhirnya aku harus menekan ego serendah-rendahnya. Menghancurkan setiap mimpi yang kurancang demi membuat mereka bernafas lega. Walau kuyakini mereka juga tidak sepenuhnya bahagia.

Menikah tanpa cinta akhirnya kualami juga. Katanya, pacaran setelah menikah itu jauh lebih indah. Mungkin itu memang benar, asal tidak ada unsur keterpaksaan. Karena nyatanya sesuatu yang dipaksa, pada akhirnya akan mendatangkan petaka.

Kesalahan dimulai sejak awal pernikahan, aku tidak merasakan kebahagiaan menjadi ratu sehari seperti kebanyakan orang. Tidak tau betapa mendebarkannya malam pertama. Dan tidak menyadari betapa menyenangkannya menjadi seorang istri. Sepertinya hatiku telah berubah seketika menjadi sebuah batu.

Aku pernah berharap setinggi langit, kemudian terhempas ke bumi. Aku pernah bermimpi ke nirwana, lalu terjebak di neraka. Lalu, apalagi yang tersisa selain rasa kecewa? Kekecewaan yang mengendap terlalu dalam. Sehingga sampai detik ini, aku tidak mampu lagi merasakan hal yang sama.


Next.
Diubah oleh ceuhetty 21-01-2020 21:50
swiitdebbyAvatar border
nona212Avatar border
johnsuripAvatar border
johnsurip dan 19 lainnya memberi reputasi
20
3.4K
61
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan