iluvtariAvatar border
TS
iluvtari
Pak RT Semprul



Idrus akhirnya terpaksa menutup warung. Sudah lebih dari sepekan ini, tetangga hanya datang untuk berutang. Yang sudah lama punya utang, bukannya mengangsur, malah menambah utang baru. Yang biasanya enggan berutang, belakangan mengaku terpaksa karena tak punya pendapatan sejak Corona mewabah.

Dipasang di pintu warungnya tulisan “Tidak menerima utangan”, tapi tetangga yang sejak kecil sudah jadi teman mainnya, merengek memohon pengertian Idrus akan keadaan mereka. Karena tak tega, akhirnya diberi juga utangan.

Kali ini, Idrus mengganti tulisan di pintu warungnya menjadi “Tolong mengerti keadaan kami, modal warung sudah habis diutangin!”

Alhasil, yang datang ke warungnya urung memanggil atau mengetuk pintu.

“Pak, bensin motorku habis,” lapor Bagus, anaknya Idrus.

“Tunggu ada yang bayar utang, baru kamu beli bensin. Laci warung kosong,” tolak Idrus.

“Ditagih saja, Pak!” saran Rusmi, istri Idrus yang lebih suka menonton sinetron ketimbang berita Covid19. Baginya berita itu menyeramkan, bikin panik.

Idrus mempertimbangkan saran istrinya, sedangkan Bagus melanjutkan prosesi rebahan di kamar.

Idrus mulai membuka buku bon, mencatat nama-nama dengan nominal utang yang lumayan. Rencananya, Idrus akan mendatangi mereka satu per satu, menagih sebisa mungkin. Sebab warungnya pun terancam tak bisa beroperasi karena barang yang tersisa tinggal untuk kebutuhan rumahnya sendiri.

Sorenya, Idrus sudah siap dengan buku bon dan rekap nama-nama dengan jumlah utang tertinggi. Ia memulai dari rumah terdekat, rumah Susanti. Tetangga sebelah rumah yang kerap mengambil utangan dengan mengutus anaknya.

Usai mengucap salam, Idrus langsung menyampaikan maksudnya. Ia bahkan tidak masuk ke rumah Susanti, demi mematuhi aturan physical distancing.

“Loh, kok nagih?” Susanti malah kebingungan.

“Lah, kamu kan punya utang.”

“Iya, tapi kata Pak RT utang warung bisa dibayar selepas Lebaran Haji.”

Idrus garuk-garuk kepala. Ia pindah ke rumah berikutnya, Mbah Ropi yang hidup sendirian tapi anaknya kaya-kaya.

“Mbah, tolong diangsur utangnya. Saya mau belanja buat isi warung!” kata Idrus langsung saat melihat Mbah Ropi tengah ngopi di teras.

“Tadi Soni lewat, katanya utang warung tak usah dirisaukan. Lebaran nanti anakku datang, kamu tenang saja,” jawab Mbah Ropi panjang lebar. Ia juga menawarkan Idrus bergabung ngobrol di terasnya.

Idrus menolak. Ia ingin ke rumah Soni, untuk menagih utang sahabatnya itu, sekaligus menanyakan kabar yang ia dengar.

Apa-apaan Pak RT ini, pikirnya. Idrus ragu, ke rumah Soni atau ke rumah Pak RT?

Akhirnya Idrus memilih pulang. Pikirnya, Pak RT mungkin datang ke rumah saat ia pergi, dan membayar utang para warga kepada istrinya.

Tiba di rumah, Bagus langsung menodong. “Jadi beli bensin, Pak?”

Rusmi berdiri di belakang anaknya, sama-sama menunggu jatah.

“Duit dari mana?” balas Idrus.

Bagus menunjuk ponselnya. “Lah ini di grup WA, Pak RT kasih pengumuman. Katanya utang warga di warung bisa dibayar habis Lebaran Haji. Bapak barusan dapat duit dari Pak RT kan?”

“Duit nenekmu!” tukas Idrus jengkel. Ia urung masuk ke rumah, segera mendatangi rumah Pak RT.

Berniat menuntut penjelasan dan dana talangan, Idrus melompati pagar rumah Pak RT. Ia sudah kadung kesal, tak bisa lagi bersantun ria.

Tiba di depan pintu, sebuah tulisan menyambutnya.

Maaf, tidak terima tamu. Rumah ini sedang lockdown sampai habis Lebaran Haji!


sumber gambar: bantul.sorot.co



anasabilaAvatar border
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 2 lainnya memberi reputasi
3
821
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan