Tidak ada seorang pun manusia normal yang menghendaki kegagalan. Apalagi dalam urusan perasaan yang telah terikat oleh sakralnya pernikahan.

Tapi, tentu saja takdir berkuasa atas segalanya. Manusia tidak bisa menolak, hanya berhak menjalaninya. Terutama bagi seorang wanita (istri), karena talaq menjadi wewenang seorang suami.

Mustahil ada wanita (istri) yang bercita-cita menjadi janda. Selain akan mendapat stigma yang buruk. Menjadi seorang janda pun bukanlah perkara mudah. Beban moral, tanggung jawab, dan segala tetek bengek urusan rumah tangga akan serta merta jatuh kepadanya. Lalu, apa yang bisa dibanggakan dari hal itu?

Namun, semuanya tentu harus dijalani ketika kebersamaan justru semakin memperbanyak dosa.



Disamping itu, sedikit sekali orang yang menilai janda dengan pandangan lurus. Bahkan, bangsa wanita sendiripun kerap kali menganggap hina. Dalam pandangan manusia, jika para wanita tersebut berlaku baik, tentu tidak akan menjanda. Terlupa mereka pada garis takdir-Nya.

Tidak dipungkiri, hal demikian memang dipicu oleh tindak-tanduk sebagian janda. Tetapi, tentu tidak arif jika menyama-ratakan semua janda dengan predikat buruk.

Mari tengok! Bukankah Ummul Mukminin Khadijah ra, istri penghulu para Nabi pun merupakan seorang janda? Lalu, Nabi Yusuf, manusia yang terkenal kerupawanan wajahnya pun beristrikan seorang janda. Kesimpulannya, tidak semua janda itu rusak ataupun perusak.

Menjanda selama masih dalam koridor agama bukanlah perkara dosa dan bukanlah sesuatu yang hina.

Begitu banyak beban yang harus ditanggung oleh janda, jangan ditambah lagi dengan prasangka.



~ Se-shalehah apapun seorang janda akan selalu dicurigai sebagai pelakor. Padahal yang gatel suaminya, tapi janda-lah yang akan kena getahnya.

Padahal juga, banyak di luaran sana, istri-istri kesepian atau istri jablay (jarang dibelay) lalu menjadi pelakor. Tidak sedikit juga anak-anak kuliah, atau bahkan para ABG yang nyambi jadi simpanan. Tetap saja, janda yang jadi sasaran empuk kecurigaan.

~Menjanda berarti tidak ada yang menafkahi. Artinya, sang janda harus putar otak, banting tulang menjadi tulang punggung untuk keluarga. Demi memenuhi hal itu, seringnya mereka mengabaikan kepentingan diri sendiri. Selama pekerjaannya halal, maka merekalah wonder woman yang sesungguhnya.

~ Menjadi target para lelaki buaya bukanlah perkara menyenangkan. Risih dan serba salah ketika menghadapi godaan yang kerap dilakukan di tempat umum.

Lagi, karena stigma janda yang dianggap kesepian dan murahan sehingga para lelaki tersebut seenak jidatnya merendahkan dengan berbagai rayuan.

~ Direkomendasikan Makcomblang.

Entah dari manapun datangnya pelamar atau jomlo yang tengah mencari pendamping, biasanya orang-orang langsung menyarankan untuk mendatangi sang janda. Padahal belum tentu juga sang janda butuh suami baru.

Masalah akan menjadi pelik ketika setiap lamaran yang datang ditolak. Cap sombong, pemilih, dan sebagainnya dijamin bakal melekat.

Wanita bisa melakukan semuanya meski tanpa seorang suami di sampingnya. Lelaki, cenderung tidak bisa hidup tanpa wanita. Bahkan, fitrahnya mendua.

Masih berani bilang wanita itu lemah?





Ane yakin, masih banyak hal lain yang belum disebutkan. Gansist boleh melengkapi di kolom komentar ya ....

Sista! Jika suamimu begitu sempurna dalam mencintai keluarga, cukup bersyukur dan berdo'a agar kalian tidak menjanda. Tidak perlu mencaci janda, karena nasib bisa saja terbalik.



Agan! Bantulah para janda dengan cara menghargainya. Jangan sampai kau menjandakan istrimu dengan alasan demi menolong janda.


Thanks for reading. See you next time....🖐🖐


Narsum : Opini pribadi
Pict : Pinterest


Untuk mengenal Group Kompak lebih dekat. Klik banner di bawah ini. 👇👇