Aku berjalan dalam kegelapan ini entah sudah berapa jauh, aku tidak bisa merasakan lelah ataupun kantuk lagi.

Seorang pria dengan pakaian seragam khas penjaga perumahan menghampiri diriku, dirinya memberikan sebuah kunci lengkap bersama sebuah gantungan bulat yang cukup besar.

Aku berada dalam sebuah keadaan yang bisa dikatakan bahwa kesadaranku kini tertukar dengan mimpi.

Diseberang sana orang-orang mencoba menyelamatkanku, namun semuanya telah mencoba segala macam cara.

Harapan terakhirnya ada pada diriku.

Aku berada dalam keadaan ini dikarenakan aku yang mencoba untuk bermain terlalu dalam di dalam mimpi.

Sejak kecil aku sudah diberikan sebuah kemampuan untuk dapat merasakan mimpi lebih nyata daripada orang lain.

Aku seringkali menceritakan mimpikuu kepada orang-orang sekitar, bukan tanpa alasan, akan tetapi dunia dalam mimpiku ini terasa sangat nyata.

Aku selalu mengalami mimpi yang membuat aku dapat mengambil keputusan dalam dunia nyata.

Keputusan-keputusan yang aku lakukan ini tentunya selalu baik dan tidak jarang mendapatkan penghargaan dari orang-orang sekitar.

Orang tuaku merasa khawatir dengan keadaan ini, mereka hampir tidak pernah mengajarkanku dalam seni kehidupan, namun aku selalu bisa menghadapi segala permasalahan sendiri.

Mereka tahu bahwa segala bekal kehidupan bisa aku dapatkan dalam mimpi.

Dan mereka khawatir jika nanti di masa depan aku akan mendapatkan masalah besar.

Umurku saat ini 20tahun, dan orang bilang ini adalah masa-masa sulit dalam kehidpuan.

Banyak dari orang-orang sekitarku yang seumuran merasa bingung dengan hidupnya, dan tentu saja aku dapat membantu mereka keluar dari masalah tersebut.

Aku memiliki 4 orang teman dekat, mereka semua adalah orang-orang yang sudah aku percaya dan selalu bisa menjadi pelindungku dalam dunia nyata.

Hingga terakhir kali aku bertemu dengan mereka adalah sebelum aku tidak dapat terbangun sekarang.

Mereka yang sudah dewasa dan sudah memulai kehidupan pribadinya sendiri, kini sudah tidak bisa lagi terus bersama dan saling menemani.

Mengingat kenangan bersama mereka membuatku merasakan apa yang berada dibelakang ini menjadi sangat terang.

Kuarahkan senter ini ke segala sudut, hasilnya sama saja, semuanya tidak ada yang terlihat.

Entah aku berjalan menyamping, atau lurus, yang aku tahu bahwa tugasku hanya satu, aku harus terus melakukan ini untuk hidupku.

Sebuah aroma yang sangat wangi tercium, entah darimana asalanya, aroma tersebut seperti berputar-putar disekitarku.

"Aku ikut ya" suara seorang wanita yang membuat aku menoleh kebelakang dan melihat matanya yang sedikit tipis dan raut wajahnya yang manis.

Bibir merahnya berkata "kalau kamu mengizinkan aku ikut bersamamu, aku akan memberikan kebahagian untukmu"

Kuhelai pipinya agar dapat melihat dengan jelas wajahnya yang tertutup rambut hitam panjang itu, dan kuizinkan dirinya untuk menjadi pendampingku.

Kami berdua berjalan bersama, dirinya yang sangat wangi dan tubuhnya yang sedikit dingin berjalan di sampingku sambil sesekali menceritakan apa yang akan terjadi di depan sana.

Dirinya berkata bahwa aku tidak seharusnya berada disini, aku harus segera kembali ke duniaku.

Aku yang menjelaskan padanya tidak tahu bagaimana untuk kembali dan berharap solusi dari dirinya ternyata hanya membuat dirinya terdiam.

Akhirnya kami berdua memutuskan untuk berhenti dan duduk untuk mencari tahu bagaimana cara agar aku bisa keluar dari sini.

“Namaku siska” dirinya memperkenalkan diri sambil duduk dan memegang lembut tanganku.

Saat kamu masih kecil aku adalah orang yang menemani kamu disini, semua yang kamu lihat didunia ini adalah alam yang diciptakan oleh mahluk-mahluk yang tidak diterima oleh sang pencipta.

Mereka menciptakan dunia ini agar memiliki tempat yang layak seperti kamu di dunia nyata itu, dan aku berada disini karena aku adalah salah satu dari mereka.

Memangnya siapa dan bagaimana bisa sang pencipta itu memutuskan mereka harus berada disini, tanyaku.

Sang pencipta adalah sebutan kami, dan kami tidak pernah melihatnya. Dirinya memutuskan kami berada disini sejak awal sebelum kami dibangkitkan.

Dan kamu adalah salah satu yang berhasil lari dari keputusan sang pencipta, sehingga kamu memiliki dua dunia.

Kamu seharusnya tidak berada disini, dan kamu tidak seharusnya membawa kunci itu, siska sambil menunjuk kunci yang aku letakkan di antara pinggangku ini.

Memang kunci ini untuk apa, tanyaku.

Itu adalah kunci yang bisa kamu gunakan untuk menuju gerbang terakhir untuk bertemu sang pencipta, jika kamu membuka gerbang terakhir maka kamu sudah memutuskan untuk menjadi salah satu dari kami.

Aku terdiam sejenak dan berfikir.

Memang apa ruginya jika aku menjadi salah satu dari kalian, tanyaku.

Kamu akan memiliki kehidupan yang abadi, siska menjawab sambil tertunduk.

Kehidupan abadi? Aku teringat salah satu film yang menceritakan tentang pertikaian orang-orang yang memperebutkan sebuah cara agar dapat menjadi abadi dalam hidupnya, dan itu bukanlah suatu hal yang baik.

Aku perhatikan siska yang terus tertunduk, dan kulihat air matanya sudah mulai menetes, dirinya memeluk ku dan terus menangis.

Kami berdua terus saling berpelukan, dan pelukan yang kuterima ini terasa sangat nikmat, dengan tubuhnya yang dingin terasa aku menjadi sedikit lebih tenang.

Dia benar, dirinya dapat memberikan kebahagiaan untukku.

'Untuk waktu yang sangat lama kami berdua terus berpelukan.

Untuk waktu yang lama pikiranku sudah tidak tahu ada dimana, saat kubuka mata ini siska dan aku sudah saling berciuman, matanya yang tertutup, dan wanginya yang
lembut membuat aku kembali menutup mata ini.

“Hei” sebuah suara terdengar dari dalam kepalaku, aku mencoba membuka mata ini dan kurasakan leher siska yang kini sudah berada di depan hidungku. Siska yang terus menggerakan lehernya agar dapat aku cium membuat aku kembali menutup mata ini.

“Hei” sekali lagi suara itu terdengar di kepalaku, kali ini aku harus berusaha membuka mata dan kini aku melihat siska yang tengah tertidur di atas badanku.

Kucoba membangunkannya dan dirinya segera memelukku untuk kembali mengajak menutup mata.

Kutolak ajakannya dan coba kutanyakan tentang suara yang aku dengar tadi.

Dia berkata bahwa dirinya tidak mendengar apa-apa.

Aku yang mencoba berpikir sebentar, dan mengingatkan kepadanya bahwa bukannya aku harus segera keluar dari sini.

Dia yang mendengar perkataanku itu segera mengangkat wajahnya, dan tersenyum sambil berkata “iya, kamu benar, kamu harus keluar dari sini.”

Kami berdua bangun dan kembali menggunakan pakaian yang sudah terlepas seluruhnya.

Perjalanan kami lanjutkan, siska memimpin jalan sambil terus memegang tanganku, genggamannya semakin kuat, semakin kami melangkah terasa semakin kuat dia menggenggam.

Hingga akhirnya aku merasakan genggamannya sudah tidak terasa begitu kuat lagi, dan terasa genggaman tersebut terlepas.

Aku yang terkejut ada apa, mencoba menoleh ke arahnya dan dirinya sudah tidak ada.

Aku sendiri lagi.

“Hei” suara itu datang lagi, kali ini terasa lebih jelas, dan suara itu terus semakin jelas dan keras.

Aku putar kepalaku ke segala arah mencoba mencari sumber suara tersebut, namun tidak kutemukan, suara itu benar-benar seperti berada di dalam kepalaku.

Aku melihat seseorang sedang berlari ke arahku, dari kejauhan suara nafasnya jelas seperti suara wanita.

“Hei” dia berteriak dari kejauhan sambil terus berlari, sekarang aku tahu siapa pemilik suara itu.

Kenapa kamu lama sekali, dirinya langsung berkata kepadaku sambil mengatur nafasnya yang tidak teratur.

Ayo cepat, dirinya segera menggenggam tanganku untuk segera mengikuti langkah kakinya.

Kami berdua berlari ke sebuah arah yang tentu saja aku tidak mengetahui arah dari tujuan ini.

Sambil berlari dirinya meminta izin kepadaku apakah aku boleh menjadikannya pendamping.

Dengan keadaan seperti ini, pilihan apalagi yang kumiliki, tentu saja aku mengizinkannya.

Namaku bella, aku disini akan menjagamu.

Dirinya yang memiliki tubuh yang segar dan sehat nampaknya sama seperti siska, dalam pikirku.

Sekarang kita akan menuju sebuah ruangan yang aman, kamu jangan sampai melepas pegangan ya. Dirinya berkata sambil terus berlari tanpa henti.

Disini aku sama sekali tidak merasakan lelah ataupun haus, kaki ini dapat terus kugerakan tanpa ada perasaan apa-apa.

Beginikah arti dari kehidupan abadi, kita merasa bebas akan segalanya dan tidak memiliki beban lagi.

Sejenak aku berfikir, dan aku coba bertanya kepada bella.

Hei, bella, apakah kamu disini untuk menolongku agar dapat keluar dari mimpi ini?

Bella menjawab dengan cepat, tentu saja.

Menerima jawaban tersebut membuat aku berfikir, apakah semua usaha ini adalah suatu hal yang sia-sia.

Untuk apa aku masih terus berusaha keluar dari keabadian ini, ada siska yang akan memberikan kebahagiaan untukku, dan bella yang siap menjagaku.

Setelah cukup lama kami berlari, kini kami berdua berada dalam sebuah ruangan yang cukup hangat.

Bella menghampiriku, dirinya yang baru saja kembali dari luar memeriksa keadaan.

Mulai sekarang kamu harus berhati-hati, para penguasa akan berusaha untuk menculikmu.

Penguasa? Tanyaku kepada bella.

Penguasa adalah makhluk yang akan mengambilmu agar mereka bisa hidup di duniamu.

Apa? Para makhluk abadi disini berusaha untuk hidup diduniaku, untuk apa? Bukankah kehidupan disini sudah cukup, kamu tidak perlu merasakan apa-apa lagi. Jika kamu tinggal di duniaku kamu hanya akan merasakan penderitaan dan rasa sakit yang tiada henti.

Bella sejenak terdiam dan wajahnya tertutup oleh rambut pendeknya yang sebahu.

Air matanya terlihat menetes membasahi pahanya, sambil mengepalkan tangannya diatas paha dia menatapku dengan mata yang sudah merah.

Apakah kamu mengerti bagaimana rasanya tidak diterima untuk hidup di duniamu, tidak diizinkan untuk membantu menjadi bagian untuk peradaban manusia. Kami disini hanya menjalankan hidup tanpa tahu tujuan kami untuk apa.

Tidak ada masalah yang bisa kami selesaikan, kami semua merasakan suatu hal yang lebih menyakitkan disini.

Sejenak aku seperti merasakan sakit yang sebelumnya pernah aku rasakan, perasaan aneh yang begitu gelap, dan pikiran yang terasa tidak ada ujungnya.

Kutatap matanya begitu dalam, dan kurasakan teriakan yang begitu keras dari kedua matanya.

Maafkan aku, kupeluk bella dan kututup mata ini.

Kami berdua terlelap dalam pelukan yang begitu hangat.

Kubuka mata ini dan kulihat wajah lembut dari bella, dirinya memiliki wajah yang bulat dan juga rambut pendeknya membuat dia sangat lucu.

Entah mengapa setiap kali aku memandang wajahnya aku merasa aman dan nyaman.

Bella membuka matanya dan tersenyum, apakah tidurmu nyenyak, tanyanya.

Kubalas dengan senyuman, yang menunjukan kepuasanku.

Bella memberikan perintah kepadaku untuk bersiap melanjutkan perjalanan.

Bella mengikat tangan kami berdua dengan sebuah kain putih, ikatannya terasa sangat erat.

Nampaknya kali ini akan terjadi suatu hal yang sangat serius.

Perjalanan kami sudah cukup jauh, dengan beberapa kali kami melewati mahluk-mahluk yang diluar akal sehat.

Terakhir kali kami berhadapan dengan sebuah makhluk yang cukup tinggi, dirinya mencoba mengejar kami, dan kami hanya bisa terus berlari, untungnya bella sudah mengenal tempat ini dengan baik, sehingga perjalanan ini terasa cukup mudah untuk beberapa kali tadi.

Kini kami berdua berada didepan sebuah sumur yang cukup dalam, bella menyuruhku untuk bersiap melompat ke dalamnya, dan jika aku mendengar sebuah panggilan jangan sampai menoleh atau melihat ke arah panggilan tersebut.

Disini aku bertanya kepada bella, apakah dia akan ikut melompat bersamaku, dan ternayta disini kami harus melepaskan ikatan tali itu.

Perasaanku terasa berat saat ini, bella yang terus memandang mataku membuat dadaku terasa sesak.

Aku memeluk bella untuk terakhir kalinya, dan bella membisikan kata-kata terakhirnya kepadaku.

Jika kamu tidur, pikirkan aku, aku pasti akan datang untuk menemuimu.

Kami berpisah, aku melangkahkan mundur kaki ini, dan terjun lepas menuju lubang yang sangat dalam ini.

Terima kasih bella, terima kasih siska, kalian berdua telah mengajarkan pengalaman hidup yang berarti untuk ku.

Bep….bep….bep….
Terdengar suara mesin, kubuka mata ini dan kulihat atap putih.

Halo,,,kucoba memanggil seseorang. Tubuhku tidak dapat digerakan.

Seorang perawat datang menghampiriku, dan dirinya terlihat panik.

Nampaknya aku mengenal wajah perawat tersebut.