iluvtariAvatar border
TS
iluvtari
Diserbu Hantu Milik Tetangga


Kami punya tetangga baru. Saat pertama datang, keluarga ini nampak biasa saja. Tapi seiring berjalannya waktu, dalam tahun yang sama, pelan-pelan mereka mulai berubah.

Rumah yang mulanya secara keseluruhan terbuat dari papan dan kayu, kemudian sebagian dibangun menjadi ruko. Mereka lalu punya mobil, yang tak menunggu hitungan tahun, bolak-balik ganti model.

Desas-desus pun beredar. Ada yang bilang mereka punya tuyul, ada yang bilang pesugihan, dan macam-macam prasangka.

Aku hanya siswa SD yang tak begitu paham apa yang terjadi, tapi tertarik dengan segala cerita mistis itu. Selain soal kekayaannya yang dianggap tak masuk akal, yang kuingat adalah kebiasaan istri pemilik rumah itu yang suka sekali berantem dengan tetangga.

Suatu hari, mereka (tebakanku, anak dan ibu di dalam rumah itu) menarik buah jambu milik kami. Apalah artinya buah jambu biji biasa, yang memang sebagian dahannya merunduk ke halaman belakang rumah mereka.


Rumah orang tuaku dulu


Tapi masalahnya, dengan mereka menarik dahan tersebut berulang-ulang, terciptalah suara gesekan seng (yang difungsikan sebagai pagar) yang sangat menganggu di siang terik itu.

Jadi kakak-kakakku marah, aku pun ikut kesal. Alih-alih minta maaf, pemilik rumah justru memaki dengan kata-kata kasar.

Malamnya, terjadi hal mengerikan. Ini benar-benar kualami ya, Gan. Tapi sampai sekarang aku yakin itu hanya akumulasi dari kekesalan dan tuduhan kami (sebagai bagian dari masyarakat sekitar) saat itu, pada keluarga tersebut.

Justru belakangan aku malah menganggap tuduhan-tuduhan miring yang selama ini dilayangkan warga setempat pada keluarga ini lebih pada kecemburuan sosial. Sebab di tempat itu, umumnya kondisi ekonomi kami tergolong menengah ke bawah. Jadi ya gitu, seolah orang lain yang nampak kaya pasti karena ada sesuatunya.

Aku tidur bersama ibuku, dua kakakku yang siangnya adu mulut dengan tetangga, tidur di kamar lain. Malam itu aku terbangun dalam keadaan sangat pusing, tubuhku seperti terangkat melayang-layang.

Dalam keadaan mengambang, kulihat muncul asap di dekat ranjang kami. Asap itu berputar, lalu berubah bentuk menjadi pocong yang berputar-putar, kemudian satu tangannya muncul.

Aku berusaha memejamkan mata, tapi tidak bisa. Seolah dipaksa untuk melihatnya. Akhirnya kubaca ayat Al-Qur’an, yang kala itu hanya hafal al Fatihah, ayat kursi, dan tiga surah terakhir di Al-Qur’an. Jadi kubaca semuanya.

Upayaku berhasil, aku terhempas jatuh ke kasur, dan pocong itu kembali menjadi asap.

Saat aku bisa bergerak, di saat yang bersamaan dua kakakku berteriak di kamar sebelah. Salah satunya bahkan menangis sambil mencari ibu kami. Kami saling pandang malam itu, dan seolah saling mengerti.

“Kamu siang tadi mbalai (memerangi) K**** kan? Tu marah setannyo!” kata ibuku.

Sejak itu kami agak ngeri berurusan dengannya. Tapi jauh setelah hari itu, ketika kami semua sudah jadi ibu, rasa takut itu hilang sama sekali.


Crop atas TKP, kuambil dari Google Maps. Rumah tetangga mencolok karena lebih tinggi dari rumah lain


Syukurnya, si tetangga juga sudah tidak suka cari perkara seperti masa mudanya dulu. Sekarang rumah orang tuaku juga sudah dijual.

Tetangga kami yang dituduh punya macam-macam peliharaan itu pun kian mentereng rumahnya. Belakangan dari medsos kuketahui, mereka berjualan pupuk di kampung. Jadi, pendapatannya bukan semata sebagai sopir, sebagaimana yang dulu diketahui warga sekitar.

Ketika kisah lama itu kukonfirmasi lagi pada salah satu kakakku, ia mengaku ingat dengan ribut-ribut adu mulut itu. Tapi tak ingat soal hantu di malamnya. Aku sih berharap itu hanya mimpi. 

Pertanyaan buat Frislly Herlind, Citra Prima, dan Rika Ardilla: Kira-kira kejadian itu nyata atau mimpi ya? Kok kakakku tak ingat kejadian semenyeramkan itu. #Oktoberhantu 


doelvievAvatar border
doelviev memberi reputasi
1
534
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan