Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

iluvtariAvatar border
TS
iluvtari
Bapakku Pahlawan Kambing



Waktu aku kecil, kehidupan di rumah kami sudah dimulai sejak pukul 3 pagi. Maklum, kami punya warung kecil yang menjual berbagai kebutuhan rumah tangga.

Dari sayuran pasar basah sampai minyak tanah, semua tersedia. Kakak-kakak yang sudah besar membuat aneka penganan, yang lebih muda beberes rumah. Ada pula yang ke pasar pagi untuk belanja isi warung.

Di rumah lain, sering kudengar cerita. Ketika semua perempuan sibuk bekerja, yang laki-laki hanya tidur-tiduran menunggu waktunya makan. Di rumahku? Jangan harap!

Almarhum Bapak biasa mandi sebelum azan Subuh. Anak laki-lakinya membantu ke pasar atau ikut membersihkan rumah.

Setelah mandi, Bapak membuat sarapan, baru pergi bekerja. Sebelum aku lahir, menurut cerita kakak-kakak, Bapaklah yang mengurus mereka. Karena ibuku harus mengurusi beberapa dagangan dari luar kota.

Bapak tidak sekolah, tak paham dunia parenting. Dan seperti bapak-bapak jadul umumnya, ditakuti oleh anak-anak karena suaranya keras, serta lebih sering memukul daripada Mamak.

Tapi di balik segala kelemahan beliau. Kebiasaan mandi pagi dan tidur sejenak yang beliau punya, sepertinya menular pada hampir semua anaknya.

Seperti yang kusebut di atas, beliau biasa mandi sebelum subuh. Siang atau sore sepulang kerja, biasanya Bapak tidur sejenak sekadar melepas lelah. Tidak seperti kata orang-orang, yang menyebut laki-laki tidur lebih dalam dan dengan durasi yang lebih panjang.

Bapak tidur siang tidak lebih dari 30 menit. Setelah kantuknya hilang, beliau membereskan apa saja yang perlu dibereskan. Bukan hanya urusan paku memaku yang khas laki-laki, Bapak bahkan biasa memasak, menyapu rumah dan halaman, sampai mencuci gayung serta ember di kamar mandi. Intinya beliau tak bisa diam.

Karena banyak bergerak di siang hari, malamnya Bapak lebih cepat tidur. Beliau nyaris tak pernah begadang sehingga bisa bangun pagi lebih cepat. Kalau soal rajinnya, tidak semua kami mewarisi. Tapi kebiasaan tidurnya menurun ke seluruh anak-anak Bapak.




Ada satu kisah yang berulang-ulang diceritakan ibuku. Kisah yang memosisikan almarhum Bapak sebagai pahlawan abadi di hatiku.

“Waktu kamu kecil,” kata Mamak. “Kamu itu kayak orang bengek. Kalau bernapas dadamu bunyi ‘ngik’. Kata orang, obatnya susu kambing segar. Tiap hari Bapakmu nyari kambing yang menyusui untuk diminta susunya. Tapi dak ketemu.

Sampai suatu hari, waktu itu hujan. Ada kambing orang lepas, Bapakmu lihat itu kambing mimiknya berisi. Jadi dia kejar kambing itu sampai jatuh-jatuh. Dia tangkap, langsung diperah susunya dan diwadahi plastik.

Waktu itu kamu masih dibedong. Bapak bawa pulang susu kambing seplastik kecil, jadinya cuma sesendok teh, dan langsung diminumkan ke anaknya. Setelah minum susu kambing itulah, sampai sekarang napasmu dak bunyi lagi.”

Jadi setiap aku kesal pada Bapak, waktu remaja dulu, kakak-kakak sering mengingatkan. “Oi, ingat! Bapak ngejar kambing untuk kau!” sambil bercanda tentunya.

Manfaat susu kambing untuk pernapasan aku pernah baca, tapi apakah memang yang langsung ambil dari sumbernya gitu?

Entah memang gara-gara susu kambing atau sugesti, terserahlah. Yang jelas kejadian itu membuktikan betapa besar sayang Bapak pada anaknya. Semoga beliau pun disayang Allah di tempatnya saat ini. Aamiin. 


(Foto merupakan dokumentasi pribadi, diambil tahun 2008. 4 tahun sebelum Bapak wafat).


0
415
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan