bekinyotAvatar border
TS
bekinyot
Radio & Cika (Love)
Ada sebuah mesin pemutar frekuensi yang tergantung pada sebuah tiang di tengah warung tuak tersebut.

Dengan dua buah speaker yang berukuran besar di kiri dan kanannya, benda tersebut dikenal dengan nama radio.

Jika ada hal yang dikatakan sebagai pemersatu bangsa, maka selain sebuah alamat website yang membuat wajah merah saat membukanya, maka benda ini juga salah satu pemersatu bangsa, terutama dengan suara khas dari penyiarnya.

Yang mengisi suara di radio bisa siapa saja, bisa artis, pendongeng, hingga masyarakat sipil, yang tentunya menyampaikan sebuah hal yang menarik dan penting untuk didengarkan oleh para pendengar.

Disaat yang bersamaan Cika sedang menonton seorang penyiar radio di sebuah website pemutar video.

Sudah banyak penyiar radio yang merangkul perkembangan teknologi, seperti yang sedang Cika saksikan ini sebutannya adalah video podcast.

Dengan properti secukupnya dalam video tersebut, dan arah pengambilan gambar yang hanya dari satu sudut, penonton akan melihat dua orang atau lebih yang berbincang dengan pembawa acara.

Sesekali mungkin penonton setia akan mendapat bonus, seperi tubuh bintang tamu yang enak dilihat dengan pakaian yang menggairahkan.

Bermodalkan pada sebuah rekomendasi di sebuah situs pemutar video, Cika memperhatikan bagaimana serunya podcast.

Diarahkannya tetikus pada video-video lainnya, dirinya terus menonton, dan menonton yang lainnya. Tanpa sadar Cika sudah menghabiskan berjam-jam waktunya di depan komputer.

Kesadarannya kembali dengan keringnya mata dan rasa sakit kepala yang tiba-tiba mengaburkan penglihatannya.

“Oke cukup” gumam Cika sambil memejamkan mata dan kepala menghadap kebawah.

Sembari mengembalikan kesadarannya dan menghilangkan sakit kepala, pikiran Cika terus berputar mencari cara untuk dapat membuat podcast sendiri, berbagai macam hal menghujam bertubi-tubi di pikirannya dengan sangat cepat, terasa begitu nyata dan membuat setiap nafasnya memompa jantung yang semakin cepat.

Sebuah mic, soundcard, kabel trs to trrs, dan bintang tamu, dengn Cika dengan cepat menyusun barang-barang yang dibutuhkannya untuk memulai meraih impiannya.

Bermodalkan sebuah laptop yang sudah dimilikinya sejak setahun lulus dari perkuliahan, dirinya mulai mencari informasi harga barang-barang yang dibutuhkan.

Setelah merampung semua daftarnya, Cika mendapatkan sejumlah nominal harga, dan berulang kali membuat dia harus menelan ludahnya sendiri.

Melihat harga yang berkali lipat dari tabungan yang dimilikinya, Cika memutar otak untuk mencari pekerjaan. Namun karena rasa tidak sabarnya, membuat Cika mencari akal agar dapat segera memulai debut podcastnya.

Cika melirik kepada ponselnya, seutas senyum tersirat di bibir, diambilnya telepon genggam tersebut lalu membuka sebuah aplikasi perekam suara yang tanpa perlu kuota internet atau bahkan menginstal lagi untuk menggunakannya.

Dengan satu tarikan nafas, dan sebuah bunyi ping sebagai penanda sudah mulai merekam, Cika membuat bumper pembukaan podcast pertamanya.


Part 2

Cika menunggu di sebuah pojokan bar tepat pukul 10 malam, dirinya sudah membuat janji dengan seorang pria yang terkenal dengan kemampuannya dalam dunia cinta.

“Silahkan menunya, jika sudah siap memesan silahkan panggil kami” seorang pelayan wanita menyodorkan menu dengan senyumnya yang samar terlihat dari cahaya kuning penerangan bar.

Cika membuka-buka menu tersebut, dirinya mendapati sebuah minuman yang menarik perhatiannya bernama ‘green garden mojito’. Bayangan minuman segar dengan warna hijau terpampang jelas di pikirannya, minuman dingin dimalam hari, kenapa tidak, pikirnya.

Lambai tangan Cika tingkat tinggi, niat memanggil pelayan, dari arah pintu masuk seorang pria juga melambaikan tangan kepadanya. Hehee, pikir Cika, sebuah kebetulan yang menarik.

‘Hai udah lama nunggu? Sorry gw udah datang dari jam 10 pas kok, cuman tadi gw di toilet bentar, terus agak bingung juga mau nyari kamunya, tadi sih maunya nelpon, cuman pas aja kamu tadi ngasih kode jadi yang untung cepet ketemunya” dengan mengambil posisi duduk pria tersebut terus bicara tanpa melihat mata Cika.

“Oh iya nggak apa kok, jadi aku panggil apa ini, Ringgo boleh?” Tanya Cika selembut mungkin seperti menjamu tamu penting ke rumahnya.

“Panggil Inggo saja, dengan penekanan di g terakhir, seperti binggo” Inggo menjelaskan dengan wajah segarnya yang terlihat seperti baru mandi.

“Oke Inggo” jawab Cika dengan semangat.

“Sudah siap pesan kak” suara pelayan yang tiba-tiba datang membuat Cika sedikit terkejut.

“Kamu harus coba Green garden mojito disini, aku pesanin ya” tanpa menunggu Cika menjawab Inggo langsung memesankan dua gelas green garden mojito, “minuman ini paling mantep disini, enggak masalah malam begini, rasanya tetep mantep, ya walaupun kalau lebih seger diminum pas siang, malam juga good lah”

Cika membalas dengan senyuman antara senang dan terkejut.

Part 3

“Jadi kita mulai dari mana?” Tanya Inggo setelah menyeruput Minumannya, dengan muka sedikit menahan asam.

“Aku bakalan mulai dengan menyapa kamu kepada para pendengar, lalu mengenalkan kamu langsung” jawab Cika dengan tangannya merapikan beberapa kertas yang sudah disiapkannya dari rumah.

“Siap” dengan nafas panjang ditarik Inggo setelahnya.

“Tiga, dua, satu, action” Cikka memberi aba-aba sambil tangannya menekan tombol record di layar handphonenya.

“Halo semua perkenalkan aku Cika dan disebelah saya sudah ada Inggo, siapa disini yang sudah mengenal Inggo, hmm kamu terkenal kan Inggo?”

Inggo membalas “jelas terkenal, bagaimana tidak, udah dapat julukan biro jodoh berjalan di kontak hp orang” jawab Inggo sambil terkekeh pelan seperti tidak dibuat buat.

“Wah jago banget dong kalau bisa punya julukan kaya gitu, boleh dong dikasih tipsnya, tapi bukan buat aku, ini buat teman-teman disini aja, kali aja ada yang perlu tips dari kamu” balas Cika dengan nadanya yang centil.

“Buat kamu juga enggak apa-apa kali, toh ilmu yang bakalan aku bagikan ini bukan ilmu yang digeneralisir untuk satu kaum, mau itu hawa atau adam, semuanya bisa, asalkan ada kemauan.”

Sejenak Cika terpana mendengar perkataan Inggo, “wedeehh, belum apa-apa udah kerasa aja energi positif dari Inggo ya, oke deh aku langsung pada pertanyaan pertama ya.”

Beberapa saat Cika terdiam, seperti memberi koma di antara mereka berdua.

Pertanyaan pertama langsung keluar dari Cika “mengapa saat kita sudah berada didekat orang yang kita suka, kita seringkali merasa gugup, dan bagaimana cara menanganinya”

Inggo seketika berpikir, dengan wajahnya yang terlihat serius itu membuat Cika terpesona beberapa saat, hingga akhirnya lamunan singkatnya harus terhentikan karena Inggo yang akan mulai menjawab pertanyaan Cika.

“Merasa gugup saat berada didekat orang yang kita suka adalah hal yang wajar, itu menandakan bahwa kita memang memiliki ketertarikan dengan orang tersebut, dan bagaimanakah kita untuk dapat mengotrol diri kita saat berada didekat yang kita sebut doi itu. Biasanya kita akan menghayal tentang kehidupannya, seperti bagaimana jika aku bisa memilikinya, apa saja yang dapat aku lakukan jika berdua dengan dirinya, bahkan tidak jarang terkadang ada pikiran apakah aku sudah cukup membuat dirinya nyaman saat aku ada didekatnya.”

“Ternyata pikiran tersebut wajar ya, hehe” jawab Cika dengan wajahnya yang sedikit memerah, seperti pikirannya baru saja di baca habis-habisan.

“Berimajinasilah saat sedang sendirian, namun konsentrasi penuh saat kamu berada di dekat doi” jawab ciko dengan enteng, lalu dilanjutkan menghisap green garden mojitonya.

“Jadi kita hanya perlu konsentrasi penuh saat berada didekat orang yang kita sukai saja” Cika mencoba mengulang dan\ menyederhanakan apa yang baru saja dirinya dengar tersebut.

“Terdengar mudah, namun tidak cukup mudah untuk dilakukan. Hal ini bisa membuat calon yang kita sukai melihat bagaimana diri kita bersikap, dan saat itu dirinya tentu juga akan mempertimbbangkan apakah kita pantas menjadi kandidat yang mumpuni dalam kategori pasangannya.”

“Waw, benar juga ya. Berarti jangan sampai kita kaya malah kelihatan kaya orang mabuk cinta gitu dong ya” tanggap Cika dengan mulutnya yang seperti membentuk huruf o.

“Oh tentu saja, walaupun sulit, namun kita harus bisa melakukannya, inilah seni mencintai, tidak ada hasil seni yang tercipta instant bukan” tanya ciko dengan alisnya yang sedikit terangkat dan diarahkan kepada Cika.

Cika yang merasa sedikit tergoda mencoba mengalihkan perhatiannya pada lembaran pertanyaan selanjutnya yang ingin ditanyakannya. “Lalu menurut Inggo sendiri bagaimanakah kita dapat menentukan Batas penantian kita terhadap masa pencarian?”

Sebuah senyum tersirat dari wajah Inggo, terlihat dirinya seperti memiliki masalah dengan pertanyaan yang baru saja Cika tanyakan tersebut. “Terkadang kita menanti entah untuk apa, mungkin ada yang
Menanti agar semesta akan membawa takdirnya, jika begitu maka jangan mengeluh jika semesta sudah memberikan jalannya.”

“Ya ya ya, aku punya teman yang kaya gitu, dianya nunggu kelamaan, terus sekalinya udah ada yang datang dianya malah nggak tertarik, terus nunggu lagi deh dia sekarang, enggak tahu dah bakalan sampai kapan itu nantinya” jawab Cika dengan sedikit emosi, terlihat dirinya pernah terlibat dalam usaha membantu temannya tersebut mencari pasangan.

Inggo sedikit merebahkan tubuhnya ke belakang seperti mencari posisi yang lebih baik, “dalam kasus ini sebenarnya ini bukan tentang seberapa lama kita bisa bersabar dan menantikan seseorang yang tepat untuk kita, namun ini semua tentang siapa yang kita nantikan”

Beberapa saat Cika termangu memikirkan kata-kata yang baru saja didengarnya, dirinya seperti terhisap pada sebuah lubang hitam besar dari dalam dirinya sendiri.

Ehhmm, Cika seperti menunjukkan tenggorokkan yang gatal.

“Eh, diminum itu, kamu nggak ada minum aku perhatiin, kalau esnya cair bisa jadi hambar lo” Inggo memecah kecanggungan yang tiba-tiba terjadi tersebut.

Inggo menyadari jawabannya barusan akan berdampak pada beberapa orang, bahkan dirinya yakin sekali jika saja ini sedang tidak melakukan rekaman pasti Cika sudah memesan alkohol dan mencurahkan masalah percintaannya.

“Jadi maksudnya jika kita memutuskan untuk menanti seseorang, maka sebaiknya itu jelas bahwa kita memang menanti seorang yang pantas untuk ditunggu?” Tanya Cika dengan suaranya yang berusaha agar tidak terdengar goyah.

“Tepat sekali, maka kita dapat fokus pada kehidupan dan perkembangan diri kita, bukannya menjadi seorang yang suatu ketika dan kapan saja bisa mencintai seorang yang kita tidak tahu bagaimana asal usul hidupnya”

Cika menggelengkan kepalanya dengan sebuah senyuman tersirat tipis di bibirnya, dia merasa ada sesuatu yang menghujam tepat pada hatinya, dan kembali dirinya meletakan fokusnya kepada lembaran-lembaran pertanyaannya. Dirinya bersyukur bahwa lembaran ini sudah menyelamatkannya dari keinginannya curhat kepada Inggo.

“Namun apakah mungkin jika suatu saat seseorang bisa saja menghentikan penantiannya kepada kita?”

Inggo langsung memajukan tubuhnya kembali dan sambil memegang sedotan dirinya bicara “tentu saja, karena kembali kepada hukum alam, dunia ini adalah misteri, dan yang bisa kita lakukan agar pantas untuk selalu ditunggu adalah menghargai diri kita sendiri, karena dengan begitu orang-orang dan seseorang yang entah siapa itu yang sedang menunggu kita, akan setia dan terus berusaha memantaskan dirinya agar dapat bersanding pada saat waktunya.”

Koma itu kembali terasa diantara mereka berdua, dan kembali Inggo yang berusaha untuk mengembalikan kesadaran naratornya dengan meminum minumannya, sambil sesekali menggerakan gelasnya agar terdengar suara es batu yang beradu dengan gelas kaca tersebut.

“Ok, baik seru sekali tips dan saran dari Inggo, dan untuk sesi kali ini kita cut sampai dini ya, terimakasih Inggo sudah berkenan menjadi bintang tamu disini.”

“Iya sama-sama” jawab Inggo yang lega karena dirinya tidak perlu usaha tambahan mengembalikan kesadaran Cika.

“Buat teman-teman yang punya kritik dan saran untuk kedepannya, silahkan tuliskan di kolom komentar ya, sampai jumpa”.

Dan Cika menekan tanda stop pada alat perekam di hpnya, lalu mereka berdua memanggil pelayan dan memesan makan malam yang dihabiskan dengan membicarakan tentang asal usul keduanya.

Pembicaraan yang dominan diambil alih oleh Inggo tersebut membuat Cika dapat sejenak menenangkan pikirannya dari beban percintaan yang tiba-tiba mengganggu dalam pikirannya.

Setelah habis dan mereka berdua bersiap untuk berpisah, di tepi jalan Inggo yang sudah berada di dalam mobil sedannya melambaikan tangan dan Cika membalas juga dengan sebuah senyuman.

Saat sudah berpisah Cika merasakan ada suatu kelegaan dalam hatinya, dan dirinya melangkahkan kaki menuju apartemennya.


0
352
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan