iluvtariAvatar border
TS
iluvtari
2 Permainan Khas Ramadan, Sayangnya Sudah Punah



Ramadan selalu datang bersama nostalgia tahun-tahun sebelumnya, yang paling utama adalah kenangan masa kecil yang kadang membuat kita menangis haru.

Aku tinggal di Jambi, kota kecil yang rata-rata warganya adalah pendatang. Bisa dibilang, nyaris tak ada kekhasan Ramadan milik kampung kami yang bisa disebut tradisi Jambi. Sebab semua kegiatan, permainan dsb, adalah bawaan orang-orang tua kami dari kampung mereka.

Ada sumputan, sejenis permainan petak umpet, yang ternyata kata “sumputan” itu sendiri berasal dari bahasa Sunda. Sementara suku asli Jambi adalah Melayu. Ada gotri ala gotri yang ternyata milik Jawa Tengah. Ditambah tradisi lain-lain yang standar nasional saja. Ada di mana-mana tanpa kekhasan berarti.

Tapi ada permainan yang pada masaku dulu hanya dimainkan saat Ramadan. Sayangnya permainan ini tidak ada lagi sekarang. Sayang atau bagus ya? Sebab permainannya lumayan berisiko.


Bermain Mercon Kayu dan Busi Bekas

Ramadan adalah bulan petasan, hampir semua orang Indonesia setuju. Sebab mendekati bulan Ramadan biasanya ramai anak-anak bermain petasan.

Kalau di tempat lain anak-anak biasa membuat petasan atau mercon dari bambu, di daerahku kami memanfaatkan kayu sisa bangunan dan atau busi mobil bekas. Sebab bambu, apalagi ukuran besar, sulit ditemukan. Seumur hidup bahkan aku belum pernah melihat pohon bambu ukuran besar di Kota Jambi.

Mercon kayu biasanya dimainkan saat sore menjelang berbuka. Caranya kelewat simpel. Hanya bermodal paku tumpul, kayu berlubang, dan korek api.

Lubang pada kayu diisi belerang dari kepala korek api yang diserut, lalu tutup menggunakan potongan kecil kertas belerang dari pinggiran kotak korek api. Kemudian letakkan paku di atasnya tanpa ditekan. Setelah siap, gunakan kayu lain untuk memukul paku tersebut, suara ledakannya lumayan.

Sedangkan mercon busi, biasa dimainkan siang hari atau pagi setelah pulang maraton habis salat Subuh. Sebab busi yang sudah diberi ekor dari tali plastik harus dilempar ke atas jalanan aspal atau tembok, jadi tidak bisa dimainkan malam maupun sore yang ramai.

Busi mobil bekas biasanya kami temukan di pinggir-pinggir jalan atau meminta pada pemilik bengkel. Besi kecil yang menutup lubang dipotong menggunakan tang, kemudian lubang diisi dengan belerang seperti pada mercon kayu.

Kalau mercon kayu jodohnya paku tumpul, busi bekas membutuhkan baut hexagonal yang diikat menggunakan karet ban. Ledakan mercon ini biasanya lebih keras daripada mercon kayu. Tapi jarang ada orang yang marah lebay karena paham itu adalah permainan khas bulan puasa. Di luar Ramadan, tidak akan ada yang memainkannya.


Lilin dalam Batok

Permainan ini umumnya dilakukan oleh anak perempuan. Setiap Ramadan, warung-warung di sekitar rumah akan menjual lilin kecil warna-warni yang mungkin biasa dipakai untuk kue ulang tahun.

Setelah salat tarawih, ketika orang tua (kalau aku sih kakak-kakak, karena selisih umur kami yang jauh) sedang tadarus di masjid, aku dan teman-teman bermain lilin menggunakan batok kelapa.

Caranya, lilin dinyalakan lalu diletakkan pada sisi dalam batok kelapa yang sudah dibersihkan. Bukan di bagian dasar, sebab batok tersebut akan digunakan sebagai senter untuk menerangi jalan di depan kami.

Konon, pada masa orang-orang tua kami, mereka bermain dengan obor. Jadi kami memodifikasi sedikit. Gak kreatif kreatif amat, tapi lumayanlah untuk memeriahkan #RamadanBerkah.

Dengan senter batok yang terangnya sayup-sayup, anak-anak perempuan berkeliling kampung sambil ngobrol apa saja. Nantinya, ketika orang tua sudah keluar dari langgar, kami akan berpapasan lalu membubarkan diri.


Sayang, permainan itu sudah punah sama sekali, baik di rumah orang tua maupun di rumahku sekarang. Jangankan membuat mercon atau senter sendiri, anak-anak keluar malam pun sudah jarang. Kejahatan ada di mana-mana.

Apalagi dalam suasana pandemi, kumpul-kumpul berisiko tinggi. Alih-alih main lilin keliling kampung, tadarus pun sudah tak ada. Setelah tarawih, masjid kami hening. Yang khas Ramadansaat ini adalah tradisi belanja. Saat awal dan akhir Ramadan, antrean mengular di mana-mana. Itu bukan permainan, tapi tradisi juga kan?

sumber gambar:
busi
lilin
pasar


0
303
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan