Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tribunnews.comAvatar border
TS
MOD
tribunnews.com
Sejarah Sambungmacan Sragen : Berkaitan dengan Masa Penjajahan Belanda
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari


TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Di Kabupaten Sragen terdapat nama sebuah desa dan kecamatan yang terkenal akan keunikannya.

Ya, di sudut timur Kabupaten berjuluk Bumi Sukowati itu terdapat sebuah kecamatan bernama Sambungmacan.

Mungkin kebanyakan berfikir makna dari Sambungmacan ialah harimau yang disambungkan, karena sambung berarti menyambung dan macan berarti harimau.

Namun, ternyata terdapat sejarah panjang tentang penamaan Sambungmacan tersebut.

Salah satu pelaku seni dan budaya Kabupaten Sragen, yang juga merupakan dalang tertua di Kabupaten Sragen, Karno KD pernah meneliti asal-usul nama Sambungmacan.

Keterangan asal-usul nama Sambungmacan, Karno KD peroleh dari para tetua yang merupakan penduduk asli.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Disebut Akan Jadi Endemi, Bupati Yuni : Sragen Daerah Paling Siap Hadapi Status Itu

Menurutnya sejarah Sambungmacan berawal dari sebuah dukuh Butuh, Desa Banaran, Kecamatan Sambungmacan.

Cerita berawal dari Pangeran Mangkubumi atau kelak bergelar Sri Sultan Hamengkubuwana I sedang berhadapan dengan penjajah Belanda di Bumi Sukowati atau kini disebut sebagai pemerintah Kabupaten Sragen.

Pangeran Mangkubumi yang hendak melawan Belanda, memiliki panglima perang, yakni Gusti Pangeran Jatikusumo.



Waktu itu Gusti Pangeran Jatikusumo diperintahkan untuk mencari pemuda, yang gagah perkasa untuk membantu menumpas para penjajah Belanda.

Akhirnya, Gusti Pangeran Jatikusumo mempercayakan pemilihan prajurit perang kepada Ki Ageng Butuh, yang waktu itu sudah terkenal sebagai "orang pandai".

Baca juga: Banyak Lubang di Jalan Raya Sukowati Sragen, Bupati : Masih Hujan, Kalau Diperbaiki Sekarang Percuma

Baca juga: Pupus Harapan Warga di Sragen, Tak Jadi Dapat Minyak Goreng Murah karena Pemerintah Cabut Aturan HET

"Jaman itu, Pangeran Mangkubumi meminta untuk dicarikan pemuda yang bisa diajukan untuk ikut perang, badannya harus memenuhi syarat," ujarnya kepada TribunSolo.com, Minggu (20/3/2022).

"Akhirnya Gusti Pangeran Jatikusumo mempercayakan perintah tersebut kepada Ki Ageng Butuh, yang kemudian diajukan salah satu anaknya, yang bernama Joko Sambung," tambahnya.
Joko Sambung memiliki kekuatan yang tidak terkalahkan oleh siapapun waktu itu.

Kemudian, para pemuda yang telah dikumpulkan tersebut, termasuk Joko Sambung ditempa dan di gladi perang untuk mengikuti perang melawan penjajah Belanda di Surakarta.

Bersamaan dengan itu, di Kabupaten Sragen terdapat seseorang yang suka berbuat onar dan kerusuhan bernama Suro Macan.

"Posisi Ki Ageng Butuh berada di barat sungai, dan di timur sungai ada orang yang suka bikin rusuh, penggedor, pemimpinnya namanya Suro Macan," jelasnya.

"Suro Macan dan anak buahnya setiap hari suka membuat rusuh, menjarah ditempat hajatan, merudapaksa wanita, dan lain-lain," tambahnya.

Karena semakin meresahkan, Joko Sambung diminta untuk menyelesaikan permasalahan yang diakibatkan oleh Suro Macan.

Joko Sambung datang dengan prajurit yang banyak langsung mendatangi markas Suro Macan dan akhirnya banyak anak buah Suro Macan yang tertangkap.

"Akhirnya anak buahnya laporan ke Suro Macan, dan langsung menyerbu ke tempat Ki Ageng Butuh," singkatnya.

Dari situlah perang dimulai, yang mempertemukan pasukan Suro Macan sang penggedor dengan Joko Sambung yang sudah dilatih perang.

"Satu persatu prajurit kedua pasukan tumbang, akhirnya tinggal Suro Macan dan Joko Sambung, satu lawan satu, selama perang nggak ada yang kalah, sama-sama besar kekuatannya," papar Karno KD.

Karena tidak ada yang kalah, Gusti Pangeran Jatikusumo berfikir jika kedua mati akan sangat disayangkan.

"Keduanya bisa untuk dijadikan sebagai alat perang, akhirnya Gusti Pangeran Jatikusumo memisahkan keduanya, Suro Macan awalnya nggak mau ngalah," jelasnya.

"Awalnya diberi banyak nasehat, tapi belum mau berhenti, akhirnya Gusti Pangeran Jatikusumo menodongkan pistol, apabila tidak menurut akan ditembaki," imbuhnya.

Baca juga: Rekomendasi Ayam Goreng Enak di Sragen, RM Roso Joyo Sragen Langganan Wisatawan: Sejak Tahun 1996

Dari ancaman itulah akhirnya Suro Macan mau mengalah, dan kemudian patuh dan tunduk kepada Gusti Pangeran Jatikusumo.

"Anak buahmu yang masih hidup akan saya latih untuk melawan penjajah Belanda di Kartasura, pasukannya kalian pimpin berdua," kata Karno KD menirukan ucapan Pangeran Jatikusumo.

"Disini nanti namakan Sambungmacan saat perkembangan jaman nanti, akhirnya nama Sambungmacan masih dipakai hingga saat ini," terangnya.

Karno KD mencoba mengklarifikasi cerita tersebut kepada salah satu petugas dari Dinas Penerangan Kabupaten Sragen, dan ceritanya dibenarkan.

Kini, wilayah Kecamatan Sambungmacan termasuk salah satu daerah yang cukup maju, karena dilewati Jalan Nasional yang menghubungkan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Tak hanya itu, kini Pemkab Sragen juga berencana untuk membuat Kecamatan Sambungmacan sebagai kota mandiri. (TribunSolo.com)


0
714
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan