mangdana1984Avatar border
TS
mangdana1984
KALAU ABANG BLOKIR AKU DI FACEBOOK, AKU BLOKIR ABANG DI RANJANG
“Kalau Abang blokir aku di Facebook, kublokir Abang di ranjang.”

Perkataan istriku itu sungguh membuatku merasa loyo, semangatku serasa berkurang. Tak kusangka blokir Facebook ini dia balas dengan blokir ranjang. Duh, aku harus bagaimana?

Namaku Mamat, lengkapnya Rahmat Hidayah. Bekerja di salah satu BUMN yang bergerak di bidang perminyakan.

Di usia tiga puluh tahun, aku sudah jadi ayah dari dua orang anak. Punya jabatan lumayan.

Salah satu hobbyku memang main Facebook, Instagram, dan aplikasi dumay lainnya. Dari semua aplikasi itu, di aplikasi biru ini aku seperti mendapat hiburan yang menurutku cukup bermutu. Ketika teman yang lain hiburannya ke kafe, diskotek, aku cukup dengan main HP.

Aku sungguh beruntung punya istri soleha seperti Aisyah. Aisyah adalah istri pilihan ibuku, dia tamatan pesantren, tak begitu suka dengan dunia maya.  Sehingga aku bebas ber-Facebook ria tanpa ada yang mengatur, tak ada yang cemburu.

Tapi semua itu berakhir karena Lana, adikku satu-satunya itu memang teramat sayang sama kakaknya. Cerita suami diambil pelakor lewat dumay telah jadi doktrin dalam otaknya.

Bermula ketika ada komentar genit dari salah satu wanita. Lana langsung mengancam akan memberitahu kepada kakaknya.

Komentar itu sebenarnya hanya sepele, yang tidak biasa adalah orang yang komentar tersebut. Dia mantanku waktu SMA dulu.

(Hati-hati, Bang. CLBK, lupakan mantan, tak perlu temanan di Facebook)

Begitu pesan Lana lewat WA.

(Tenang saja, tak usah kau ajari ikan berenang)  balasku.

(Awas, kubilang nanti sama Kak Aisyah)

(Silakan ....)

Aku cuek saja karena kutahu istri tak bermedsos. HP android memang sudah kubelikan untuknya, tapi dia tak pernah tertarik dengan yang namanya Facebook.

Akan tetapi aku terkejut ketika ada permintaan pertemanan dari istri, nama akunnya pun mencolok “Aisyah isterinya Mamat” Akun apaan itu? Ini pasti kerjaan adikku yang paranoid itu. Tentu saja tak kukonfirmasi. Akunnya itu terlalu mencolok, cewek-cewek penggemarku akan menjauh.

(Lan, gak usah ko ajari kakakmu yang ini nggak-nggak ya,)  pesanku pada Lana lewat Messenger.

(Yang nggak-nggak macam mana?)

(Ngapain kau ajari dia main Facebook, gak suka kau ya abangmu ini tenang)

(Justru karena aku ingin Abang dan Kakak baik-baik saja,)

(kami baik-baik saja koq selama ini, kau aja yang terlalu paranoid)

(Abang lihat tu si Sari, suaminya kimpoi lagi gara-gara Facebook, Abang lihat juga si Nora, suaminya selingkuh di dumay)

    (Ahhh... banyak kali ceritamu)

(Iya, Bang, ini kulakukan demi kebaikan Abang, nanti Abang tergelincir, Abang juga yang susah)

(Monyet tak akan pernah tergelincir manjat kelapa)

(Ooo, berarti Abang monyet?)

(Udah, ah)

Begitu istri main Facebook ketenanganku terasa terusik, bagaimana tidak terusik, istriku orangnya serius dia menganggap semua yang di Facebook itu betul. Setiap orang yang komentar di statusku ditanyainya siapa, aku jadi malu.

Istriku mengajak debat orang yang kecentilan, membalas setiap komentar cewek di statusku. Memang istriku ini belum dewasa di dunia per-Facebook-an. Dia belum matang di dunia maya yang penuh tipu daya. Tak ada lagi pilihan, mungkin ini jalan terbaik. Aku memblokir akunnya.

Sikapnya sungguh di luar dugaan, dia marah besar, dia memblokirku di ranjang. Aku jadi uring-uringan, jatah yang biasa sekali dua hari tak lagi kudapatkan. Dia cukup serius dengan blokiran ini. Dia bahkan tidur dengan memakai celana jeans lengkap dengan ikat pinggangnya.

Aku tak boleh kalah, aku harus menjaga wibawa sebagai suami.

Hari demi hari berlalu, blokir Facebook tak kubuka juga, aku ingin melihat sampai di mana istri tahan. Akan tetapi, istri tetap keukeuh dengan blokirannya, tidur dengan memakai celana jeans seperti sudah jadi kebiasaannya.

Aku harus melancarkan jurus baru.

Sore itu, sengaja kusembunyikan semua celana jeansnya. Dia memang hanya punya tiga celana jeans, kusimpan semua di atas loteng. Ketika malam hari tiba, dia kelimpungan mencari celana jeansnya aku pura-pura tidak tahu. Pura-pura sibuk menonton televisi.

Alhasil dia tidur dengan daster kebanggaannya, daster tipis warna merah itu kesukaanku. Setelah anak-anak tidur kudekati dia ke kamar.

“Dek...!” kataku sambil menggoyang- goyang bahunya.

“Maaf, Bang, blokir ranjang belum dibuka,” katanya tanpa menoleh.

“Jangan gitulah, Dek, Adek tak cocok berFacebook, Facebook itu penuh kepalsuan, kita berteman di dunia nyata saja ya, dunia nyata ini lebih indah.” Aku coba melancarkan rayuan Pulau Kelapa.

“Tidak, Bang, aku juga ingin melihat Abang di Facebook, bukan cuma boleh dilihat cewek-cewek genit itu.”

“Dunia maya itu tak sepenuhnya benar, Dek. Misalnya ada yang komentar ‘Cemburu diriku’ gitu, bukan berarti betul dia itu cemburu, itu hanya candaan,”

“Jadi, kenapa tak boleh kulihat? tentu karena Abang menyembunyikan sesuatu.”

“Bukan begitu, Dek, Adek itu cepat baperan, orang baperan tidak cocok main Facebook.”

“Pokoknya tidak, Bang, selama akun Facebookku masih diblokir, ranjang ini tetap diblokir juga.

Duh ... keras hati juga istriku ini, paksa kukeluarkan jurus terakhir. Jurus ini biasanya selalu manjur. Bawa dalil agama.

“Ingat hadis Nabi, Dek, menolak suami tanpa alasan yang jelas akan dikutuk malaikat sampai pagi. Memangnya Adek mau dikutuk malaikat?”

Dia diam agak lama, harap-harap cemas aku menunggu reaksinya. Kemudian dia membalikkan tubuh dan matanya melihat tajam ke arahku.

“Gak usah bawa-bawa hadist, Bang, pokoknya selama akun Facebookku belum dibuka blokirnya. Abang tetap diblokir di ranjang,”  kata istri dengan mata melotot.

Aku masih punya jurus cadangan, akan tetapi jurus ini bisa berakibat aku tambah berdosa. Akan tetapi, istri tetap keras kepala. Terpaksa kukeluarkan saat ini juga.

“Ok, baik, baik, kalau itu memang mau Adek, kalau ranjang diblokir, terpaksa jatah bulanan kublokir.” Aku menjawab dengan nada tegas.

Istriku nampak terkejut dengan perkataanmu, untuk sesaat dia terdiam. Akan tetapi ....

“Oke, Bang, gak apa-apa, Paling juga anakmu yang gak makan nanti.”  Istriku membalik badan, kembali memunggungiku.

Habis sudah jurusku, tak ada lagi yang tersisa. Aku tak boleh kalah. Jurus ini harus berhasil, hari gajian akan tiba dua hari lagi. Dia pasti akan kelimpungan kalau tak kukasih uang gajian. Karena selama ini dialah yang mengelola seluruh gajiku.


Mau baca sampai tamat? cari saja di channel YooooouTuuube MANG DANA TUKANG BUKU



bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
445
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan