Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Penghuni Toilet – KUNCEN


Di sekolahku ada sebuah pantangan yang tak boleh dilanggar siapa pun. Siapa pun yang menggunakan toilet di dekat gerbang tak boleh berada di dalam lebih dari satu menit. Barang siapa yang melanggar pantangan itu akan disapa oleh sang “Penghuni Toilet.”

Tak ada yang tahu pasti siapa yang dimaksud Penghuni Toilet. Konon orang-orang yang pernah bertemu dengannya terlalu takut untuk mengigat kembali kejadian itu. Beberapa orang pernah menggunakan toilet itu sebagai tempat adu nyali, tetapi pihak sekolah akhirnya melarang kegiatan tersebut setelah beberapa murid menjadi gila tanpa sebab yang jelas.

Anehnya, toilet itu terus dipertahankan walau terkenal sebagai tempat yang angker. Beberapa orang mencoba untuk merubuhkannya, tetapi ada saja fenomena aneh yang menghalangi rencana itu. Pak Somad, contohnya. Saat masih menjabat sebagai kepala sekolah beliau pernah memerintahkan agar toilet itu disingkirkan, tetapi keesokan harinya skandal korupsi yang dia lakukan terkuak ke media dan dia harus berakhir di jeruji besi.

Bu Sofia yang merupakan guru BK juga pernah berniat merobohkan toilet itu. Dia dan beberapa kuli sewaan bahkan sudah mempersiapkan peralatan untuk merobohkannya, tetapi mendadak saja Bu Sofia mendapat kabar bahwa anaknya kecelakaan. Bukan hanya Bu Sofia, seluruh kuli yang sudah bersiap dengan palu beton di tangan mendadak saja mendapat kabar yang serupa.

Sejak saat itu toilet itu pun dipercaya membawa nasib sial. Tak ada yang berani mengusiknya, tak ada juga yang berani dekat-dekat dengannya. Toilet itu terus berdiri sebagai bagian dari sekolah, tapi semua orang mencoba mengabaikannya.

Sejak pertama mendaftar ke sekolah ini aku sudah tertarik pada toilet itu. Namun, sapa seperti yang lain, aku mencoba mengabaikannya. Toilet itu terlihat kumuh dan suram karena nyaris tidak pernah digunakan. Ilalang liar juga tumbuh subur. Mungkin pihak sekolah berharap alam akan merubuhkan toilet itu.

Kehidupan sekolahku tak bisa disebut baik. Aku bukanlah anak yang mudah bergaul. Tubuhku yang gemuk dan suaraku yang pelan membuatku kerap menjadi korban bully. Awalnya cuma kejahilan ringan seperti nama ejekan, tapi seiring waktu menjadi semakin parah sampai melibatkan kekerasan.

Ada masanya di mana aku suka menyendiri dan bersembunyi dari mata para pembully. Tentunya toilet merupakan tempat yang sempurna untuk itu. Suatu hari aku sedang berlari dari para pembullyku karena mereka punya “rencana besar” memaksaku memakan belalang goreng. Sialnya, semua toilet sedang penuh, bahkan toilet guru juga. Satu-satunya yang tidak terpakai hanyalah toilet angker itu.

Tak ada banyak waktu, mereka sedang mencariku ke seluruh sekolah. Dibandingkan hantu yang tak jelas wujudnya, aku lebih takut pada iblis-iblis berkulit manusia ini.
Dan tanpa pikir panjang, aku pun memasuki toilet itu.

Toilet itu gelap dan bau. Kondisinya sama seperti bangunan terbengkalai dengan seberkas sinar masuk melalui lubang di atap. Jika tak tahu apa-apa aku pasti akan mengira itu cuma toilet tua biasa. Namun, siapa pun yang masuk ke dalam harus keluar dalam waktu satu menit. Jika tidak, Penghuni Toilet akan menyapamu.

Aku tak terlalu percaya pada hal mistis, tapi nyatanya saat ini jantungku berdetak tak beraturan. Tanpa kusadari nafasku mulai memberat dan keringat dingin membasahi bagian belakang leher. Mungkin aku memang harus meninggalkan tempat ini, tetapi di luar aku masih bisa mendengar suara mereka mencari-cariku. Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kulakukan?

“Hei.”

Bisikan itu membuat seluruh darahku membeku. Suara rendah yang amat dingin itu bukanlah sesuatu yang bisa dimiliki manusia. Jika bukan manusia, itu berarti ….

“Mati sendiri atau mati bersama, mana yang lebih baik?”

Aku tak mengerti pertanyaannya. Aku bahkan tak berani berbalik untuk sekedar melihat sosoknya. Yang bisa kulakukan hanya berdiri mematung. Aku bahkan tak berani untuk bernapas.

“Kau ketakutan. Bukan padaku, tapi pada sesama manusia. Menarik, sangat menarik. Di dunia ini yang paling menakutkan memang bukan setan maupun iblis, tapi manusia itu sendiri.”

Sensasi dingin di belakang kepalaku memberitahu bahwa ‘dia’ tengah menyentuhku. Apakah dia punya tangan? Aku tetap tak berani menoleh untuk melihatnya.

“Kau menarik. Kurasa aku akan memberimu satu kesempatan. Sekarang ada dua pilihan yang bisa kau ambil. Pertama, aku akan menghantuimu seumur hidup sampai kau jadi gila. Atau yang kedua, aku akan membunuh semua orang yang mengganggumu, tapi aku juga akan membunuh kedua orangtuamu. Mana yang kau pilih?”

Entah mengapa sedikit kehangatan mulai mengalir ke otak dan membuatku bisa berpikir. Pilihan pertama jelas cuma merugikanku, tapi pilihan kedua juga akan menjadikanku seorang yatim piatu. Keduanya sama-sama pilihan buruk. Namun … namun ….

“Yang kedua.”

Dan ‘dia’ tertawa.

“Kau lihat kan? Yang paling jahat di antara yang jahat memang manusia.”

Dan kemudian suara teriakan keras terdengar dari luar. Mendadak saja aku bisa merasakan kembali kakiku dan tanpa basa-basi aku langsung berlari ke luar.

Suara teriakan itu berasal dari ruang kelas dan di sana aku melihat orang-orang yang biasa membullyku terbujur kaku di lantai dengan bibir biru dan mata melotot. Mereka semua mati secara mendadak dan penyebab kematian adalah racun pada belalang goreng yang tadi nyaris terpaksa kumakan.

Kejadian itu membuat sekolah gempar dan murid-murid dipulangkan lebih cepat. Saat aku kembali ke rumah, aku mendapati kedua orangtuaku sudah menjadi mayat. Para tetangga bilang mereka sedang berjalan di trotoar saat sebuah mobil tiba-tiba menabrak keduanya dan kabur begitu saja.

Anehnya, aku sama sekali tidak merasakan apa pun. Atau, mungkin ketakutan dalam diriku sudah menutupi emosi-emosi lain. Apa yang melintas di kepalaku hanyalah kata-kata dari si Penghuni Toilet.

Jahat … ya, aku jahat. Aku sama sekali tidak menyayangi orangtuaku. Sejak saat mereka tak peduli pada semua keluhanku tentang bully aku tak lagi menyayangi mereka. Mungkin masih ada sedikit rasa peduli untuk mereka, tapi kebencianku pada para pembully itu lebih besar daripada sedikit kepedulian itu. Kematian mereka berdua hanyalah bayaran kecil jika dibandingkan kehidupan sekolah bebas yang sudah menungguku esok hari.

Hahahaha! Aku tertawa sampai gila. Penghuni Toilet itu memang membawa nasib sial, tapi aku beruntung karena bisa mengalihkan nasib sial itu ke orang lain. Aku bersyukur telah memilih memasuki toilet itu.

Dia memang benar. Manusia jauh lebih menakutkan daripada setan.
sinianAvatar border
kakiku1Avatar border
namakuveAvatar border
namakuve dan 6 lainnya memberi reputasi
7
264
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan