mangdana1984Avatar border
TS
mangdana1984
MEMILIH JALAN SENDIRI
MEMILIH JALAN SENDIRI
.
"Ma, aku pergi dulu. Astrid bilang perutnya sakit," ucap Ryan pada Niken, istrinya. Lelaki itu langsung bangkit berdiri, meninggalkan meja makan. Sesaat setelah menerima telepon. Bahkan, makanan di piringnya masih utuh belum tersentuh.
.
"Ceraikan aku, Mas!" ucap Niken dengan lantang.
.
Ucapan Niken menghentikan langkah Ryan. Dia yang sudah memegang handle pintu menoleh pada istrinya itu. Niken berdiri menatapnya dengan tatapan tajam. Tidak ada lagi tatapan sendu penuh damba seperti yang selama ini dia lihat.
.
"Jangan bercanda soal perceraian. Sampai kapanpun kita tidak akan bercerai," jawab Ryan.
.
"Kalau begitu biar aku yang menggugat cerai di pengadilan. Aku akan mengajukan khulu. Sepertinya pengadilan tidak akan menolak gugatanku. Setahun ini sudah cukup dijadikan alasan untuk menggugat cerai!"Niken bicara dengan tenang. Jika dulu dia selalu sopan dan tunduk pada suaminya. Maka mulai hari ini, perempuan itu berhenti melakukannya.
.
"Ma ...!" Ryan melangkah mendekati istrinya.
.
"Jangan kekanak-kanakan seperti ini. Astrid sedang membutuhkanku. Aku harap kamu mengerti," ucap Ryan.
.
Niken tertawa mendengar ucapan suaminya. Tawa bercampur dengan air mata yang mulai menetes di pipinya.
.
"Kamu bilang aku kekanak-kanakan? Kamu bilang Astrid membutuhkanmu? Apa kamu pikir aku tidak membutuhkanmu? Apa kamu kira Safa, putrimu itu tidak membutuhkanmu? Apa cuma Astrid yang ada di kepalamu?" teriak Niken meluapkan isi hatinya yang sudah lama dia pendam.
.
"Sejak kamu menikahi perempuan itu, tidak pernah lagi peduli pada kami. Dalam seminggu hanya sehari kamu datang menemuiku, itupun pergi lagi jika istri mudamu itu menghubungimu." Niken melanjutkan ucapannya.
.
Dering ponsel milik Ryan menghentikan perdebatan mereka. Wajah Ryan tampak bimbang antara mengangkat telepon itu atau tidak. Dia menatap Niken yang juga sedang melihatnya. Tanpa perlu bertanya, Niken tahu siapa yang menelpon suaminya itu. Siapa lagi kalau bukan madu pahit yang dihadirkan Ryan di pernikahan mereka.
.
"Kenapa tidak diangkat? Angkat saja, jangan sampai istri kesayanganmu itu marah. Bukankah kamu paling tidak bisa melihatnya marah. Silahkan pergi menemuinya. Aku pastikan saat kamu kembali ke rumah ini, status kita bukan lagi suami istri," ucap Niken seraya melangkah pergi meninggalkan Ryan. Perempuan itu menuju kamarnya.
.
Niken menghapus air matanya. Dia mendekati putri kecilnya yang sudah tertidur. Bocah dua tahun itu tertidur setelah capek menunggu ayahnya datang. Setiap hari Niken harus mencari alasan saat putrinya menanyakan ayahnya yang jarang datang menemuinya. Tadi saat Ryan datang, Safa baru saja tertidur setelah lelah menangis. Sang Ayah berjanji sebelum Magrib datang. Namun, sampai hampir jam delapan malam belum kelihatan. Ryan tiba tepat di pukul delapan lebih sepuluh menit. Seperti biasa, Niken menawarinya makan. Namun, baru dua suap, lelaki itu sudah mendapat telepon yang membuatnya langsung ingin pergi. Niken menghela napas, merasakan sesak yang tiba-tiba datang mengingat apa yang barusan terjadi. Sebenarnya bukan cuma hari ini. Setahun belakangan, perempuan itu sudah terbiasa mendapatkan perlakuan macam ini dari suaminya itu.
.
"Ma, ijinkan aku menikah lagi," ucap Ryan setahun lalu. Dada Niken bagai dihantam godam mendengar ucapan suaminya itu. Lelaki yang baru menikahinya selama lima tahun itu, tiba-tiba mengatakan ingin menikah lagi.
.
Niken terus berusaha introspeksi diri. Apa kekurangannya? Hingga di usia pernikahan yang baru lima tahun, suaminya ingin menikah lagi. Cantik, banyak yang bilang dirinya cantik. Anak, dia bisa punya anak meskipun agak terlambat. Di usia pernikahan yang ketiga, dia baru bisa hamil. Pelayanan ranjang, kapan pun suaminya minta, dia tidak pernah menolaknya. Ternyata bukan dia yang punya kekurangan, tapi suaminya yang tidak bisa bersyukur memilikinya. Lelaki yang tidak bisa menundukkan pandangan, di matanya anjing jalanan akan terlihat lebih cantik dan menarik dari istrinya di rumah.
.
"Aku janji akan berlaku adil pada kalian. Ijinkan aku menikahi Astrid. Aku tidak ingin terjebak zina, Ma," rengek Ryan waktu itu.
.
"Lelaki boleh punya istri lebih dari satu. Terpenting dia bisa adil dan mencukupi kebutuhanmu," ucap Ibu mertuanya yang menambah lukanya. Kiranya semua orangtua itu sama. Tetap akan membela anaknya sendiri, salah atau benar.
.
Meskipun berat, akhirnya Niken mengijinkan suaminya menikah lagi. Dengan harapan suaminya itu memenuhi janjinya untuk bisa bersikap adil. Nyatanya janji hanya sekedar janji. Bukan untuk ditepati seperti yang diucapkan suaminya itu.
.
Sejak menikah lagi, Ryan lebih sering menghabiskan waktu bersama istri mudanya. Mendatangi Niken hanya seminggu sekali. Itupun akan langsung pergi jika sang istri muda menghubunginya.
.
Suara mobil suaminya yang terdengar menjauh dari halaman rumahnya, menyadarkan Niken akan posisinya. Dia tidak lagi berharga bagi suaminya itu. Niken menghapus air matanya. Dia mengambil koper dari atas lemari, lalu memasukkan semua pakaiannya dan pakaian putrinya.
.
"Aku menyerah, Mas," gumam Niken sambil mendekap dua buku nikah yang baru diambilnya dari dalam lemari.
.
Niken memilih mundur, dari pada hatinya semakin hancur lebur. Cukup setahun dia bertahan dalam pernikahan poligami yang nyatanya hanya mengedepankan syahwat, bukan tanggung jawab akhirat.
.
***

.
Novel karya Anna Diana ini bisa teman baca di PlayStore
.
Diubah oleh mangdana1984 04-10-2023 09:13
0
27
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan