Menyelam di Keheningan Puisi-Puisi Umi Kulsum dalam Silsilah Keramat



Judul buku: Silsilah Keramat
Pengarang: Umi Kulsum
Cetakan: Pertama , November 2022
Tebal buku: 94 halaman, 14 x 21 cm
Penerbit: Interlude, Yogyakarta
ISBN: 978-623-6470-79-4

Sudah tak diragukan lagi kepiawaian Umi Kulsum dalam mengolah diksi menjadi puisi. Beliau ini seorang ASN, pendidik guru bahasa Indonesia yang kembali menelorkan buku Silsilah Keramat. Sebuah buku antologi puisi yang kembali meraih sebagai nominasi 5 buku puisi terbaik dalam sayembara buku di Hari Puisi Indonesia 2023.

Di dalam antologi Silsilah Keramat ini kita akan disuguhi 91 judul puisi. Tentunya dari sekian banyak judul yang disuguhkan memiliki kekeramatan dan kesakralan tersendiri dari bait-bait yang tersaji saat menyelaminya. Ada satu judul puisi yang cukup mengusik batin saat aku membaca, yang judulnya yakni Nasihat Bergunjing.

"Jangan sembarangan bergunjing," nasihat ibu pada suatu siang di hari libur panjang sekolah.

Nasihat seorang ibu mirip pancuran bambu
yang bening mengalir tak henti-henti
dari waktu ke waktu
mengguyur ke telingaku

Jika sedang duduk bertiga
tak boleh berbisik-bisik berdua
yang satu pasti terluka
jangan mengerdip atau tertawa rahasia

Ada pesan moral yang dapat ditangkap dari nukilan puisi di atas. Yakni tentang sebuah tradisi turun temurun yang bahkan menjadi etiket yang berkembang di masyarakat jika sedang bertiga seyogyanya tidak saling berbisik karena bisa menyinggung pihak lain, pihak ketiga. Dan di dalam masyarakat atau dunia anak-anak pun hal seperti tersebut sering terjadi. Bila ada tiga bocah sedang bermain, akan ada gesekan atau terjadi pertentangan dan pertengkaran sebab ada pihak ketiga yang merasa dirugikan karena berbeda blok atau pandangan. Berbeda halnya bila anak-anak tersebut bermain hanya berdua tentu akan lebih harmonis karena tidak ada pihak lain yang memberatkan atau seimbang dalam berbagi peran.

Dari sekian banyak puisi yang tersaji Umi Kulsum mengejawantahkan dari kejadian-kejadian emosial yang beliau alami. Bisa dikatakan ada kedekatan emosial yang dituangkannya ke dalam larik-larik lalu menyublimasikan ke dalam puisi. Sebagian besar karena kedekatan emosial dan pengalaman batin yang dialami beliau secara langsung sehingga lahir puisi yang syarat makna dan penuh dengan kerealitasan yang dihadirkan.

Memang sesuatu yang dilakukan dengan total, dengan penuh penghayatan serta bersumber pada kebatinan akan melahirkan sesuatu yang tulus yang mengendap dari hati. Dan seperti itulah puisi-puisi yang lahir dalam antologi puisi Silsilah Keramat.

Dengan mengedepankan penghayatan dan pengalaman spiritual pada sebuah karya (puisi) maka akan lahir sebuah karya yang luar biasa sebab berpondasi pada kebeningan dan keheningan batin dalam perumusan dan proses kelahirannya. Dan, hal tersebut telah dilakukan dan dibuktikan oleh seorang Umi Kulsum dalam pembangkitan puisi pada berupa antologi puisi Silsilah Keramat.

Dan pastinya tidak bakal ada ruginya bagi kalian penggemar karya sastra terutama puisi Silsilah Keramat ini bisa dijadikan tambahan koleksi di dalam rak buku kalian. Sebab di balik karya-karya Umi Kulsum ada vitamin dan nutrisi yang pasti kalian akan dapatkan setelah mengudapnya.



Tidak elok rasanya bila harus menilai tetapi di dalam sebuah kegiatan revisi tentu harus ada penilaian yang harus disampaikan. Sebenarnya bukan menilai tetapi hanya urun pendapat saja, di dalam buku puisi antologi Silsilah Keramat tersebut terdapat berbagai tema dan saya kira akan lebih afdolnya bila dalam sebuah buku melibatkan hanya satu tema yang ada. Meskipun berbeda-beda dalam setiap penyajian dalam hal tema tetapi tetap tidak meninggalkan benang merah atau masih di dalam satu sirkel yakni masih dalam silsilah yang cukup berkesinambungan satu dengan yang lain.

Sekiranya bila boleh memberi bintang berupa 4,5 dari pada 5 poin maksimal. Dan hal tersebut merupakan hanya pendapat dari saya. Secara garis besar karya yang luar biasa antologi puisi Silsilah Keramat ini, dan dibuktikan telah lolos dan menjadi lima buku puisi terbaik dalam ajang lomba buku.


Ilustrasi: dokprib