Pada Jumat (29/12/2023), TNI AU resmi menghentikan operasional helikopter SA-330 Puma, helikopter ini purna tugas setelah mengabdi selama 45 tahun. Satu unit helikopter dengan kode registrasi HT-3315 kemudian diteebangkan ke Yogyakarta untuk dijadikan koleksi museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Semasa bertugas, Puma berdinas bersama Skuadron Udara 8, Lanud Atang Sendjaja, Bogor.

Sebagai gantinya, Skuadron Udara 8 kini mengoperasikan 14 unit helikopter H225M Caracal buatan Airbus Helicopters, yang dirakit oleh PT Dirgantara Indonesia. Penerbangan terakhir Puma dilakukan pada Minggu, 30 Desember 2023, hari itu helikopter melakukan misi Ferry Flight Rundown, helikopter diterbangkan langsung dari Bogor menuju Yogyakarta. Rute penerbangan yang ditempuh adalah dari Lanud Atang Sendjaja – Lanud Suryadharma – Lanumad A. Yani – Lanud Adisutjipto. Penerbangan ini dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 8 Mayor Pnb Adam Hardiman Ali.

Puma telah melakukan berbagai misim', baik Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Beberapa misi yang pernah dilakukan Puma mulai dari misi kemanusiaan, pencarian dan pertolongan, serta berbagai operasi militer seperti Operasi Malirja, Operasi Kikis, Operasi Patok, Operasi Seroja, Operasi Halau, Operasi Wisnu, dan Operasi Anggrek Biru.



Helikopter SA-330 Puma diproduksi Aerospatiale (sekarang Airbus Helicopters), dan di datangkan ke Indonesia pada Mei 1978. Menurut informasi indomiliter.com, ada enam unit SA-330 yang dibeli langsung dari Perancis waktu itu. Pada tahun 1980, datang lima unit yang diterbangkan ferry flightdari Prancis dengan rute Paris – Abu Dhabi – Islamabad – Colombo – Medan – Jakarta.

Pada 1982 kembali ada tambahan pesanan sebanyak lima unit, sebagai bagian dari kesepakatan alih teknologi, 5 unit helikopter tersebut dirakit oleh IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara). Berlanjut pada bulan Februari 1985 diterima lagi dua unit Puma tipe L, yang dirubah menjadi helikopter VIP, dengan nomor registrasi HT-3317 dan HT-3318.

Pada tahun 1984, dua unit Puma dengan nomor registrasi H-3304 dan H-3306 dipindahkan dari Skuadron Udara 8 Lanud Atang Sendjaja ke Skuadron Udara 17 VIP Lanud Halim Perdanakusuma beserta personel penerbang dan teknisi. Total keseluruhan, ada 18 unit SA-330 yang dioperasikan Skuadron Udara 8 TNI AU. Sebuah formasi kekuatan yang ideal saat itu. Menurut informasi TNI AU, formasi terakhir SA-330 Puma terdiri dari 7 unit helikopter yang semuanya masih serviceable.



Sekilas tentang SA-330 Puma, punya berat kosong 4 ton, dan berat maksimum 7,4 ton. Puma memakai 2 mesin Turbomeca Turmo IV C, membuat helikopter bisa digeber sampai kecepatan maksimum 257 km per jam serta kecepatan jelajah 248 km per jam. Jangkauan jelajahnya 580 km dengan kecepatan menanjak 7,1 meter per detik dan ketinggian terbang 4.800 meter. Untuk muatan maksimun yang bisa digendong adalah 3 ton dan personel yang bisa diangkut adalah 16 orang.

Puma juga bisa dilengkapi dengan prsenjataan, Puma milik TNI AU biasanya dibekali roket FFAR 2,75 inchi dan twin door gun dengan senapan mesin berat Browning kaliber 12,7 mm. Untuk memasang roket, ada dua pod LAI 51 yang masing-masing berada di kanan dan kiri. Setiap pod berbobot 80 kg, berisi 19 roket, sementara berat satu roket sekitar 5 kg.

Untuk door gun, senapan mesin berat M2HB Browning biasanya dirangkai dalam satu kendali. Masing-masing berbobot 15 kg, untuk berat gun standmencapai 25 kg dengan berat amunisi 100 kg di lantai.

Dikenal sebagai helikopter serba guna, SA-330 Puma tak hanya digunakan dalam operasi tempur. Helikopter ini telah banyak berjasa dalam melaksanakan misi kemanusiaan seperti misi SAR dan bencana alam. Dan setelah 45 tahun mengabdi, sudah saatnya dia beristirahat dengan tenang, farewell Puma !







Referensi Tulisan: indomiliter.com
Sumber Foto: TNI AU