ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #10 : Jalanan Gelap


“Hoi, kau di mana sih?”

Sudah hampir jam 12 malam dan si brengsek itu masih saja belum muncul. Apa dia tahu sudah berapa lama aku menunggu? Rasanya sangat lapar dan dingin. Ingin rasanya aku melinting beberapa daun ganja dan menghisapnya semalaman, tapi si brengsek yang harusnya mengantar itu padaku masih belum terlihat batang hidungnya. Apa jangan-jangan dia kabur?

”Aku udah dekat nih, tapi aku bingung jalan,”jawabnya dari seberang panggilan.

“Gang tujuh seberang Indomaret. Ada lampu kecil kau masuk aja, aku udah di sini.”

Kesal rasanya, tapi setidaknya dia tidak kabur. Aku melihat ke sekeliling. Untungnya tak ada orang. Bisa bahaya kalau sampai ada yang melihat transaksi kami. Sudah berkali-kali aku melakukan transaksi di gang sepi dan gelap seperti ini, tapi entah kenapa malam ini rasanya sedikit aneh.

Sepuluh menit kemudian orang yang kutunggu masih juga belum datang. Karena kesal aku kembali meneleponnya.

“Oi! Kau di mana sih kok lama banget?!”

”Maaf maaf, kayaknya aku nyasar deh. Ahh, itu kau bukan?”

Tampaknya dia sudah dekat. Aku melihat ke sekeliling tapi tak melihat tanda-tanda kedatangannya.

“Aku pake jeans hitam kaos biru. Di sini gelap jadi susah kelihatan.”

”Di ujung gang bukan? Coba dong nyalain sentermu.”

Aku mendecih kesal dan menyalakan senter di ponselku. Cahaya terang itu menyinari gang dari ujung ke ujung.

“Udah?”

”Bukan rupanya. Orang lain. Ini gang nomor berapa ya? Bentar kutanya du … eh?”

“Apa? Kenapa oi?”

Dan kemudian, dengan suara jauh lebih pelan layaknya berbisik, dia menjawab, ”Ada orang bawa pisau. Pisaunya ada darah.”

Perasaanku langsung tak enak. Malam ini dingin, tapi aura dingin yang mengaliri punggungku terasa sedingin es.

”Eh? Dia ngelihat aku. Di-dia jalan ke sini.”

“Kabur cepat!”

Rasanya aku mendengar suara orang berlari dari kejauhan. Gawat! Kalau dia berlari ke arahku dan orang berpisau itu mengejar berarti orang itu juga akan mengincarku. Aku harus lari! Aku harus lariiiiii!!!

Entah berapa lama atau berapa jauh aku berlari. Aku keluar dari gang dan terus berlari sampai memasuki daerah kumuh yang belum pernah kukunjungi sebelumnya. Jantungku berdebar tak karuan dan keringat dingin membasahi bajuku. Mau pingsan rasanya, tapi untung saja aku berhasil lolos.

Tapi bagaimana dengan dia? Aku penasaran keadaannya, tapi aku lebih peduli pada ganja yang harusnya dia kirimkan padaku.

Akhirnya aku pun menelpon lagi. Cukup lama tak ada jawaban. Saat kupikir dia tak bisa menjawab, panggilan pun terhubung.

“Gimana? Kau aman nggak?”

”A-aman. Aku lagi sembunyi sekarang, tapi kayaknya dia nggak ngejar.”

“Bagus …. Kau di mana? Biar aku yang ke sana sekarang.”

”Aku lagi — AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!”

Seperti petir di siang bolong, teriakannya membuat jantungky meloncat. Detak yang sebelumnya sudah tenang kini mulai berdebar menyakitkan.

“Oi? Kau kenapa? Itu apa? Jawab oi!”

Tak ada jawaban. Oke, aku harus segera angkat kaki dari sini. Aku tak boleh ada di sini. Aku tak mau terlibat. Aku tak tahu apa pun yang terjadi malam ini!

”Halo?”

Suara itu … aku tak kenal suara itu.

”Kaosmu bagus. Kurasa bakal lebih bagus kalau warnanya merah.”

Dan kemudian, semua menjadi merah.

***TAMAT***
viensiAvatar border
kubelti3Avatar border
jenggalasunyiAvatar border
jenggalasunyi dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.2K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan