ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #17 : Roh Penjaga


“Nak, kau punya roh penjaga di belakangmu.”

Kata-kata orang tua itu masih terngiang di kepalaku meski dua puluh tahun telah berlalu. Aku tak bisa menjelaskan alasannya, tapi aku percaya apa yang dia katakan benar adanya. Orang mungkin berkata aku gila, tapi aku benar-benar merasakan ada sesuatu yang melindungiku.

“Waktu itu aku sepuluh tahun. Semua temanku berencana mandi di sungai sepulang sekolah. Aku mau ikut, tapi pundakku tiba-tiba terasa berat. Aku memaksa diri berjalan ke sungai bersama yang lain, tapi karna jalanku lambat aku ditinggal. Saat aku sampai di sungai aku lihat sungai sudah meluap, beberapa temanku sampai terseret arus.”

Aku duduk dan menatap wajah istriku dalam-dalam. Kami sudah menikah, tapi aku baru menceritakan ini padanya. Jujur saja aku takut dia akan meninggalkanku jika aku menceritakan ini saat kami masih pacaran. Siapa tahu dia tak mau menikahi orang yang percaya hal gaib.

“Jadi menurutmu roh penjaga itu menahanmu pergi ke sungai?” tanyanya dengan wajah ragu. Ini memang cerita yang sulit dipercaya.

“Kau pasti pikir itu cuma kebetulan, tapi itu terjadi beberapa kali. Satu tahun setelah itu aku tersesat saat kami liburan ke luar kota. Aku sama sekali tak tahu jalan dan tak tahu cara untuk kembali, tapi mendadak saja aku merasa pundakku di dorong. Aku mengikuti arah ke mana pundakku di dorong dan tak lama kemudian aku bertemu dengan ibuku.”

Dia masih terlihat tidak yakin. Aku tak berharap dia percaya, aku hanya ingin dia tahu.

“Kira-kira sejak kapan kau punya roh penjaga? Sejak lahir?” tanyanya.

Aku memiringkan kepala. Sejak kapan aku punya roh penjaga? Aku tak yakin. Aku baru memperhatikan keanehan itu sejak Orang Tua itu memberitahuku. Tapi kurasa aku tak punya roh penjaga sejak lahir. Kalau punya, aku pasti bisa mencegah kematian Riri.

Entah kebetulan atau tidak, petir menyambar di saat bersamaan dengan datangnya nama Riri di kepalaku. Riri adalah tetanggaku saat dulu di kampung. Dia dua tahun lebih tua dan dia adalah cinta pertamaku. Sayangnya, nasib tidak bersikap baik padanya. Saat aku berumur sepuluh tahun dia mati karena penyakit.

Namun, roh penjaga ini cuma menyelamatkanku dari bahaya, bukan menyelamatkan orang lain.

“Tapi,” istriku kembali menyuarakan keraguannya, “kalau kau memang punya roh penjaga terus kenapa dia nggak nolong kau dari kecelakaan minggu lalu?”

Pertanyaannya membuatku terdiam cukup lama. Selama ini roh penjaga selalu menyelamatkanku dari bahaya, tapi minggu lalu aku terlibat kecelakaan yang membuat tulang rusukku retak yang membuatku masih belum bisa bergerak bebas sekarang. Benar juga, kenapa roh penjaga tidak melindungiku?

“Mungkin … rohnya tidur.”

“Alasan macam apa itu?”

Tampaknya istriku sudah sampai pada kesimpulan bahwa aku cuma mengada-ngada. Itu menyebalkan, tapi aku benar-benar tak tahu kenapa roh penjagaku tak menjagaku saat kecelakaan itu.

Pembicaraan tentang roh penjaga berakhir dan tak pernah diungkit lagi. Tahun demi tahun berganti dan kami hidup tanpa kekurangan suatu apa pun. Malah, hidup kami bertambah sibuk dengan kaki-kaki kecil yang terus berlarian ke sana kemari.

Namun, masa-masa indah itu pun akhirnya menemui cobaan. Suatu hari di perjalanan pulang dari kerja, aku terlibat sebuah kecelakaan. Aku tak ingat bagaimana persisnya. Aku bisa merasakan panas dan sakit dan kemudian tubuhku yang berbaring didorong melalui lorong putih yang pastilah rumah sakit.

Oh, iya. Lorong-lorong ini mengingatkanku pada masa lalu. Dulu saat Riri masuk rumah sakit aku sering melalui lorong yang serupa menuju kamar rawatnya. Dia tak bisa bangkit dari tempat tidur jadi aku duduk di sebelahnya dan berbincang seharian. Aku ingin menjaganya, tapi ternyata dialah yang selalu menjagaku.

***


“Dia … masih belum bangun.”

Yaya memegang tangan suaminya yang terasa dingin. Suara mesin di sekitarnya adalah satu-satunya yang mencegahnya tertidur. Kedatangan ibu mertuanya membuatnya menyadari hari sudah beranjak siang.

“Maaf Bu, anak-anak gimana?” tanya Yaya.

“Udah ibu antar ke sekolah. Kamu nggak mau tidur dulu? Biar ibu yang jaga,” tawarnya pengertian, tapi Yaya menggeleng pelan.

Sudah satu minggu suaminya berada dalam keadaan koma. Dokter tak memberikan jawaban pasti kapan suaminya akan bangun, tapi mereka meminta Yaya bersiap atas kemungkinan terburuk. Ini adalah satu minggu terberat bagi Yaya. Rasanya seperti jatuh saat berada di puncak gunung.

“Yang sabar ya,” ucap ibu mertuanya. “Padahal dia nggak pernah kecelakaan sebelumnya. Mungkin semua kesialan itu berkumpul menjadi satu.”

“Iya … katanya dia punya roh penjaga.”

Entah mengapa Yaya mengingat pembicaraan di hari itu. Sekali lagi apa yang suaminya katakan terbukti bohong belaka. Kalau dia memang punya roh penjaga, mengapa dia bisa berakhir seperti ini?

“Ohh iya, dia memang sering bilang begitu,” mertuanya mengangguk. “Kadang aku merasa arwah Riri menjaganya. Mereka sangat dekat dulu.”

“Riri?”

“Hmm? Dia nggak pernah cerita? Riri itu anak tetangga kami. Sayang dia meninggal begitu cepat. Mereka sudah seperti kakak-adik. Waktu suamimu diganggu saat masih Sd, Riri yang selalu jaga dia. Nggak aneh kalau dia benar-benar jadi roh penjaga suamimu.”

Yaya terdiam lama sekali.

Dulu dia juga punya tetangga yang dia kagumi, seorang pria yang tiga tahun lebih tua darinya. Mereka teman yang baik, tapi di saat itu jugalah Yaya sadar kalau di antara pria dan wanita tak mungkin ada pertemanan yang benar-benar cuma teman. Hal yang sama juga pasti dirasakan oleh suaminya.

Mungkin mereka saling jatuh cinta dan bahkan berjanji untuk menikah suatu saat kelak. Hubungan itu tak putus meski Riri telah meninggal dan dia pun menjadi roh penjaga. Jika itu memang benar, apakah Riri marah karena Yaya menikahi suaminya dan berhenti melindunginya?

“Maafkan aku,” bisik Yaya. Entah pada siapa. “Tapi kalau kau memang cinta dia, kumohon teruslah melindunginya.”

Layaknya keajaiban, kata-kata itu berubah menjadi nyata. Malam itu juga suaminya terbangun dari tidur panjang. Dokter tak punya penjelasan, tapi kesembuhannya adalah kabar bahagia yang tak perlu dipertanyakan.

“Aku bermimpi aneh,” ucap suaminya di malam sebelum keluar dari rumah sakit. “Aku … ketemu sama kenalan lamaku.”

“Riri?”

“Kau tahu? Ahh, Mama cerita rupanya. Iya, aku ketemu Riri. Dia bilang dia harus benar-benar pergi, jadi dia nggak bisa jaga aku lagi. Kau mungkin nggak percaya, tapi aku yakin dia itu roh penjagaku.”

“Nggak … aku percaya kok.”

Mungkin roh penjaga itu sudah tak ada, tapi mereka akan tetap menjaga satu sama lain. Hidup dan mati. Selamanya.

***TAMAT***
jenggalasunyiAvatar border
viensiAvatar border
jembloengjavaAvatar border
jembloengjava dan 8 lainnya memberi reputasi
9
1.1K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan