ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #22 : Naga yang Tak Bisa Terbang


Pada jaman dahulu, Bumi dikuasai oleh para naga. Mereka bertubuh besar dengan sayap kuat yang membuat mereka mampu menjelajahi angkasa. Dengan gigi dan cakar yang tajam serta napas api yang mampu membakar gunung membuat mereka ditakuti oleh semua makhluk tanpa terkecuali.

Namun, tak semua naga gagah perkasa. Di kaki gunung Olympus, tersembunyi dari cahaya matahari, hiduplah Bala, seorang naga yang tak bisa terbang. Bayi naga umumnya mulai mengeluarkan api saat berumur 10 hari, mulai tumbuh cakar dan gigi di umur 10 bulan, lalu terbang saat berumur 1 tahun, tetapi Bala bahkan tak bisa melompat meski sudah berumur 10 tahun.

Tangan kakinya pendek, kepalanya terlalu besar, sayapnya bahkan lebih kecil dibanding bayi naga yang baru lahir. Karena itulah dia disebut Naga yang Tak Bisa Terbang. Orangtuanya meninggalkannya, naga-naga lain mengejeknya, bahkan keledai yang harusnya menjadi makanan naga pun berani buang kotoran di atas kepalanya.

Bala tak tahu mengapa dia berbeda. Setiap malam dia selalu menatap bintang-bintang, berharap memiliki sayap yang kuat sehingga bisa terbang ke sana. Dia bertanya, dia berdoa, dia menangis. Tanpa kenal lelah dia terus mengulang rutinitasnya sampai-sampai penghuni kaki gunung Olympus muak mendengarnya.

“Cobalah pergi ke Selatan,” saran Burung Hantu yang bijak. “Kudengar di sana ada Dewa Naga. Mungkin dia bisa merubahmu menjadi naga yang hebat.”

Tanpa pikir panjang lagi Bala pun memulai perjalanan ke Selatan. Di sepanjang perjalanan cemoh dan siksaan terus menerpanya. Seekor naga yang tidak terbang, cuma bisa merangkak dan berguling, bagi para penghuni daratan tak ada tontonan yang jauh lebih menghibur daripada itu.

Di tengah jalan dia bertemu dengan Tobi si Naga Hitam. Tobi merasa marah saat melihat Bala berguling dan bukannya terbang.

“Hei kau! kalau kau seekor naga maka kepakkanlah sayapmu. Berhenti merusak tanah dan terbanglah layaknya naga sejati,” tegur Tobi.

“Aku tak bisa, sayapku terlalu pendek. Tubuhku terlalu kecil untuk menahan kepalaku yang berat. Andai aku punya tubuh kuat dan sayap yang lebar sepertimu aku pasti akan terbang wahai Naga Hitam,” jawab Bala.

“Kalau begitu berhenti bergerak dan jadilah mayat. Kau mempermalukan nama naga.”

Dan tanpa basa-basi Tobi menarik napas lalu menghembuskan bola api yang begitu dashyat sampai seluruh air di danau menguap. Semburannya membakar Bala. Setelah memastikan Bala tak lagi bergerak, Tobi pun pergi.

Namun ternyata Bala belum mati. Kulitnya yang sebelumnya coklat pucat kini berubah menjadi arang, tetapi dia masih hidup. Teringat pada Dewa Naga, Bala kembali melanjutkan perjalanannya ke Selatan. Dengan kulit melepuh dan bernanah dia terus merangkak. Perlahan kulitnya mengelupas dan mengeluarkan nanah berbau busuk yang bukan main menyengatnya. Berkat itu, tak ada lagi yang mau dekat-dekat dengannya. Bala pun bisa melanjutkan perjalanan dengan aman.

Selang beberapa waktu tibalah Bala di Hutan Pengganggu. Hutan Pengganggu terkenal karena tak membiarkan siapa pun lewat. Meski mencoba masuk mereka akan kembali ke tempat semula dan meskipun berhasil mereka akan kehilangan sesuatu yang berharga.

Tanpa memperdulikan itu Bala pun memasuki Hutan Pengganggu. Hewan-hewan tak berani mendekat karena bau busuk dari tubuhnya, tetapi para peri dan roh hutan beterbangan di sekelilingnya.

“Lihat lihat, ada naga masuk ke hutan. Biasanya para naga terbang di atas hutan dan hanya turun jika ingin membakar hutan ini.”

“Kurasa dia tidak bisa terbang. Lihat, sayapnya tak lebih besar daripada teratai.”

“Tapi hati-hati dengan apinya. Apinya sedemikian besar sampai membakar tubuhnya sendiri. HAHAHAHA!”

Meski hatinya terasa panas, Bala terus bergerak maju. Untungnya mereka tidak mengganggunya. Terus dan terus dia bergerak ke dalam hutan. Dingin dan gelapnya hutan tak membuatnya takut. Hidup hina sebagai naga yang tak bisa terbang, itulah yang membuatnya takut.

Namun tak peduli seberapa jauh dia memasuki hutan, dia sama sekali tak melihat ujungnya. Semakin dia bergerak semakin jauh pula cahaya di jalan keluar. Rasanya seperti perjalanan tanpa akhir, tapi itu tidak membuatnya berhenti.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Bala tak lagi menghitung waktu. Tanpa memperdulikan apa pun dia terus melangkah maju. Rasanya seperti terjebak di dalam lingkaran, tapi Bala terus bergerak maju karena hanya itu yang bisa dia lakukan.

“Kau sudah menempuh perjalanan panjang, Naga Kecil.”

Mendadak saja suara itu terdengar menggema di dalam hutan. Bala melihat ke sekitar dan gumpalan cahaya berkumpul membentuk sosok Roh Hutan yang memancarkan kehangatan. Sosok yang begitu cantik sampai-sampai Bala merasa malu menatapnya.

“Kau menempuh perjalanan jauh dan hutan ini pun sama sekali tak membuatmu berbalik. Sebenarnya apa yang kau inginkan? Apa yang kau cari?”

“Aku hanya menginginkan sepasang sayap, wahai Ibu Peri,” jawab Bala. “Sayap kuat yang bisa membawaku terbang menikmati indahnya langit biru. Terbang bersama bintang-bintang yang bersinar terang. Cuma itu.”

“Sayap terkuat pun tak akan mampu menahan tekadmu, Naga Kecil. Dunia ini jauh lebih luas dari yang kau bayangkan. Sepasang sayap tak akan cukup untuk menjelajahi segalanya. Tapi jika itu yang kau inginkan maka teruslah maju. Kau sudah dekat dengan tujuanmu.”

Dan kemudian Roh Hutan pun menghilang. Bala kembali melangkah maju dan kali ini jalan keluar tepat di depannya.

Apa yang membuatnya terkejut adalah jumlah naga yang ada di sana. Terlebih lagi semua naga itu tampak menunggunya. Mereka berbaris membentuk garis lurus seolah menunjukkan jalan pada Bala. Meski kebingungan Bala terus melangkah maju. Dia sudah dekat, dia bisa merasakannya.

“Selamat datang, Bala. Aku sudah menunggumu.”

Naga itu besar. Paling besar dari semua naga yang pernah Bala lihat. Kulitnya yang keemasan dan 12 pasang sayap di punggungnya memberikan aura ilahi yang membuat semua naga bertekuk lutut. Dialah Dewa Naga. Naga terkuat nan Maha Kuasa.

“Kau sudah menempuh perjalanan jauh yang mana tak semua naga mampu menempuhnya meskipun mereka memiliki sayap yang paling kuat. Katakanlah apa yang kau inginkan. Katakan saja.”

Bala merasa tersentuh akan kebaikan Dewa Naga. Dia sudah akan mengucapkan permintaannya, tetapi pemandangan para naga yang berbaris rapi mengiringinya muncul di pikirannya. Bala ingin seperti mereka, tetapi dia tahu bahwa dia berbeda. Jika bukan karena perbedaan yang dia miliki maka apakah dia akan pernah melakukan ini?

Dia tahu dia berbeda, tapi dia tetap menginginkan hal yang sama.

“Aku … ingin terbang bebas. Aku ingin bisa merasakan betapa luar biasa karunia dunia di sekitarku. Dengan atau tanpa sayap, aku ingin bergerak bebas ke tempat yang jauh, ke tempat yang belum pernah dilihat siapa pun. Tempat di mana aku bisa menjadi diriku sendiri.”

Dan Dewa Naga pun tersenyum. Dengan satu sapuan tangannya dia merubah separuh daratan menjadi laut.

“Pergilah. Kuciptakan lautan hanya untukmu. Di sana kau bisa terbang sepuasnya tanpa terikat oleh apa pun. Tak ada gunung yang lebih tinggi dari palung terdalam. Tak ada misteris yang lebih gelap dari dasar lautan. Semuanya milikmu. Dirimu seorang.”

***


Itulah kisah Bala sang Naga yang Tak Bisa Terbang. Meski tak punya sayap dia kini terbang bebas di lautan. Saat para naga mulai punah, dia tetap hidup dan bertumbuh semakin besar. Kini keberadaan naga sudah menjadi mitos, tetapi manusia tetap mengenal Bala sebagai ikan Paus Biru. Mereka bahkan menamainya Balaenoptera musculus.

Suatu saat jika kau menyelam ke dasar laut, sapalah dia. Dia akan terus terbang lebih tinggi dibanding siapa pun. Tanpa sayap, tanpa cakar, tanpa hembusan api, tapi lebih bebas dibanding siapa pun.



***TAMAT***
Diubah oleh ih.sul 25-02-2024 08:29
jenggalasunyiAvatar border
riodgarpAvatar border
jembloengjavaAvatar border
jembloengjava dan 13 lainnya memberi reputasi
14
1.2K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan