Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rajin.meremasAvatar border
TS
rajin.meremas
Kenaikan Harga Beras Tidak Terkendali, di Wakatobi Tembus Rp 1 Juta Per Karung
TRIBUNTRENDS.COM - Hampir sebulan terakhir, publik diramaikan oleh berita operasi pasar (OP) di sana-sini.

Harga beras terus naik, beras pun sempat sulit dicari.

Seperti yang terjadi di wiliayah Sulawesi Tenggara, harga beras di wilayah tersebut terus melonjak tinggi.

Di Wakatobi, beras mencapai harga tertinggi, yaitu Rp 21.000 per kilogram atau kisaran Rp 1 juta per karung isi 50 kilogram.

Masyarakat berharap pemerintah mengambil langkah intervensi karena harga yang kian tidak terkendali.


Iin Haryanti (40), pengelola rumah makan dan penginapan di Wakatobi, menuturkan, harga beras di wilayah ini semakin tidak terkendali.

Beras premium ukuran 50 kilogram saat ini berada di kisaran Rp 900.000, bahkan hingga Rp 1 juta per karung.

”Tadi pagi kami baru belanja di pasar itu dapat harga beras Rp 900.000. Itu kami dapat segitu, mungkin karena ambil di distributor dan dalam jumlah banyak.

Kalau ambil di eceran bisa sampai Rp 1 juta per karung dengan harga Rp 20.000 per kilogram,” kata Iin saat dihubungi dari Kendari, Selasa (27/2/2024).

Harga beras premium tersebut, menurut Iin, melonjak tinggi selama lebih dari sebulan terakhir.

Sebelumnya, harga beras ada pada kisaran Rp 600.000-Rp 700.000 per karung. Namun, harga itu terus merangkak naik hingga saat ini.

Oleh karena itu, ia pun harus beradaptasi dengan kondisi ini.

Biasanya, ia menggratiskan nasi satu bakul untuk pelanggan di rumah makannya. Saat ini, ia akhirnya menetapkan harga Rp 35.000 untuk nasi dalam satu bakul.

Melonjaknya harga beras, menurut Iin, bahkan jauh lebih tinggi dibanding masa Covid-19. Saat itu, harga beras tidak pernah mencapai kisaran Rp 1 juta per karung. Saat kondisi beras yang begitu mahal ini, pemerintah juga bahkan belum melakukan operasi pasar murah untuk masyarakat. 


”Bagaimana dengan harga beras di pulau lain? Kayaknya sudah lebih mahal harga beras dari harga tanah,” ungkapnya. 

Leno (41), pengusaha makanan lainnya, menuturkan, dirinya terpaksa membeli beras kualitas sedang karena harga yang begitu mencekik. Bahkan, untuk kualitas sedang pun ia harus merogoh kocek di tas Rp 800.000 per karung.

Padahal, harga beras kualitas sedang itu biasanya hanya ada di kisaran Rp 580.000-Rp 620.000 per karung. Sementara itu, beras kualitas premium di angka Rp 720.000 per karung untuk harga paling tertinggi.

”Sekarang di tempat saya ambil beras itu harga beras premium tembus Rp 1 juta, terpaksa beralih ke beras sedang. Harga makanan tidak akan tertutupi kalau begini harganya,” kata Leno. 


Sekretaris Daerah Wakatobi Nadar mengungkapkan, seperti di daerah lain di Indonesia, harga beras yang melonjak tinggi juga terjadi di Wakatobi. Namun, harga yang jauh lebih tinggi memang terus terjadi di wilayah ini.

Saat ini, pemerintah masih mengkaji letak sumbatan sehingga harga beras begitu tinggi di wilayah ini.

”Memang kami bukan penghasil beras, tetapi transportasi tidak ada kendala.

Apakah ini ulah spekulan, kami masih lihat. Sebab, harga di pulau lainnya itu ada yang di atas Rp 1 juta per karung,” ucapnya. 


Sejumlah upaya akan dilakukan pemerintah ke depannya untuk menekan harga beras. Hal itu mulai dari sidak harga, pasar murah, hingga gerakan lintas sektoral lainnya.

Berdasarkan data harga harian bahan pokok yang dikumpulkan Pemkab Wakatobi, beras kualitas sedang dijual Rp 19.500 per kilogram.

Sementara itu, harga beras kualitas premium mencapai Rp 21.000 per kilogram atau Rp 1.050.000 per karung isi 50 kilogram.

Tidak hanya di Wakatobi, harga beras di Kendari juga masih terus tinggi. Beras kualitas premium mencapai Rp 800.000 per karung. Harga ini naik dari sebelumnya Rp 700.000-an per karung. 


Sejak Selasa pagi, ratusan warga menyerbu pasar murah yang digelar Pemprov Sultra. Sebanyak 6 ton beras dan sejumlah bahan pokok lain disiapkan selama tiga hari ke depan.

Rohim (42), pedagang siomai, mengatakan, harga beras yang kian mencekik membuatnya harus memutar otak untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Untuk sebulan, ia rerata membutuhkan 25 kilogram beras untuk total lima anggota keluarga.

”Yang masalah kalau pendapatan kurang, sedangkan harga terus naik. Terpaksa pinjam sama saudara untuk beli beras,” ujarnya. 


Kepala Perum Bulog Sultra Siti Mardati Saing mengungkapkan, pihaknya akan terus berupaya agar masyarakat mendapatkan beras sesuai harga maksimal yang berlaku.

Salah satu caranya ialah mengintensifkan penyaluran melalui outlet ataupun Gerakan Pasar Murah.

”Memang saat ini terjadi kenaikan harga, termasuk di kepulauan.

Makanya, kami akan menyalurkan beras murah secara lebih intensif ke masyarakat, termasuk di kepulauan,” katanya. 


Saat ini, Bulog Sultra memiliki stok beras 23.600 ton. Pihaknya juga menyiapkan 5.000-10.000 ton beras untuk program Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan.

Stok hingga akhir Maret masih terpenuhi, yang kembali akan terisi saat panen dimulai.

Sekretaris Daerah Sulawesi Tenggara Asrun Lio mengatakan, harga beras yang tinggi di Sultra disebabkan hasil panen petani lebih banyak dijual ke luar daerah.

Akibatnya, stok beras di dalam wilayah sedikit dan harus didatangkan dari luar.

Selain itu, hasil panen juga tidak maksimal karena pengaruh El Nino dan beberapa banjir lokal yang terjadi. 


ada kementan, kemendag ampas semua kerjanya.
0
203
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan