ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Kecelakaan Membuatku Menyadari Arti Ramadhan Sesungguhnya #NgabuburitCerita


Satu tahun yang lalu (tepat satu tahun yang lalu (5 April)) saya mengalami kecelakaan yang membuat kaki saya patah. Saat itu saya sedang jalan keluar untuk membeli sahur dan tiba-tiba tertabrak sepeda motor. Saya pun dibawa ke rumah sakit dan harus menjalani pengobatan.

Singkat cerita, saya pun cuma bisa diam di tempat tidur selama sisa Ramadhan tahun lalu. Karena harus meminum obat saya pun dipaksa makan tiga kali sehari dengan normal yang artinya saya tidak menjalankan puasa layaknya muslim lain.

Sebelum mengalami kecelakaan saya sering menganggap puasa itu menyebalkan. Tak bisa makan dan minum di tengah takjil-takjil menggoda di pinggiran jalan adalah siksaan tersendiri. Terkadang saya iri dengan non-muslim yang bisa tetap segar di tengah hari, lapar tinggal makan, dan mencoba seluruh takjil tanpa peduli kehabisan.



Apa lagi? Tak perlu bangun pagi-pagi buta. Bisa bebas begadang. Nggak perlu nahan amarah. Pokoknya enaklah! Paling minusnya cuma digrebek kalau makan siang. Dengan segala batasan-batasan dalam berpuasa, ingin rasanya saya membatalkan puasa dan membiarkan nafsu ini lepas kendali.
Namun ternyata keinginan itu terkabul dengan cara yang tak diharapkan.

Aneh memang. Kita selalu menginginkan sesuatu yang tak kita punya dan saat kita sudah mendapatkannya kita malah tidak menginginkannya lagi. Terkadang saya memang ingin tidak berpuasa di tengah orang-orang yang puasa, tapi kenyataannya ternyata tidak seindah yang saya kira.

Rasanya seperti dikucilkan. Mau war takjil tidak bisa, mau marah-marah nggak ada yang bisa dimarahi, satu-satunya yang berbeda cuma perut yang terasa kenyang. Itu adalah pertama kalinya saya merasakan tekanan mayoritas yang membuat saya merasa berdosa tanpa alasan.

Mungkin Anda mengira itu karena saya tak bisa gerak akibat kaki yang patah, tapi meski dengan kaki yang sehat saya rasa semua akan sama saja. apa yang membuat tidak puasa saat Ramadhan terasa menggoda adalah sense of guilt, sebuah tabu yang memicu adrenalin. Kalau Anda tidak berpuasa karena memang kondisi tidak memungkinkan maka adrenalin itu tidak akan datang. Orang-orang malah akan maklum saja jika Anda tidak berpuasa.

Satu-satunya yang akan Anda dapatkan hanyalah … perasaan tertinggal.

Orang lain dengan gembira berburu takjil bareng-bareng, Anda cuma bisa makan sendirian. Orang lain mengaji dan melakukan kegiatan positif, Anda cuma bisa mengurung diri karena malu tidak puasa. Orang lain akhirnya merayakan hari kemenangan, Anda menangis karena sudah kalah dalam begitu banyak hal.

Tahun lalu saya tidak berpuasa selama 15 hari dan setelah semua perasaan negatif itu saya masih harus mengganti puasa yang bolong itu di 11 bulan berikutnya. Berpuasa di luar bulan Ramadhan tidaklah menyenangkan. Butuh waktu lama sampai akhirnya saya sadar apa yang membuat Ramadhan begitu spesial bukanlah menahan lapar dan haus melainkan bersama-sama menahan lapar dan haus.



Kebersamaan, kekompakan, solidaritas. Mengetahui orang lain sama-sama berjuang melalui penderitaan yang kita rasakan memberikan kegembiraan tersendiri yang tak bisa kita rasakan di bulan lain. Itulah berkah Ramadhan yang sesungguhnya. Bukan kurma bukan kuasa, tapi cinta. Cinta tak terlihat yang menyatukan kita semua.

Dan itulah pelajaran yang baru saya sadari setelah mengalami musibah. Memang benar kata orang, kita bisa melihat banyak hal baru saat jatuh terpuruk. Itulah berkah Ramadhan dariku. Bagaimana denganmu?
donix91Avatar border
spaghettimiAvatar border
bonek.kamarAvatar border
bonek.kamar dan 8 lainnya memberi reputasi
9
454
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan