ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #62 : Bakar Ijasah


“SEKOLAH ITU SCAM! KULIAH ITU SCAM! BUAT APA KELUAR UANG BANYAK-BANYAK TAPI UJUNG-UJUNGNYA NGANGGUR? MENDING ALL-IN CRYPTO!”

“SETUJU! PUJA ULTI-NOLAN!”

“PEMERINTAH ZALIM! REKTOR KORUPTOR! PENDIDIKAN BOBROK! KELUARKAN IJASAH KALIAN! KELUARKAN KOREK KALIAN! KITA BAKAR IJASAH KITA SAMA-SAMA!”

Kamis, 9 Mei 2024. Ribuan massa turun ke jalan demi melakukan protes atas banyaknya kasus viral di dunia pendidikan. Dana bos yang dikorupsi, uang UKT yang naik berkali lipat, hingga kementrian pendidikan yang ternyata menghambur-hamburkan dana untuk kebijakan yang tak berguna.

Satu demi satu kasus menumpuk dan akhirnya menyulut kemarahan banyak pihak. Kemarahan itu kemudian disulut bensin dengan fakta banyak sarjana yang menganggur dan ipk tinggi yang kalah dengan orang dalam. Kenyataan-kenyataan menyakitkan ini membuat orang memikirkan kembali apa pentingnya sekolah, apa pentingnya gelar.

Saat di luar sana ada anak kecil yang menghasilkan milliaran melalui cripto, kenapa orang-orang didesak untuk terus sekolah setinggi mungkin? Kenapa perusahaan hanya melihat IPK? Apa gunanya matematika dan fisika padahal yang paling penting di dunia ini adalah cara mencari uang?!

Negara ini membutuhkan revolusi dan Abimanyu bertekad menjadi bagian dari pergerakan itu. Setelah bertahun-tahun mencari kerja tanpa hasil dia merasa menemukan cahaya terang saat tahu ribuan orang ini sama sepertinya. Dia yang biasa cuma malas-malasan di rumah rela turun ke jalan, menahan panas demi ikut melawan sistem yang busuk.

Abimanyu menggenggam ijasahnya di tangan kiri dan korek di tangan kanan. Dia tak ragu membakar ijasahnya bersama ribuan teman senasib seperjuangannya. Apalah artinya ijasah itu? Toh nilai-nilainya tak pernah membuatnya dapat panggilan kerja.

Selama beberapa menit api dan asap memenuhi udara. Puas rasanya melakukan sesuatu yang akan berdampak besar bagi masa depan. Dengan senyum lebar Abimanyu ikut bersorak sesuai arahan orator. Sorakan-sorakan protes atas sistem pendidikan dan penilaian yang hanya berbasis nilai, hari ini akan menjadi akhir dari semuanya.

***


Satu tahun kemudian ….

“Nih nomor telponnya! Hubungi wali kelasmu dulu minta tanda tangan. Buruan! Nanti kalo telat ijasahmu ketunda lagi!”

Abimanyu hanya bisa menggigit lidah menelan ocehan ibunya. Dia tak berani mengucapkan apa-apa karena tahu betul kesabaran ibunya tinggal setipis kertas. Setelah sekian lama Abimanyu akhirnya mendapat tawaran kerja, tapi mereka meminta ijasah sebagai persyaratannya.

Bahkan setelah satu tahun sejak aksi itu, tak ada apa pun yang berubah. Aksi mereka memang viral dan pemerintah setuju untuk berbenah diri, tapi tak ada apa pun yang berubah. Kurikulum sekolah tetap sama, biaya kuliah semakin tinggi, dan Abimanyu tetap saja menganggur.

Setelah membakar ijasahnya dia sama sekali tak bisa melamar kerja ke mana pun. Akhirnya dia terpaksa menghubungi sekolahnya dan meminta ijasah baru. Rasanya malu sekali datang ke sekolah dan bertemu guru-guru lamanya. Dia harus mengarang jawaban saat ditanya di mana dia bekerja dan kenapa dia butuh dibuatkan ijasah baru.

Tak ada yang berubah. Dia malah cuma dapat repot karena harus mengurus ijasah. Setelah sebulan menunggu akhirnya ijasahnya pun jadi. Akhirnya dia bisa melamar kerja lagi meski belum tentu akan diterima.

Abimanyu menyesal sudah membakar ijasahnya. Dia kehilangan satu tahun hanya karena kepuasan sesaat. Orangtuanya memarahinya habis-habisan karena itu meskipun Abimanyu susah payah menjelaskan bahwa dia melakukan hal yang benar, melakukan revolusi.

Namun tak ada gunanya memikirkan itu lagi. Sekarang dia harus fokus melamar kerja atau ibunya akan mengomel lagi. Dia tak tahu sampai mana batas kesabaran ibunya. Punya anak berusia 25 tahun yang menganggur pastilah membuatnya stress.

Dengan setelan formal yang telah dipersiapkan ibunya, Abimanyu pergi menghadiri sesi wawancara. Dia melamar di sebuah perusahaan startup kecil jadi dia berharap tak akan ada terlalu banyak saingan. Meski demikian ternyata dia salah, ada belasan orang yang ikut berebut satu lowongan kerja.

Semangatnya langsung menciut. Orang-orang ini lebih muda dan tampak lebih pintar. Beberapa bahkan punya gelar S2 sementara Abimanyu cuma punya ijasah Sma. Sebenarnya untuk apa dia datang kemari?

Dia langsung berpikiran untuk pulang saja, tapi mendadak saja namanya dipanggil untuk masuk. Yah, dia sudah jauh-jauh datang. Tak ada ruginya untuk mencoba.
Di dalam ruangan dia disambut oleh dua pewawancara yang sekaligus pemilik perusahaan. Abimanyu terkejut. Dia familiar dengan wajah dua orang itu.

“Lo? Kalian kan ….”

Dua orang itu tampaknya tak mengenalinya, tapi Abimanyu ingat wajah dua orang itu. “Tahun lalu kita bakar ijasah sama-sama.”
Barulah mereka memasang wajah pemahaman.

“Oo iya, kita ketemu di situ. Iya kan, Ki?”

“Udah setahun ya? Waktu memang cepat lewat kalau banyak rencana.”

Abimanyu tidak mengerti. Bagaimana dua orang yang sama-sama pengangguran sepertinya bisa tiba-tiba jadi pemilik perusahaan? Karena penasaran dia akhirnya menanyakan itu.

“Oh itu, dulu kami tiba-tiba dapat ide. Kalau banyak yang nganggap sekolah nggak penting karena pelajarannya, pasti permintaan skill buat kerja naik drastis di kalangan pelajar. Makanya kami buat perusahaan yang mencari skill-skill itu buat diajarkan ke anak-anak yang gagal masuk universitas. Untung aja ada aksi itu. Kalau nggak mana kepikiran kami ide begini.”

Abimanyu tertegun. Jadi mereka mendapat ide dari kejadian itu. Mencari kesempatan dalam kesempitan. Sungguh beruntung mereka. Andai saja dulu Abimanyu mendapat ide semacam itu … ahh, dia mulai mengkhayal lagi.

Meski menyesal tapi harapan Abimanyu sedikit terangkat. Dia kenal dua orang ini, mereka punya sejarah bersama, mungkin ….

Namun harapan itu lenyap seketika saat dirinya tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pengalaman kerja, kekosongan dalam cv, skill yang dimiliki, semua dia jawab dengan terbata-bata. Abimanyu masih berharap dua orang itu bersimpati padanya karena mereka adalah alumni bakar ijasah, tapi setelah sebulan dia tetap tak mendapat panggilan apa-apa.

Kembali lagi dia menganggur dan berdiam diri di rumah. Bahkan dengan ijasah pun dia tetap tak bisa dapat pekerjaan. Dia penasaran, kira-kira apa yang terjadi dengan alumni bakar ijasah yang lain? Sudahkah mereka mendapat pekerjaan? Atau kesusahan seperti dirinya?

Tanpa sengaja Abimanyu menonton berita dan melihat orang yang dia kenal. Orang itu adalah pemimpin gerakan bakar ijasah, kenapa malah maju menjadi caleg daerah? Ternyata untuk jadi pejabat tak ada syarat menyertakan ijasah. Kenapa masuk pemerintahan malah lebih gampang dibanding masuk perusahaan?

Tapi mungkin dia bisa minta bantuan. Abimanyu masih punya nomor kontak orang yang dulu mengajaknya ikut aksi. Mungkin ada pekerjaan untuknya. Apa pun itu akan dia kerjakan. Kalau bisa dia juga diberi tempat untuk tinggal. Dia sudah tak tahan menerima ocehan ibunya dan juga orang lain di sekitarnya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Dia mendapat tawaran untuk menjadi pengawas di salah satu kos-kosan milik orang itu. Dia bahkan bilang Abimanyu boleh menempati kamar yang masih kosong. Tanpa pikir panjang Abimanyu menerima pekerjaan itu. Ibunya juga mendukung sepenuh hati meski itu artinya Abimanyu harus pindah. Mungkin beliau memang lelah melihat anaknya cuma menganggur.

Abimanyu bersemangat dengan pekerjaan barunya, tapi pekerjaan itu berat. Sangat berat sampai-sampai mengikis semangatnya dengan cepat.

Setiap hari dia harus bangun pagi untuk menyapu, mengepel, dan membuang sampah. Dia juga harus membersihkan kamar mandi dan memastikan semua bak terisi penuh untuk para penghuni kos. Jika ada penghuni baru yang check-in dan check-out dia harus membersihkan dan merapikan kamar.

Untuk makan Abimanyu mendapat makanan dari rumah pemilik kos, tapi dia harus mau disuruh berbelanja dan cuci piring. Tak jarang dia disuruh segala macam seperti mengantarkan anak ke sekolah atau mengirim pesanan.

Abimanyu juga harus menjaga barang-barang di area kos seperti jemuran atau paket yang dipesan online. Kalau ada yang hilang maka dia yang harus mengganti barang tersebut. Jika sudah sore dia harus kembali menyapu dan mengepel karena kotoran kucing-kucing liar sering kali bertebaran tanpa bisa dihalau.

Ac yang rusak, toilet yang mampet, kabel listrik putus, tikus di loteng, semua menjadi tanggungjawab Abimanyu. Belum lagi kalau ada penghuni yang bermasalah, dijamin dia tak akan bisa tidur karena stress.

Bahkan saat malam pun dia tak bisa tenang. Ada banyak penghuni yang mengundang teman-teman mereka untuk berpesta. Tentunya pesta itu berarti tambahan pekerjaan bagi Abimanyu. Untuk menegur dia juga tak berani. Pemilik kos sudah menyuruhnya untuk membiarkan mereka.

Meski demikian Abimanyu sebisa mungkin mencoba bertahan dengan pekerjaannya. Sulit mencari kerja di jaman sekarang dan ibunya pasti mengomel kalau dia berhenti padahal belum sebulan bekerja. Abimanyu merasa dia akan mendapatkan penghargaan atas kerja kerasnya asalkan dia mau bertahan, tapi saat awal bulan tiba dia cuma dibayar 500 ribu. Jumlah yang menurutnya sangat tidak pantas.

“Aku mau resign aja, Mak. Masa kerja keras siang malam aku cuma dibayar 500 ribu?!”

Satu bulan penuh dia bertahan, kini kelelahan emosionalnya tak lagi bisa terbendung. Abimanyu baru tersadar kalau dia tak punya teman untuk berkeluh kesah, karena itulah akhirnya dia pulang dan mengeluh pada ibunya.

Meski demikian bukannya memeluk dan berkata semua akan baik-baik saja, ibunya malah melemparnya dengan sendal!

“Enak aja kau mau resign. Kalau udah resign terus apa? Balik jadi pengangguran? Bertahun-tahun kau cuma rebahan di kamar, masih kurang istirahatmu? Masa kerja satu bulan aja langsung ngeluh?!”

“Ta-tapi kan—masa ada orang tega bayar pegawainya cuma segini?!”

Abimanyu meninggikan suaranya untuk protes dan ibunya melemparkan belahan sendal yang lain.

“Terus apa? Nggak mau kerja? Mau kerja gampang gaji puluhan juta?! Sadar diri Abi! Kau bisa dapat kerja aja udah syukur! Kawan-kawanmu yang lain udah pada nikah! Mamak nggak mau tahu, kau balik kerja di sana! Jangan berani-berani kau pulang kalau belum setahun! Pokoknya kau banting tulang atau kutempeleng kau!”

Abimanyu langsung berlari saat ibunya meraih sepasang sendal yang lain. Dia tak menyangka ibunya membencinya sampai-sampai tak peduli anaknya diperbudak. Ibu mana yang tega melihat anaknya kerja siang malam dengan gaji super rendah? Bahkan pengangguran lulusan Sma berumur 25 tahun tak layak diperlakukan seperti itu.

Abimanyu sudah memutuskan. Dia akan resign. Dia akan langsung menemui bosnya dan mengundurkan diri.

Namun hari berganti hari, penghuni datang dan pergi, tapi Abimanyu tetap bekerja seperti biasa. Ternyata protes ke atasan jauh lebih sulit dari yang dia kira. Dia sempat terpikir untuk kabur saja, tapi ke mana dia akan kabur? Ibunya hanya akan mengusirnya. Masa harus menggembel di jalan?

Sadar tak sadar, suka tak suka, Abimanyu kembali mengambil sapu dan membersihkan lantai kosan. Setiap tetes keringat yang jatuh melambangkan kebenciannya pada pekerjaan ini. Keringat-keringat itu menetes, disapu, menetes lagi, disapu lagi. Setelah ribuan pengulangan, keringatnya berhenti menetes.

Pekerjaannya jadi semakin banyak, tapi waktu luangnya terus saja meningkat. Abimanyu bertanya-tanya mengapa. Yang jelas dia terus menjalankan tugasnya setiap hari sampai tanpa sadar satu tahun sudah terlewat.

“Widih, makin gercep aja kau kerja.”

Timothy, saudara alumni bakar ijasah sekaligus bosnya, menemuinya di pagi hari. Abimanyu baru selesai membersihkan kamar mandi, dia sedang luang sebelum ada hal lain yang perlu dikerjakan.

“Maksudmu?”

“Maksudku kerjamu makin cepat. Dulu di hari pertama kau bisa tiga jam buat bersihin kamar mandi doang. Sekarang satu jam cukup. Baguslah kalau udah terbiasa. Jam santaimu bisa makin banyak.”

Abimanyu menatap kedua kakinya yang masih basah. Benar juga, dia sudah benar-benar terbiasa sampai-sampai pekerjaan berat itu lewat begitu saja. Dia bahkan tak berkeringat. Dirinya sekarang benar-benar berbeda dibanding satu tahun lalu.

“Aku mau ngasih gajimu. Udah pas satu tahun kau di sini. Kukasih bonus dikit.”

Satu tahun … benar juga. Ibunya melarangnya pulang jika belum bekerja satu tahun. Apakah ini artinya dia sudah bisa pulang? Mungkin dia memang harus pulang. Apalagi lebaran sudah dekat.

Di luar dugaan, ibunya menyambutnya dengan gembira. Tak ada lagi sendal melayang, ibunya menyambut dengan semangkok rendang.

“Udah dewasa mukamu sekarang,” ucap ibunya terharu. “Gimana rasanya kerja keras digaji rendah? udah terbiasa? Kalau kau udah biasa kerjaan apa pun pasti lebih gampang.”

Abimanyu terdiam. Dia memang tak lagi banyak bicara, sebaliknya dia lebih banyak berpikir. Apa saja yang sudah dia dapatkan setahun ini? Apa beda dirinya dengan satu tahun yang lalu?

“Makasih ya Mak,” ucap Abimanyu tanpa sadar. “Kalau nggak Mamak lempar aku pake sendal mungkin masih ngaggur aku sekarang. Maaf aku dulu sering nyusahin.”

“Yang penting kau paham,” balas ibunya dengan senyuman. “Orang yang terbiasa malas-malasan nggak bakal tahan sama pekerjaan paling gampang sekalipun. Beda sama yang biasa kerja keras. Kadang yang paling penting itu bukan uang, tapi pengalaman. Udah jadi laki-laki kau sekarang Nak. Kalau kau mau resign, ada kenalan Mamak butuh pegawai di hotel. Kerjanya berat, sanggup kau?”

Tanpa ragu Abimanyu mengangguk. Dia tak menyesali kerja di kosan, tapi uang tetaplah uang. Kali ini dia bisa mengajukan resign dengan penuh keberanian. Pekerjaan di hotel jauh lebih berat, tapi Abimanyu tak mengeluh.

Ada banyak orang di luar sana yang menginginkan pekerjaannya. Orang-orang dengan ijasah mentereng dan IPK tinggi. Bagaimana dia bisa menyaingi mereka jika tak mau berkerja keras? Dia sudah menghabiskan banyak waktu untuk protes dan mencari alasan, tapi pada akhirnya semua orang harus bekerja.

Abimanyu tak menyesal sudah membakar ijasahnya. Meski bodoh, tapi dari situlah dia belajar. Meski tak adil, meski kau tak setuju, dunia tak akan berubah hanya untukmu. Jika dunia tak mau berubah maka kitalah yang harus berubah. Meski terlambat, tapi Abimanyu bersyukur berhasil memahaminya.

Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

***TAMAT***
twiratmokoAvatar border
YoayoayoAvatar border
kubelti3Avatar border
kubelti3 dan 19 lainnya memberi reputasi
18
2.5K
45
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan